KETIKA saya mengunjungi Pura Pesiraman di Banjar Petapan, Desa Aan, klungkung, pengalaman yang saya rasakan benar-benar mendalam. Pura ini bukan hanya sekadar tempat sembahyang, tetapi juga pusat spiritualitas yang memancarkan kedamaian.
Melihat langsung lima pancuran suci dengan patung Panca Dewata yaitu Dewa Brahmana, Dewa Mahadewa, Dewa Siwa, Dewa Iswara, dan Dewa Wisnu, membuat saya semakin memahami betapa kaya dan dalamnya filosofi Hindu Bali. Setiap pancuran memiliki energi simbolis yang kuat, seakan menawarkan penyucian batin bagi siapa saja yang datang dengan niat tulus.
Pura Pesiraman| Juni Damayanti
Pancuran Dewa Mahadewa | Foto: Juni Damayanti
Pancuran Panca Dewata | Foto: Juni Damayanti
Melukat di sini adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Ketika air dari pancuran Dewa Brahma menyentuh kepala saya, saya merasa seperti diberi kesempatan untuk memulai kembali, menghapus beban pikiran. Pancuran Dewa Siwa terasa sangat menyentuh, seperti menyingkirkan energi negatif yang selama ini mungkin tertinggal dalam diri.
Saya juga merasakan kekuatan dan keberanian dari air pancuran Dewa Iswara, seakan memberikan saya keyakinan untuk menghadapi tantangan hidup.
Saat saya duduk sejenak di deket Pura, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan suara gemericik air, saya merasa senang dan damai. Lokasi pura yang berada di atas pancuran memberi nuansa spiritual yang lebih tinggi, seperti mengingatkan saya untuk selalu menjaga hubungan dengan Tuhan.
Tidak hanya itu, interaksi dengan masyarakat lokal juga memberikan pelajaran berharga, Saya melihat bagaimana mereka menjaga kebersihan pura dan melestarikan tradisi dengan penuh kesungguhan. Mereka dengan ramah menjelaskan filosofi dari setiap pancuran dan pentingnya menjaga kesucian pura untuk generasi mendatang.
Dari percakapan dengan mereka, saya memahami bahwa Pura Pesiraman bukan hanya tempat sembahyang, tetapi juga pusat sosial yang mempererat hubungan antarumat.
Pancuran Dewa Siwa| Foto Juni Damayanti
Aliran air disekitar Pura | Foto: Juni Damayanti
Sebagai seorang yang tertarik dengan budaya dan spiritualitas, saya sangat menghargai bagaimana Pura Pesiraman mampu mempertahankan nilai-nilai lokal di tengah perkembangan pariwisata. Tempat ini mengajarkan saya bahwa spiritualitas, budaya, dan alam bisa hidup berdampingan dengan harmonis, menciptakan pengalaman yang tidak hanya menyentuh pikiran, tetapi juga hati.
Pura Pesiraman menjadi bukti nyata bagaimana Bali tetap mampu menjaga keasliannya di tengah perubahan zaman. Pura ini juga memberikan contoh nyata bagi generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya dan tradisi. Keberadaan pancuran lima dewa mengajarkan kita untuk selalu hidup dalam keseimbangan dan tetap rendah hati, sembari menghargai warisan leluhur.
Dan di sinilah setiap orang diajak untuk melupakan sejenak keriuhan kehidupan dan merenungi makna sejati kehidupan, sambil merasakan kehadiran Yang Maha Kuasa dalam keheningan yang ada. [T]
Catatan:artikel ini merupakan tugas perkualiahan mahasiswa di Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional dalam Program Studi S1 Pariwisata Semester 3