DI tengah derasnya arus globalisasi, dua sektor yang semakin menunjukkan keterkaitan vital dalam perekonomian global adalah pariwisata dan perdagangan internasional. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih dalam, mengingat keduanya telah berkembang menjadi instrumen yang saling menguatkan dalam membentuk lanskap ekonomi politik internasional kontemporer.
Pariwisata sebagai Produk Global
Dalam perspektif Ekonomi Politik Internasional (EPI), pariwisata telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar kegiatan rekreasional. Ia menjadi bentuk ekspor tidak langsung yang memiliki nilai strategis bagi negara penyedia jasa wisata.
Menariknya, dinamika ini menciptakan pola yang distingtif: negara maju seperti Amerika Serikat dan kawasan Eropa mengkapitalisasi sumber daya alam dan budaya mereka untuk menarik wisatawan global, sementara negara berkembang menawarkan destinasi dengan daya tarik kompetitif dari segi biaya dan keunikan budaya.
Namun, di balik narasi pertumbuhan ini, terdapat realitas kompleks terkait distribusi kekuasaan dan keuntungan. Negara maju, dengan keunggulan infrastruktur dan kapasitas promosi yang superior, cenderung mendominasi pasar global. Sementara negara berkembang, meski menjadi magnet wisata, seringkali terjebak dalam posisi subordinat – sekadar menjadi penerima aliran investasi dengan porsi keuntungan yang lebih kecil dibanding perusahaan multinasional yang beroperasi di sektor ini.
Pengaruh Globalisasi dalam Perdagangan dan Pariwisata
Akselerasi teknologi komunikasi, evolusi transportasi, dan liberalisasi perdagangan yang didorong oleh organisasi seperti WTO telah menciptakan ekosistem yang kondusif bagi simbiosis pariwisata dan perdagangan internasional. Demokratisasi akses melalui penerbangan berbiaya rendah dan digitalisasi informasi telah merevolusi cara wisatawan merencanakan dan menikmati perjalanan lintas negara.
Fenomena ini membawa dampak resiprokal: sektor pariwisata mendorong permintaan terhadap produk dan jasa lokal, sementara perdagangan internasional memfasilitasi ketersediaan infrastruktur dan amenitas yang dibutuhkan industri pariwisata. Beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam telah membuktikan bagaimana pariwisata dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi, mengikuti jejak sukses negara seperti Swiss dan Prancis yang telah lebih dulu mengintegrasikan pariwisata dalam DNA ekonomi mereka.
Pariwisata dan Implikasi Politik
Melihat keterkaitan antara pariwisata dan perdagangan internasional dari perspektif politik internasional, penting untuk memahami bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi sektor ini. Negara-negara dengan kebijakan terbuka terhadap investasi asing, seperti Singapura atau Dubai, sering kali melihat pariwisata sebagai instrumen untuk memperkuat posisi ekonomi mereka di panggung global.
Dalam banyak kasus, kebijakan liberalisasi visa, insentif pajak, dan promosi internasional digunakan untuk menarik wisatawan dan investor. Hal ini menunjukkan bagaimana negara dapat menggunakan pariwisata sebagai alat dalam kebijakan ekonomi dan politik mereka.
Namun, sektor pariwisata juga bisa dipengaruhi oleh ketegangan politik internasional. Ketika hubungan diplomatik antara negara terganggu, sering kali sektor pariwisata menjadi salah satu yang pertama kali terkena dampaknya. Sebagai contoh, ketegangan geopolitik yang terjadi antara China dan negara-negara Barat dalam beberapa tahun terakhir telah mempengaruhi aliran wisatawan China ke negara-negara Eropa dan Amerika.
Konflik politik, kebijakan imigrasi yang ketat, dan ketidakstabilan politik dapat menghalangi perjalanan wisatawan, yang pada gilirannya berdampak pada perdagangan dan perekonomian negara-negara yang bergantung pada pariwisata.
Tantangan dan Prospek
Krisis lingkungan akibat overtourism dan perubahan iklim menjadi tantangan eksistensial bagi keberlanjutan sektor pariwisata. Pandemi COVID-19 juga telah membuka mata dunia akan kerentanan interdependensi global. Ini menegaskan urgensi untuk membangun model pariwisata dan perdagangan yang lebih resilient, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Menavigasi kompleksitas hubungan pariwisata dan perdagangan internasional di era globalisasi membutuhkan pemahaman komprehensif tentang dinamika ekonomi politik yang melingkupinya. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik dan adaptif dalam merumuskan kebijakan, dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan, keadilan ekonomi, dan kesejahteraan sosial sebagai parameter utama.
Hanya dengan demikian, interaksi kedua sektor ini dapat memberikan manfaat yang lebih merata bagi seluruh pemangku kepentingan dalam tatanan ekonomi global. [T]
BACA artikel lain dari penulis MUHAMMAD YAMIN