30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tantangan Pariwisata Indonesia: Daya Saing Global dan Keberlanjutan Lokal

Muhammad YaminbyMuhammad Yamin
November 13, 2024
inEsai
Tantangan Pariwisata Indonesia: Daya Saing Global dan Keberlanjutan Lokal

Muhammad Yamin

DINAMIKA ekonomi politik global telah membawa pariwisata Indonesia ke persimpangan yang krusial. Di satu sisi, integrasi ekonomi global membuka peluang besar bagi pertumbuhan sektor pariwisata nasional. Namun di sisi lain, tekanan kompetisi global dan standarisasi industri pariwisata internasional mengancam keberlanjutan basis sosial-ekonomi masyarakat lokal yang selama ini menjadi tulang punggung pariwisata Indonesia.

Fenomena ini terlihat jelas dalam kasus sentra industri kerajinan di Kabupaten Gianyar, Bali. Sebelum tahun 2002, kawasan ini menjadi contoh ideal bagaimana pariwisata dapat mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui industri kreatif. Namun, implementasi perjanjian perdagangan bebas dan transformasi teknologi global telah mengubah lanskap industri pariwisata secara fundamental.

 Pengrajin tradisional yang mengandalkan keterampilan tangan kini tergerus oleh produksi massal berbasis teknologi. Pasar seni tradisional yang dahulu menjadi hub interaksi langsung antara wisatawan dan pengrajin lokal, kini kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan modern yang dikelola pemodal besar.

Paradoks Pembangunan Pariwisata

Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan tren yang menarik sekaligus mengkhawatirkan. Sepanjang 2009-2019, meski jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tumbuh rata-rata 10,7% per tahun dan penerimaan devisa meningkat signifikan, distribusi manfaat ekonomi justru semakin terkonsentrasi pada pelaku usaha berskala besar. Fenomena ini mencerminkan apa yang dalam kajian ekonomi politik internasional disebut sebagai “paradoks pertumbuhan tanpa pemerataan” – di mana integrasi ke dalam sistem ekonomi global justru memperlebar kesenjangan ekonomi domestik.

Kasus Gianyar memberikan ilustrasi yang jelas tentang paradoks ini. Sebelum tahun 2002, Desa Celuk tercatat sebagai salah satu desa terkaya di Indonesia berkat industri kerajinan peraknya. Namun kini, dari 180 pengrajin di Banjar Seseh, hanya tersisa kurang dari 50 yang masih aktif.

Ironisnya, volume produksi dan perdagangan kerajinan perak tidak mengalami penurunan signifikan – yang berubah adalah struktur kepemilikan dan model produksinya. Pemodal besar dengan teknologi modern telah mengambil alih dominasi pasar yang dulunya dikuasai pengrajin tradisional.

Paradoks serupa terlihat dalam pola perkembangan akomodasi wisata. Data BPS menunjukkan pertumbuhan jumlah kamar hotel berbintang yang pesat, namun pada saat yang sama banyak homestay dan penginapan lokal yang gulung tikar karena tidak mampu bersaing. Fenomena “tourist bubble”, di mana wisatawan terkonsentrasi di kawasan-kawasan eksklusif yang terputus dari kehidupan masyarakat lokal semakin menguat.

Urgensi Reorientasi Kebijakan

Situasi paradoksal dalam pembangunan pariwisata Indonesia membutuhkan reorientasi fundamental dalam pendekatan kebijakan. Paradigma yang semata mengejar pertumbuhan kuantitatif perlu diimbangi dengan perhatian lebih besar pada aspek keberlanjutan sosial-ekonomi masyarakat lokal. Kondisi ini menuntut serangkaian langkah strategis yang komprehensif dan terkoordinasi.

Langkah pertama yang krusial adalah penguatan kapasitas adaptif pelaku usaha lokal. Alih-alih membiarkan mereka berkompetisi secara head-to-head dengan pemain global, diperlukan kebijakan yang membantu mereka menemukan ceruk pasar yang unik berbasis keunggulan lokal.

Program literasi digital yang disesuaikan dengan karakteristik lokal, akses pembiayaan inklusif yang mempertimbangkan siklus bisnis pariwisata, serta pendampingan pengembangan produk yang memadukan kearifan tradisional dengan tuntutan pasar kontemporer menjadi kunci keberhasilan adaptasi ini. Fasilitasi sertifikasi dan standardisasi juga diperlukan namun dengan pendekatan yang tidak memberatkan sembari tetap menjamin kualitas.

Selanjutnya, reformulasi regulasi investasi pariwisata menjadi keniscayaan untuk lebih memperhatikan kepentingan lokal. Revisi ketentuan tentang porsi kepemilikan lokal dalam usaha pariwisata perlu dibarengi dengan penerapan kewajiban kemitraan substantif dengan UMKM setempat.

Pembatasan skala usaha di kawasan-kawasan strategis juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem pariwisata. Insentif khusus bagi investor yang membuktikan komitmen pada pemberdayaan ekonomi lokal dapat menjadi instrumen penyeimbang, didukung dengan penguatan peran pemerintah daerah dalam pengawasan investasi pariwisata.

Pengembangan model pariwisata alternatif yang lebih berkelanjutan juga menjadi prioritas yang tidak bisa ditunda. Community-based tourism, creative tourism, eco-tourism, cultural tourism, dan rural tourism perlu didorong sebagai alternatif dari mass tourism konvensional. Model-model ini terbukti lebih efektif dalam menciptakan nilai tambah yang terdistribusi lebih merata ke masyarakat lokal, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan autentisitas budaya.

Reformasi tata kelola destinasi yang lebih partisipatif dan inklusif menjadi fondasi penting dalam reorientasi kebijakan ini. Pembentukan Destination Management Organization (DMO) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, penguatan peran lembaga adat dan komunitas lokal dalam pengambilan keputusan, serta pengembangan sistem monitoring dampak pariwisata yang komprehensif menjadi bagian integral dari reformasi ini.

Implementasi reorientasi kebijakan ini membutuhkan perubahan mindset di semua level. Di tingkat pusat, koordinasi lebih erat antar kementerian menjadi prasyarat keberhasilan. Sementara di tingkat daerah, penguatan kapasitas pemerintah lokal dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata perlu menjadi prioritas. Pembiayaan inovatif melalui tourism development fund yang dikelola secara profesional bisa menjadi solusi untuk mendukung inisiatif pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Meskipun akan menghadapi resistensi dari pihak-pihak yang diuntungkan status quo, pengalaman berbagai negara seperti New Zealand dan Costa Rica membuktikan bahwa pariwisata berkelanjutan yang berpihak pada kepentingan lokal justru menciptakan daya saing yang lebih kuat di pasar global. Keberhasilan reorientasi ini akan menentukan tidak hanya masa depan pariwisata Indonesia, tetapi juga keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Tantangan Implementasi

Tekanan dari mitra dagang internasional dan investor global yang menginginkan liberalisasi lebih lanjut menjadi kendala signifikan yang tidak bisa diabaikan. Perjanjian perdagangan internasional yang telah ditandatangani Indonesia, seperti ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan berbagai perjanjian bilateral, seringkali membatasi ruang gerak pemerintah dalam menerapkan kebijakan protektif untuk pelaku usaha lokal.

Resistensi dari pelaku usaha besar yang telah mapan juga membentuk lapisan tantangan tersendiri. Kelompok ini, yang telah menikmati keuntungan dari struktur industri pariwisata yang ada, cenderung memiliki pengaruh politik dan ekonomi yang kuat untuk mempertahankan status quo. Mereka seringkali berargumen bahwa standardisasi dan konsolidasi industri adalah keniscayaan untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di pasar global. Narasi ini mendapatkan dukungan dari lembaga-lembaga internasional yang mempromosikan agenda liberalisasi sektor jasa.

Di level birokrasi, ego sektoral dan tumpang tindih kewenangan antara pusat dan daerah menciptakan kompleksitas tersendiri. Desentralisasi yang tidak dibarengi dengan penguatan kapasitas pemerintah daerah seringkali menghasilkan kebijakan yang tidak koheren dan kadang kontraproduktif. Sebagai contoh, semangat daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkadang mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada investor besar dibanding pelaku usaha lokal.

Tantangan teknis juga muncul dalam bentuk kesenjangan infrastruktur digital dan keterbatasan akses terhadap pembiayaan. Meski digitalisasi dipromosikan sebagai solusi untuk memberdayakan pelaku usaha lokal, realitasnya banyak daerah masih menghadapi kendala konektivitas internet dan literasi digital yang rendah. Sementara itu, sistem perbankan konvensional seringkali kesulitan mengakomodasi karakteristik unik usaha pariwisata skala kecil yang memiliki arus kas musiman dan aset tidak berwujud.

Aspek sosial-budaya menambah dimensi kompleksitas tersendiri. Di beberapa destinasi, terjadi ketegangan antara keinginan untuk mempertahankan autentisitas budaya dengan tuntutan modernisasi industri pariwisata. Generasi muda dari komunitas lokal seringkali lebih tertarik bekerja di sektor modern dibanding meneruskan usaha tradisional keluarga, menciptakan ancaman terhadap keberlanjutan warisan budaya yang justru menjadi daya tarik pariwisata.

Namun, pengalaman krisis-krisis sebelumnya – mulai dari krisis finansial Asia 1997, bom Bali, hingga pandemi COVID-19 – telah menunjukkan bahwa ketahanan sektor pariwisata Indonesia sangat bergantung pada keberlanjutan basis sosial-ekonomi lokalnya. Ketika arus wisatawan internasional terhenti, justru pasar domestik dan kreativitas pelaku lokal yang membantu sektor ini bertahan. Pembelajaran ini menegaskan pentingnya membangun ekosistem pariwisata yang lebih seimbang, meski harus menghadapi berbagai tantangan implementasi.

Menghadapi kompleksitas tantangan ini, diperlukan pendekatan bertahap namun konsisten dalam implementasi reorientasi kebijakan. Pembentukan koalisi pemangku kepentingan yang mendukung agenda reformasi, penguatan basis bukti untuk kebijakan melalui riset dan evaluasi dampak, serta komunikasi publik yang efektif untuk membangun dukungan luas menjadi prasyarat keberhasilan. Yang terpenting, harus ada political will yang kuat dari pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin tidak populer dalam jangka pendek namun krusial untuk keberlanjutan jangka panjang.

Peluang dan Prospek

Di tengah beragam tantangan yang kompleks, perkembangan global kontemporer justru membuka jendela peluang bagi reorientasi pembangunan pariwisata Indonesia yang lebih seimbang. Tren pariwisata global sedang mengalami pergeseran paradigmatik, di mana wisatawan semakin menghargai autentisitas, keberlanjutan lingkungan, dan dampak sosial positif. Pergeseran preferensi ini menciptakan ruang bagi model pariwisata alternatif yang lebih berpihak pada kepentingan lokal.

Pandemi COVID-19, meski membawa dampak destruktif, telah mengakselerasi transformasi digital dalam industri pariwisata global. Kemajuan teknologi digital, jika dimanfaatkan dengan tepat, bisa menjadi enabler bagi pelaku usaha lokal untuk menjangkau pasar lebih luas tanpa harus tergantung pada intermediari konvensional.

Platform digital lokal dan marketplace khusus untuk produk kreatif tradisional kini memiliki peluang untuk berkompetisi dengan platform global, didukung oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya mendukung ekonomi lokal.

Munculnya konsep ekonomi sirkular dan regeneratif dalam diskursus pembangunan global juga memberikan momentum bagi transformasi pariwisata Indonesia. Model bisnis pariwisata yang mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan tidak lagi sekadar pilihan etis, tetapi menjadi kebutuhan pasar. Investor global semakin mempertimbangkan kriteria Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam keputusan investasi mereka, menciptakan insentif baru bagi pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan.

Perkembangan regional Asia Pasifik juga menawarkan peluang strategis. Kebangkitan kelas menengah di negara-negara Asia, terutama China dan India, membuka pasar baru yang potensial. Karakteristik wisatawan Asia yang cenderung lebih mengapresiasi nilai-nilai budaya Timur memberikan keunggulan komparatif bagi destinasi Indonesia yang kaya akan warisan budaya. Terlebih, kedekatan geografis memungkinkan pengembangan paket wisata yang lebih terjangkau dan berkelanjutan.

Di level domestik, menguatnya gerakan ekonomi kreatif memberikan fondasi yang kokoh bagi pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Kolaborasi antara pelaku industri kreatif lokal dengan sektor pariwisata membuka peluang untuk menciptakan pengalaman wisata yang unik dan bernilai tambah tinggi. Integrasi antara pariwisata, ekonomi kreatif, dan kearifan lokal berpotensi menciptakan model pembangunan yang tidak hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat identitas budaya.

Yang tidak kalah penting, Indonesia memiliki keunggulan inherent dalam bentuk keragaman budaya dan kekayaan alam yang luar biasa. Dalam era di mana autentisitas dan pengalaman unik menjadi premium, aset ini memberikan basis yang kuat untuk membangun proposisi nilai yang berbeda dari destinasi massal konvensional. Pengembangan wisata berbasis alam (ecotourism) dan budaya (cultural tourism) yang dikelola oleh komunitas lokal memiliki prospek cerah seiring dengan menguatnya kesadaran lingkungan dan pencarian pengalaman otentik di kalangan wisatawan global.

Prospek jangka panjang pariwisata Indonesia akan sangat bergantung pada kemampuan memanfaatkan peluang-peluang ini sembari mengatasi tantangan struktural yang ada. Keberhasilan dalam mengembangkan model pariwisata yang menyeimbangkan daya saing global dengan keberlanjutan lokal tidak hanya akan menentukan masa depan sektor ini, tetapi juga dapat menjadi blueprint bagi transformasi sektor-sektor ekonomi lainnya menuju pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Penutup

Dinamika ekonomi politik global telah membawa sektor pariwisata Indonesia ke titik kritis yang memerlukan reorientasi fundamental. Pengalaman empiris dari berbagai destinasi wisata, terutama kasus Gianyar di Bali, menunjukkan bahwa integrasi ke dalam sistem pariwisata global tanpa penyeimbang kebijakan yang tepat telah menciptakan paradoks pembangunan.

Di satu sisi, sektor ini mencatatkan pertumbuhan agregat yang mengesankan dalam hal kunjungan wisatawan dan penerimaan devisa. Namun di sisi lain, konsentrasi manfaat ekonomi pada segelintir pelaku usaha besar dan tergerusnya basis sosial-ekonomi lokal menimbulkan pertanyaan serius tentang keberlanjutan model pembangunan pariwisata yang ada.

Urgensi untuk melakukan reorientasi kebijakan menjadi semakin mendesak di tengah transformasi lanskap pariwisata global pasca-pandemi. Pengalaman krisis COVID-19 membuktikan bahwa ketahanan sektor pariwisata sangat bergantung pada keberlanjutan ekosistem lokalnya.

Dibutuhkan pendekatan yang lebih nuanced dalam menyikapi globalisasi – tidak semata-mata menerima tekanan liberalisasi atau sebaliknya menutup diri, melainkan mengembangkan strategi cerdas yang memungkinkan pelaku lokal berpartisipasi dalam rantai nilai global dengan posisi yang lebih menguntungkan. Ini mencakup penguatan kapasitas adaptif pelaku usaha lokal, reformulasi regulasi investasi yang lebih protektif, dan pengembangan model pariwisata alternatif yang berkelanjutan.

Keberhasilan dalam menyeimbangkan imperatif daya saing global dengan keberlanjutan basis sosial-ekonomi lokal akan menentukan tidak hanya masa depan sektor pariwisata, tetapi juga relevansinya sebagai instrumen pembangunan ekonomi yang inklusif. Tantangan implementasi yang kompleks, mulai dari resistensi pelaku usaha besar hingga keterbatasan kapasitas institusional, membutuhkan pendekatan bertahap namun konsisten yang didukung komitmen politik kuat.

Momentum perubahan preferensi wisatawan global yang semakin menghargai autentisitas dan keberlanjutan, serta transformasi digital yang membuka peluang baru bagi pelaku lokal, harus dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong transisi menuju model pariwisata yang lebih seimbang dan berkelanjutan. [T]

Menyatukan Pajak Turis Dunia: Menggagas Standar Baru bagi Pariwisata Global
Menimbang Dana Abadi Pariwisata
Glamping, Staycation, Instagrammable, Babymoon: Leksikon Baru Dalam Geliat Pariwisata Ekonomi Kreatif
“Community-Based Tourism” Sebagai Salah Satu Upaya Pemulihan Pariwisata Bali
Tags: PariwisataPariwisata Berkelanjutanpariwisata globalpembangunan pariwisata
Previous Post

Mahasiswa UPMI Bali Magang di tatkala.co : Mereka Belajar Menceritakan Peristiwa Nyata

Next Post

Belajar Mengenal Wayang dari Eksperimen “Wayang Bercerita”

Muhammad Yamin

Muhammad Yamin

Dosen Jurusan Hubungan Internasional, FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah dan pengamat ekonomi politik internasional dengan fokus pada sektor pariwisata dan pembangunan berkelanjutan.

Next Post
Belajar Mengenal Wayang dari Eksperimen “Wayang Bercerita”

Belajar Mengenal Wayang dari Eksperimen “Wayang Bercerita”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more

PENJARA: Penyempurnaan Jiwa dan Raga

by Dewa Rhadea
May 30, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DALAM percakapan sehari-hari, kata “penjara” seringkali menghadirkan kesan kelam. Bagi sebagian besar masyarakat, penjara identik dengan hukuman, penderitaan, dan keterasingan....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co