10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merajut Keberagaman, Belajar Buddhisme Hingga ke Negeri Gajah Putih Bersama Para Bikkhu

Made Wahyu MahendrabyMade Wahyu Mahendra
November 5, 2024
inTualang
Merajut Keberagaman, Belajar Buddhisme Hingga ke Negeri Gajah Putih Bersama Para Bikkhu

Foto-foto by Made Wahyu Mahendra

14 Oktober 2024, sudah keempat kalinya saya menginjakkan kaki di negeri Gajah Putih. Berbeda dengan saat saya pertama ke tempat ini. Saat itu, sebagai seorang yang saat itu lebih muda, gemerlap kota, riuhnya suasana, nikmat perjamuan merupakan sesuatu yang saya cari. Bangkok dan area sekitarnya selalu menjadi tujuan.

Herannya, baru pada kedatangan ketiga dan keempat kali ini saya merasakan damai hati. Entah memang karena saya saat ini lebih berumur ataukah memang jalannya yang baru ketemu. Adalah Kota Khonkaen yang nun jauh di Tenggara yang menjadi jodoh tempat saya untuk belajar.

Saya tahu sejak lama bahwa lebih dari 90% warga Thailand penganut Buddha yang taat. Kondisi ini memancing rasa ingin tahu saya akan perspektif hidup dari agama Buddha.

Sebagai pribadi, saya selalu senang mempelajari perspektif agama lain dengan berinteraksi dan melebur di komunitasnya, dan karenanya saya cukup diterima oleh masyarakat yang saya tuju.

Saya pernah melebur diri dalam komunitas Muslim. Itu ketika saya kuliah di Kota Malang dan merasakan indahnya makna puasa. Begitupula ketika dua tahun saya habiskan untuk berada di dalam komunitas mayoritas beragama Katolik yang senandung bhineka-nya pernah saya tulis di platform tatkala.co ini.

Bukannya apa-apa, kendati ada beberapa tempat ibadahnya di sekitar tempat saya tinggal, namun saya belum pernah benar-benar berbaur dengan komunitasnya, bertemu pemuka agamanya, dan menggali esensi esensi ajarannya dari komunitasnya langsung.

Kembali ke Kota KhonKaen, Saya berkesempatan menemui para Bikkhu yang dihormati yang mau berbagi prinsip-prinsip Buddhisme kepada saya. Salah satunya adalah ajaran untuk hidup dalam saat ini.

Dalam Buddhisme, diajarkan bahwa masa kini adalah satu-satunya waktu yang benar-benar kita miliki. Kita diminta untuk tidak membiarkan pikiran terus berlarian ke masa depan atau terjebak dalam penyesalan masa lalu.

Awalnya, ini terasa seperti konsep yang sederhana, tetapi saat saya benar-benar mencobanya, baru saya sadari betapa sulitnya melepaskan kecemasan tentang apa yang akan terjadi esok hari atau rasa bersalah yang terkadang hinggap dari kejadian-kejadian di masa lalu.

Selain itu, sebuah pengalaman yang mengubah perspektif saya terjadi ketika saya diajak menuju sebuah provinsi bernama Loei, distrik terakhir perbatasan Thailand dengan Laos.

Di sana, di tengah gunung yang terselimuti kabut, saya tinggal di sebuah asrama Bikkhu, tempat yang seolah jauh dari hiruk-pikuk dunia luar. Hidup di lingkungan yang tenang dan dikelilingi oleh alam, tidak ada ponsel atau gangguan modern lainnya, dan setiap aktivitas sangat sederhana, mulai dari melayani para Bikkhu muda saat makan, meditasi, belajar, begitu seterusnya.

Momen itu tiba ketika seusai saya memberi pelayanan untuk persiapan sarapan pagi Bikkhu muda, saya pertama kali diajak berdoa sebelum makan. Di dalam doa Buddhis sebelum makan, saya menemukan sesuatu yang begitu berbeda, begitu jauh dari apa yang biasa saya lakukan.

Doa ini mengajak kita merenungkan alasan dan tujuan mengapa kita makan. Kita diingatkan untuk tidak makan hanya untuk kesenangan atau kepuasan semata, bukan untuk memabukkan diri atau memperindah tubuh, melainkan untuk menopang kehidupan secara sederhana.

Begitu dalamnya makna doa ini mengejutkan saya. Saya diingatkan untuk makan secukupnya, tidak berlebihan, hanya untuk menjaga tubuh ini tetap sehat dan kuat.

Doa ini mendorong kesadaran bahwa makan bukanlah semata-mata pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga bagian dari latihan spiritual, agar tubuh bisa bebas dari gangguan dan pikiran bisa tetap jernih.

Sungguh, pengalaman ini membuka mata saya akan bagaimana kita sering kali lupa pada esensi dari tindakan yang kita lakukan setiap hari.

Perjalanan saya di Thailand juga memperkenalkan saya pada norma kesopanan yang dalam dan sarat makna. Budaya Thailand memiliki etika yang begitu halus, terutama saat berada di tempat-tempat suci seperti kuil dan dalam interaksi dengan para Bikkhu.

Setiap gerakan, termasuk cara duduk, diatur dengan penuh rasa hormat dan ketenangan. Duduk di lantai kuil, misalnya, harus dilakukan dengan hati-hati, lutut sedikit menekuk, dan kaki tidak menghadap langsung ke arah altar atau patung Buddha, karena dianggap kurang sopan.

Saat bercengkerama dengan Bikkhu, saya diajarkan untuk menjaga sikap, menundukkan pandangan sebagai bentuk penghormatan. Gestur-gestur kecil ini ternyata menyimpan arti mendalam tentang rasa hormat yang tidak sekadar ditunjukkan lewat kata-kata, tetapi juga lewat tindakan yang mencerminkan kesadaran dan penghargaan.

Salah satu momen yang menguatkan rasa kagum saya pada budaya Thailand adalah saat saya diundang mengikuti candlelight ceremony. Upacara ini, yang dilakukan pada malam hari di kuil, begitu syahdu dan menggetarkan hati.

Setiap peserta membawa lilin yang dinyalakan dan berjalan perlahan dalam diam mengelilingi kuil. Di bawah cahaya lilin yang temaram, langkah-langkah kami terasa seperti simbol penghormatan, bukan hanya kepada ajaran Buddha, tetapi juga kepada nilai-nilai kehidupan.

Malam itu, dalam kebersamaan yang penuh makna, saya merasa bagian dari sesuatu yang lebih besar, sebuah kesatuan rasa yang membawa kedamaian.

Melalui pengalaman-pengalaman ini, saya belajar bahwa kesopanan bukan hanya norma sosial, tetapi juga cermin dari rasa hormat yang mendalam terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Semua ini memperkaya pandangan saya akan kehidupan dan membuat saya semakin menghargai keberagaman yang ada di dunia. [T]

BACA artikel lain dari penulis MADE WAHYU MAHENDRA

Pandemi, Hukum Rta, dan Keimanan Saya
Kabar dari Flores# Tentang Saya, Godoh & Muku Ego
Kabar dari Flores# “Bersembunyi & Relaksasi” di Air Panas Alami Ae Sale
Tags: BuddhismeBudhacatatan perjalananThailand
Previous Post

Serunya Lomba Ngibing PSB Buleleng: Dari Gaya Merayu Cewek, Odong-odong, hingga Macan Tutul

Next Post

Tenun Tebusalah, Mengenang Sejarah Desa Ringdikit Lewat Motif Kain Tenun

Made Wahyu Mahendra

Made Wahyu Mahendra

Lahir di Negara, Bali. Alumni S1 Bahasa Inggris di Undiksha dan S2 Universitas Negeri Malang. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan esai tingkat nasional

Next Post
Tenun Tebusalah, Mengenang Sejarah Desa Ringdikit Lewat Motif Kain Tenun

Tenun Tebusalah, Mengenang Sejarah Desa Ringdikit Lewat Motif Kain Tenun

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co