4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Nyoman Sukerta, Petani Cengkih dari Tajun, Juga Bertani Madu Agar Bali Tetap Manis

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
November 25, 2024
inPersona
Nyoman Sukerta, Petani Cengkih dari Tajun, Juga Bertani Madu Agar Bali Tetap Manis

Nyoman Sukerta memanen madu di Desa Tajun | Foto: tatkala.co/Son

MEMBELAH kebun-hutan menuju Desa Tajun di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, adalah niat yang tak bisa berbelok, meski jalan berbelok-belok. Pohon-pohon yang tinggi, dan tebing-jurang  sepanjang jalan arah Kintamani, adalah kenikmatan berjalan, mesti haruslah hati-hati.

Pada Juni, lihatlah di kiri-kanan, pohon-pohon cengkih berbunga. Lihat sekali lagi, seksama, di sejumlah batang cengkih terpasanglah rumah lebah. Kungkungan. Itu bukanlah hiasan. Itu berkah lain dari cengkih.

Pada Oktober, lihatlah petani masuk kebun. Oktober adalah waktu untuk panen cengkih. Pula tanda untuk panen madu. Ada banyak petani cengkih dan madu lebah di Desa Tajun pada Oktober atau bulan-bulan sekitar Oktober. Datanglah jika luang.

Kungkungan atau sarang madu di batang pohon cengkih | Foto: tatkala.co/Son

Jika bertemu Nyoman Sukerta (66) di Desa Tajun yang rindang itu, berilah salam. Ia akan tersenyum dengan ramah. Ia adalah petani cengkih sekaligus petani lebah madu. Ia telah banyak mengilhami orang-orang untuk pula menjadi petani madu, selain cengkih sejak beberapa tahun terakhir.

***

Di Desa Tajun, kreatifitas petani adalah hiburan sekaligus asal dari berkah. Sebelum musim panen cengkih, orang-orang memasang kungkungan—atau sarang lebah—dan memanennya beberapa bulan kemudian. Cengkih panen, madu pun panen.

Mereka menjual madu melalui botol. Dan, Nyoman Sukerta telah lebih dulu melakukannya—dan sendiri mengembala lebah-lebah itu agar menyecap sari bunga cengkih di kebun miliknya, sebelum orang-orang kemudian mengikutinya.

Tangan Nyoman Sukerta, petani cengkih sekaligus madu itu, sudah liat kulitnya. Beberapa lebah yang hinggap di tangannya dan lelaki paruh baya itu membiarkan lebah itu menyengat ramai-ramai..

“Sudah biasa,” kata Nyoman Sukerta, suatu hari di bulan Oktober 2024.

Ia berkata sambil tersenyum—tak terjadi apa-apa. Sudah putih atau kebal, dan beberapa lebah itu kemudian terbang. Memang, kebun cengkih di sekitar rumahnya adalah teman. Termasuk lebah-lebah itu barangkali.

Nyoman Sukerta, petani cengkih, juga petani madu | Foto: tatkala.co/Son

Lelaki dengan topi biru di kepalanya itu lahir di Tajun, 31 Desember 1958. Dan ia berperengai halus. Mudah tersenyum. Sorot matanya, seperti memintalkan ketulusan yang bening ketika sedang menggendong cucunya paling kecil, Made.

“Itu cengkih sudah beberapa hari dipanen, dan sekarang waktunya memanen madu di pohon cengkih. Kita akan memanen madu,” lanjut lelaki paruh baya itu sambil gendong cucu.

Pagi. Bau cengkih yang sudah kering di rumah Sukerta memang menguar sangat pekat. Pula udara di Tajun pagi hari membuat suasana menjadi sangat dingin dan aroma cengkih membuatnya terasa hangat—memeluk. Di sana, ada banyak lebah hingga di mana saja seperti lalat di musim lalat.

Sementara dua orang perempuan paruh baya, masih terus mengayak sekarung cengkih; memisahkan ranting kering dan daun kering—sebagai  proses terakhir cengkih siap angkut, setelah sekali lagi dijemur di beranda rumah Sukerta. Rempah itu—semakin menguar baunya. O, hangat-hangat terhirup.

***

Pagi di bulan Oktober itu, matahari memang sedikit telat datang karena tertutup pepohonan besar dari bukit yang agak tinggi. Dan dua orang itu mengayak terus-terus, sembari menunggu matahari datang menimpa beberapa karung cengkih yang digelar sebentar lagi.

Mereka adalah pekerja buruh—pemetik cengkih sekaligus penjemur, dan Nyoman Sukerta adalah petani cengkih—yang juga, nyambi menjadi petani madu asal Tajun yang memberi upah pada mereka.

“Saya suka sekali dengan hutan, dan berkebun. Sejak kecil, dulu, ya, sering saya kalau sedang main ke hutan, ceritanya petualang, kalau lapar, itu nyari madu. Dulu masih banyak madu di sekitar sini. Liar,” katanya.

Sekitar satu hektar pohon cengkih ditanam di kebunnya—yang tak jauh dari rumah tuanya itu, dan sekitar tiga puluh kungkungan (rumah lebah) ditebar di setiap pohon. Sejak Juni lalu di tahun ini, rumah lebah itu telah disimpan, dan Oktober adalah waktu yang gemuh untuk dipanen. Tentu, setelah semua cengkih dipanen lebih dulu atau tak ada lagi ada bunga apapun di kebun.

Madu lebah, lebah madu | Foto: tatkala.co/Son

Menunggu waktu tiba, di sebuah bale bengong—di rumahnya, kopi masih sisa setengah, beberapa lebah sesekali mengitari rambut saya yang kriting. Rokok kretek dari Sampoerna masih saya sedot dalam-dalam, dan menyemburkannya ,mengganggu lebah mau hinggap.  

Menyiasati hari agar tak terlalu siang, Sukerta lalu pergi ke belakang meninggalkan Made, cucunya—di tangan ibunya. Ia mengambil parang dan sebilah bambu. Dirautnya menjadi pisau., yang digunakannya untuk mencolok sarang madu dari kungkungan. Kungkungan itu terbuat dari tubuh lontar yang kering. Tua dan berserat. Sarang lebah itu menempel di sana, di dalam kungkungan .

Memanen Madu, Memanen Hidup: Menjaga Bali tetap Manis

Bila Bali tak lagi memiliki hutan dan kebun, ke mana bapak akan pergi?

“Ndak bisa, Mas. Saya akan terus di sini, saya tidak bisa berpindah. Saya senang merawat kebun saya. Tanah saya. Saya senang,” kata Sukerta.

Seperti menjalani kesunyian, ia meminta hidup—menuakannya bersama kebun dan hutan di sekitar rumah, tentu bersama sang istri, Luh Asih (63). Apalagi saat bermain dengan cucu di setiap hari raya, adalah waktu yang paling ditunggunya. Rumah menjadi ramai. Hidup.

Di lain waktu yang senggang, pula sesekali, katanya, ia juga berburu hama seperti tupai di bukit—atau kebun warga jika dipinta oleh warga. Tetapi itu sudah jarang dilakukan, sebab—penglihatan dan tubuhnya tak lagi sekuat dulu menembak—yang jika pulang itu, bisa empat puluh lebih tupai babak belur.

Bedil masih disimpan, tetapi tidak pensiun. “Yang deket-deket saja sesekali, Mas. Nih, sama anak saya, Komang.”

Nyoman Sukerta menyiapkan peralatan memanen madu | Foto: tatkala.co/Son

Nyoman Sukerta—kembali menyiapkan yang lain setelah pisau bambu itu sudah diraut. Ia mengambil pencokel yang terbuat dari besi—yang panjangnya sekitar 60 centi meter. Sebelum benar-benar akan menaiki pohon—menjumpai sarang lebah, ia telah mempersenjatai dirinya dengan sabut kelapa kering.

Kemudian kain saringan yang ditutupi di atas kepalanya bersama topi, menjadi pelindungnya yang lain lebih penting. Ia berjalan dengan tas terbuat dari jirigen berwarna merah yang dicantelkan di pinggangnya seperti hendak perang. Dengan celana loreng—army, langkahnya agak diperlambat umur dan matanya mendelik ke tanah tajam. Kacamata masih terpasang dengan baik di wajahnya sampai di atas pohon.

“Yang ini dulu!” katanya menunjuk pohon pertama sarang lebah, dan sabut kelapa dibakarnya di atas pohon. Lebah-lebah terbang menjauhi wajahnya. Pintu rumah lebah dicongkelnya pelan, dan madu kuning emas—terpintal cahaya pagi terlihat. O, wangi, katanya. Lebah terbang menyambut ia datang, dan menyengat nakal di tangannya.

Nyoman Sukerta di atas pohon memanen madu | Foto: tatkala.co/Son

Pisau yang terbuat dari bambu itu—digunakannya melepas sarang lebah yang menempel dari kungkungan yang berserat. Sarang lebah berisi madu yang berhasil dilepas itu, disimpannya hati-hati di wadah berwarna merah.

“Ini bisa dijual. Nanti disimpan di botol bir atau marjan setelah proses filtrasi,” kata Sukerta setelah turun. “Cobalah. Ini pasti manis. Kalau dulu sewaktu SD, saya—ketika lapar, nah, yang masih ada bayi lebahnya itu—dicampur dengan madunya, bisa mengganjal perut, Mas. Rasanya enak,” lanjut lelaki paruh baya itu bercerita.

Madu siap diperas untuk dipasarkan lewat kemasan botol bekas | Foto: tatkala.co/Son

Sampai di sini, ia berharap, madu—yang dihasilkan dari desa Tajun, tentu, madu—yang di dalamnya adalah sari bunga cengkih, mendapatkan perhatian lebih sebagai UMKM yang unik, minimal dengan wadah yang layak. Layak diperhatikan. Dibuatkan—sebelum Oktober tahun depan datang.

“Kami tak punya tempat untuk itu. Selain bekas bir dan marjan!” tutup Nyoma Sukerta. [T]

Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole

Made Darsana, Kopi, Hutan, dan Ekonomi Berkelanjutan: Inspirasi dari Desa Wanagiri
Ketut Suariani, Peramu Loloh Cemcem dari Desa Aan
Ketut Sweta Swatara, Menjaga Nyala Wayang Wong Tejakula
Tags: bulelengDesa Tajunpertanianpetanipetani cengkehpetani cengkih
Previous Post

Tanamkan Kedisiplinan Siswa, Guru dalam Bayang-Bayang Hukum

Next Post

“Ketika Memberi”, Bagaimana Memadankannya ke Bahasa Bali?

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
“Ketika Memberi”, Bagaimana Memadankannya ke Bahasa Bali?

“Ketika Memberi”, Bagaimana Memadankannya ke Bahasa Bali?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Lawan Sastra Ngesti Mulya
Khas

Lawan Sastra Ngesti Mulya

LAWAN Sastra Ngesti Mulya adalah salah satu kearifan warisan Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Sesanti itu bermakna...

by I Nyoman Tingkat
June 4, 2025
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co