31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Psikoterapi dengan Kecerdasan Buatan: Sejauh Apa Kecerdasan Buatan akan Menggantikan Manusia?

Krisna AjibyKrisna Aji
December 11, 2024
inEsai
Kemajuan Manusia dan Kestabilan Mental

Krisna Aji | Foto diolah oleh tatkala.co

DISKURSUS mengenai kecerdasan buatan yang akan menggantikan peran manusia sudah ada sejak lama. Seperti pada tahun 1950 dengan munculnya novel imajinasi sains berjudul “I, Robot” karya Isaac Asimov, atau pada konferensi Dartmouht di tahun 1956 yang menandai mulai maraknya penelitian di bidang kecerdasan buatan di mana potensi dan risiko dari kecerdasan buatan sudah mulai hangat diperbincangkan.

Kecerdasan buatan memperlihatkan hasil yang relatif nyata di periode 1990 hingga saat ini. Di saat tulisan ini dibuat, kecerdasan buatan sudah dapat dipakai oleh masyarakat umum untuk mengolah dan menyimpulkan informasi yang diperlukan. Contohnya, untuk membantu seseorang dalam belajar. Hal tersebut sempat saya alami dan membuat saya kaget: sudah sejauh ini perkembangannya!

Pada waktu itu–belum ada seminggu dari tulisan ini dibuat–saya mengajari salah satu residen psikiatri (dokter yang sedang menjalani pendidikan spesialis psikiatri) di Rumah Sakit Universitas Udayana mengenai salah satu jenis psikoterapi yang bernama Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Psikoterapi ini spesifik menyasar kesalahan logika yang terjadi pada seseorang yang mengalami masalah mental. Tidak hanya menjelaskan tentang dasar filosofi dari psikoterapi ini, saat itu saya juga mengajarkan berbagai teknik untuk mematahkan logika pasien yang salah dengan berdasar pada tipe kesalahan logika tersebut.

Teknik itu saya ajarkan dengan menggunakan salah satu kasus nyata yang ditemui oleh residen tersebut. Saya menjabarkan simulasi dialog antara psikiater dan pasien dengan menggunakan contoh kalimat dari kedua belah pihak. Makna dan tujuan dari kalimat yang dilontarkan kedua belah pihak juga saya jelaskan dengan detail.

Sehari setelahnya, residen itu bertemu dengan saya lagi dan mengatakan bahwa semalam ia menanyakan hal yang sama kepada kecerdasan buatan bernama Chat GPT. Ia menggunakan prompts (petunjuk sebagai garis besar) kepada kecerdasan buatan dengan simulasi kasus dan pertanyaan yang sama persis seperti yang diajukan pada saya.

Hasilnya? Kecerdasan buatan dapat menjawab dengan paparan yang sangat mirip dengan yang saya jelaskan, lengkap dengan simulasi dialog dan makna dari kalimat yang dilontarkan oleh psikiater dan pasien!

Lalu, di mana ngerinya?

Psikoterapi CBT adalah teknik yang sukar untuk dipelajari, bahkan oleh residen di tahap madya. Jika sudah memahami teknik, seseorang perlu jam terbang tinggi untuk mengasah keahlian dalam memberi umpan balik terhadap semua pernyataan pasien yang sangat tak tertebak. Jam terbang tersebut bisa digantikan oleh kecerdasan buatan dalam waktu singkat.

Saat perkembangannya sudah jauh lebih maju, kecerdasan buatan sangat mungkin untuk menghadirkan visual manusia buatan di layar gawai yang dapat menggantikan peran psikiater. Visual manusia buatan tentu akan mengubah kalimat berbentuk tulisan menjadi lisan saat berdialog dengan manusia yang membutuhkan psikoterapi ini. Mesin itu akan menggantikan profesional seperti mesin pintal yang mendisrupsi pekerjaan manusia di era revolusi industri.

Kecerdasan buatan sudah berkembang sejauh itu. Perkembangannya pun berpola eksponensial dan akan semakin menyerupai kognitif manusia. Karena, kecerdasan buatan selalu belajar dari penggunanya dan manusia adalah satu – satunya pengguna mesin ini.

Cara pandang pesimistis terhadap perkembangan teknologi ini memiliki dampak yang luas. Seperti ketakutan akan banyaknya pengangguran akibat otomatisasi dan efisiensi produksi. Psikoterapi CBT yang memiliki kerumitan yang tinggi saja bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, apa lagi hal lain yang lebih remeh?

Dampak lain yang mungkin akan terjadi adalah kecerdasan buatan dapat melampaui kontrol manusia dan menjadi ancaman eksistensial bagi manusia yang menciptakannya.

Walaupun demikian, kecerdasan buatan masih memiliki kelemahan yang membedakannya dengan manusia. Kelemahan itu adalah ketiadaan kecerdasan emosional. Contoh ketiadaan kecerdasan emosional dari kecerdasan buatan juga sempat saya rasakan saat diskusi psikoterapi dengan residen itu berlanjut.

Setelah terpukau dengan kemampuan kecerdasan buatan dalam melakukan Psikoterapi CBT, saya mengajak residen tersebut untuk menantang kecerdasan buatan untuk melakukan Psikoterapi Psikodinamik.

Psikoterapi Psikodinamik adalah psikoterapi yang fokus menyasar alam bawah sadar seseorang yang bermasalah. Psikoterapi ini adalah pengembangan dari Psikoterapi Psikoanalisa yang dipaparkan oleh Freud dan post–Freud.

Secara garis besar, tesis awal dari psikoterapi ini adalah adanya trauma masa lalu yang tertekan dari alam sadar ke alam bawah sadar. Trauma yang tertanam di alam bawah sadar tersebut memunculkan pikiran, perasaan, dan tindakan maladaptif yang tidak bisa dijelaskan secara logika.

Contoh dari hal ini adalah kalimat “Saya sudah tahu bahwa hal itu tidak logis untuk membuat cemas tetapi saya tetap cemas” yang disampaikan pasien saat logika pasien yang salah sudah berhasil dipatahkan dengan Psikoterapi CBT.

Sebelum berdiskusi lebih jauh mengenai Psikoterapi Psikodinamik, saya terlebih dahulu meminta residen tersebut untuk duduk di kursi pasien dan bermain psikoterapi dengan saya sebagai psikiaternya. Tentu saja konsep dan teknis dasar dari psikoterapi ini sudah dikuasai oleh residen. Tetapi, ia tidak pernah melihat proses psikoterapi ini berlangsung, apa lagi duduk di kursi pasien.

Tujuan dari menempatkan residen di kursi pasien adalah agar ia dapat merasakan dan mengalami sendiri berbagai teknik Psikoterapi Psikodinamik yang mengguyurnya. Dengan cara mengalami sendiri, maka pemahaman saat melakukan teknik ini sebagai psikiater pun akan lebih baik. Seperti seorang koki yang perlu bisa merasakan rasa masakan terlebih dahulu sebelum menghidangkannya ke orang lain.

Tidak seperti CBT yang fokus pada kognitif sehingga pertukaran informasi dapat diwakilkan oleh kalimat tertulis, Psikodinamik sangatlah berbeda. Psikoterapi ini sangat bergantung pada gestur, ekspresi, kesalahan bicara yang tidak disengaja—biasa disebut dengan Freudian Slip, posisi tubuh yang tidak disadari, nada, volume suara, dan banyak hal yang tidak dapat diwakilkan oleh kalimat eksplisif. Psikoterapi ini benar-benar memerlukan kehadiran komponen manusia sebagai psikoterapis yang menilai pasien sebagai manusia seutuhnya.

Setelah sepakat mengenai apa dan bagaimana Psikoterapi Psikodinamik, kami melakukan tes yang sama kepada kecerdasan buatan: memberikan prompts (petunjuk sebagai garis besar) kepada kecerdasan buatan dengan kasus yang serupa dengan kasus Psikoterapi CBT sebelumnya.

Bagaimana hasilnya? Jawaban dari kecerdasan buatan tidak secemerlang sebelumnya. Kecerdasan buatan hanya menjawab teori-teori secara garis besar seperti yang sering dijelaskan di buku manual.

Saat diminta untuk lebih detail dalam menjabarkan contoh dialog antara psikiater-pasien, mesin itu hanya menjawab dengan berputar-putar dan tidak sampai ke inti pertanyaan. Sama seperti mahasiswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dosen, atau bahkan dosen yang menjawab berputar-putar saat tidak bisa menjawab pertanyaan mahasiswanya. Tindakan yang secara mental dilakukan untuk menyelamatkan rasa malu. Tapi, yang sedang kita bicarakan saat ini adalah mesin yang katanya tidak punya malu. Ya, kan?

Baik. Kembali ke topik. Kita sedang membicarakan mesin bernama kecerdasan buatan. Bukan manusia yang menyelamatkan malu.

Kecerdasan buatan ternyata belum bisa menjamah Psikoterapi Psikodinamik yang kaya materi-materi alam bawah sadar yang benar-benar abstrak. Algoritmanya benar-benar berbeda dengan simulasi kognitif yang kuantitatif. Psikoterapi Psikodinamik memerlukan pendekatan hermeneutika, yaitu bagaimana manusia memahami manusia lainnya yang mengalami fenomena yang terjadi.

Contohnya begini. Saya mencoba memahami anda yang sedang jatuh cinta atau benci kepada seseorang. Dalam konteks ini, perasaan yang muncul pada anda adalah pengalaman subjektif yang benar-benar milik anda dan tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun.

Dalam era awal pengembangan teori hermenuetika, memang pernah ditawarkan konsep hermeneutika romantis oleh Schleiermaher di mana ia mengatakan bahwa seseorang bisa merasakan pengalaman orang lain sepenuhnya; saya bisa sepenuhnya merasakan cinta atau  benci yang Anda alami.

Tetapi, hal itu tidaklah mungkin karena semakin saya mencoba untuk merasakan pengalaman Anda, sebenarnya saya hanya berkubang pada pengalaman pribadi saya dan memaksakan delusi pemahaman ini kepada Anda.

Kekurangan teori tersebut selanjutnya dibenahi oleh Dilthey melalui hemerneutik metodologis. Hermeneutik metodologis adalah cara yang dilakukan dengan melihat tanda dan gejala dari orang lain yang sedang mengalami fenomenanya, lalu melemparkan argumentasi mengenai apa yang dirasakan orang lain tersebut.

Orang yang melihat tanda dan gejala dari orang lain tersebut tentu memerlukan kemampuan manusia seutuhnya dalam mengalami sesuatu pula. Orang tersebut perlu berkesadaran. Orang yang mengalami fenomena yang pada akhirnya menjadi hakim, apakah argumentasi terhadap pengalaman subjektif tersebut benar atau salah.

Contoh lebih mudah: saya melihat tanda dan gejala dari Anda yang sepertinya sedang jatuh cinta atau benci kepada seseorang lalu membuat argumentasi mengenai apa yang terjadi pada Anda. Tentu saja dengan menggunakan perabaan awal di mana seandainya saya adalah anda—dan tindakan ini memerlukan kesadaran.

Pada akhirnya, kebenaran dari argumentasi saya mengenai pengalaman yang terjadi pada Anda tergantung pada Anda. Apakah Anda setuju dengan argumentasi saya atau tidak. Cara ini lebih objektif dan cukup terhindar dari penghakiman yang semena-mena kepada orang lain. Dan ini adalah cara yang dipakai psikiater saat berkomunikasi dalam Psikoterapi Psikodinamik.

Dengan segala keunggulannya, kecerdasan buatan tampaknya belum bisa menjamah area hermeneutika tersebut. Alasan dari hal ini adalah karena diperlukannya kesadaran untuk memunculkan konsep hermeneutika. Kecerdasan buatan sebagai mesin sepertinya belum memiliki komponen itu.

Tapi, apakah mungkin suatu saat kecerdasan buatan akan memiliki kesadaran? Saya pun belum bisa memperkirakan. Yang bisa saya perkirakan, jika pada akhirnya kecerdasan buatan memiliki kesadaran, saat itulah manusia benar-benar tergantikan oleh mesin buatannya.

NB: Jangan-jangan, tulisan ini juga dibuat oleh kecerdasan buatan?[T]

Desember, 2024

BACA artikel lain dari penulisKRISNA AJI

Pikiran Salah terhadap Depresi
Masalah dan Solusi Pada Pendampingan Orang Dengan Gangguan Jiwa
Cara Manusia Menyimpulkan Sesuatu dan Bagaimana Memanfaatkannya
Keberadaan Diri dalam Psikoanalisa dan Mindfulness
Masa Depan Perasaan Manusia
Tags: AIChat GPTCognitive Behavioral Therapykecerdasan buatanPsikologiPsikoterapi
Previous Post

Mendengar Lantunan Gending-Gending Sanghyang Dedari Desa Rejasa, Tabanan, yang Sakral dan Magis

Next Post

GenRe Badung Awards Vol II 2024: Ajang Apresiasi yang Bermakna bagi Remaja Badung

Krisna Aji

Krisna Aji

Psikiater dan penulis lepas

Next Post
GenRe Badung Awards Vol II 2024: Ajang Apresiasi yang Bermakna bagi Remaja Badung

GenRe Badung Awards Vol II 2024: Ajang Apresiasi yang Bermakna bagi Remaja Badung

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co