9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tumbal Politik | Cerpen I Made Sugianto

Made SugiantobyMade Sugianto
September 22, 2024
inCerpen
Tumbal Politik | Cerpen I Made Sugianto

ilustrasi tatkala.co

DARTA berteduh di kubu tengah sawah. Capil klangsah yang dipakainya dilepas dijadikan kipas. Ia tampak gelisah. Lelaki paruh baya ini memikirkan nasib anak gadisnya yang baru tamat sekolah menengah atas. Ia tidak ingin anaknya menyandang status pengangguran. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tidak mungkin. Pilihan paling realistis mencarikan pekerjaan.

Pikiran lelaki tua itu semakin kusut. Ia tahu, mencari pekerjaan itu sulit. Apalagi anaknya yang baru tamat SMA tidak punya keterampilan. Di dunia kerja, tamatan SMA paling laku sebagai cleaning service atau bekerja di gerai handphone. Darta tak ingin anaknya sekadar bekerja sebagai tukang pel atau penjual pulsa. Sebagai orang tua, ia ingin anaknya mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan masa depan. Pegawai negeri sipil adalah impiannya. Tetapi ia sadar, pekerjaan itu sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Meski jual tanah warisan untuk suap, belum jaminan jadi PNS jika tidak punya kenalan pejabat atau penguasa. Bisa-bisa uang melayang, tanah hilang.

Darta membandingkan pada zaman saat ia seusia anaknya. Saat itu, tidak ada yang puyeng memikirkan pekerjaan. Tamat sekolah, mereka meneruskan tradisi mengolah tanah sawah. Setiap hari ‘berkantor’ di sawah. Tanah sawah itulah yang menyejahterakan kehidupan mereka. Perilaku mereka mengolah sawah menjadi magnet turis mancanegara. Tak jarang saat matekap, nandur, hingga panen menjadi target lensa kamera wisatawan. Sawah berundak-undak dan tradisi yang mereka lakoni menjadi konsumsi wisatawan dan pelaku pariwisata.

“Bekerja sebagai petani sudah ketinggalan zaman. Putu tak mungkin aku jadikan petani,” gumam Darta. Hasil tani tidak seberapa apalagi tanah warisan yang diolah hanya belasan are. “Anakku tidak boleh berkubang lumpur!” tekad lelaki itu.

Dalam lamunannya, tiba-tiba ia teringat Gede Santika, teman sebaya yang kini menjabat ketua dewan dan pimpinan partai. Dulu, Santika sama seperti dirinya, kesehariannya bekerja di sawah. Tetapi nasibnya lebih baik, dilamar partai politik dan didaulat sebagai calon legislatif. Darta ikut berperan menyukseskan karibnya menjadi anggota dewan peraih suara terbanyak. Sebagai pekaseh yang mewilayahi 6 subak, ia mampu membulatkan tekad petani untuk memilih Santika. Tak hanya sekali, Darta mengantarkan Santika tiga kali tembus sebagai wakil rakyat dan pimpinan dewan. Setelah menjabat, Santika tidak lupa asal muasal suara pendukungnya. Ia memanjakan petani dengan kucuran dana bantuan sosial.

Darta ingin menemui Santika, barangkali karibnya bisa membantu putrinya mendapatkan pekerjaan. Meski ada pergolakan dalam bhatinnya, untuk kali ini ia mesti singkirkan idealisme. Siap dicap pamerih demi masa depan anak tercinta. Darta pulang dan merencanakan berkunjung ke rumah pimpinan dewan.

***

Malam itu, rumah Santika ramai dikunjungi warga. Ada yang berpakaian santai, ada pula yang kenakan pakaian adat. Di antara mereka ada yang membawa map, mungkin isinya proposal bantuan, bisa juga surat lamaran kerja. Ada pula yang bawa amplop coklat tebal, entah apa isinya. Ada juga gerombolan lelaki berbadan kekar. Mungkin juga ada balian sewaan untuk melindungi pimpinan dewan itu dari serangan jahat lawan-lawan politiknya.

Darta kaget melihat perubahan pada suasana rumah sahabat karibnya. Dulu, rumah itu begitu tenang, kini hiruk pikuk. Mungkin penghuni di dalamnya tidak bisa tidur nyenyak karena fungsi rumah sudah bergeser karena sarat kepentingan. Dulu ia terbiasa di rumah itu, bisa langsung masuk kamar tidur maupun dapur. Tak ada aturan seperti hari ini, saat ia datang pertama kali setelah sahabatnya jadi pejabat. “Lain dulu lain pula sekarang. Jangan-jangan Santika tak mengenaliku lagi,” ada kecemasan terbersit di pikiran Darta.

“Dar, kenapa kau tak telepon aku dulu. Kamu tidak musti antre hanya untuk menemuiku. Ini rumahmu. Kau bisa masuk sesuka hati seperti dulu,” Santika datang dan memeluk Darta.

Darta tersenyum. Santika yang sudah punya derajat peringainya masih seperti dulu. Disambut penuh keakraban memunculkan keberanian Darta untuk mengutarakan maksud kedatangannya.

“He, Putu juga ikut. Kau sudah besar sekarang, Nak. Bagaimana sekolahmu? Ayo silakan duduk!” tak lupa Santika menyapa anak karibnya.

Suasana malam itu sungguh akrab. Darta merasa tidak ada jarak lagi dengan Santika yang kini jadi orang penting di kabupaten.

“Kau sudah kuanggap saudara, jangan formal-formallah sama sahabat sendiri. Tanpa kau, aku tak mungkin tiga kali menjadi anggota DPR dan pimpinan dewan. Ini berkat kau dan teman-teman petani,” urai Santika sambil mempersilakan Darta dan putrinya mencicipi kue dan teh jahe.

“Aku dari dulu ingin ke rumahmu, Dar. Aku berutang budi padamu. Sampai hari ini aku belum sempat sampaikan terima kasih atas jasa-jasamu mengantarkan aku jadi anggota dewan. Aku kesulitan mengatur waktu. Kau lihat sendiri, selain kerja di kantor, aku juga kedatangan warga. Tak mungkin aku menolak kehadiran mereka. Atau meniru teman lainnya sembunyi dengan membeli rumah di kota. Aku harap kau mengerti. Aku dan keluarga bisa makan juga berkat kau yang beri jalan ke gedung dewan. Aku dan keluarga tak melupakan jasa-jasamu.”

Bahagia sekali Darta mendengar kalimat yang meluncur dari mulut sahabatnya. Ia inginkan Santika tidak berubah mesti sudah jadi orang penting. Ia semakin yakin menyampaikan keinginan minta pekerjaan kepada sahabatnya.

“Oya, Putu masih sekolah?”

Momentum pertanyaan itu seakan memberi jalan bagi Darta untuk mengutarakan maksud kedatangannya bertamu. Tanpa ragu, lelaki paruh baya itu menjawab putrinya baru tamat SMA dan sudah pegang ijazah.

“Putu akan melanjutkan kuliah?”

“Pak Gede sudah tahu dan dari dulu tahu keadaan kami. Saya tidak ada kemampuan melanjutkan pendidikan anak-anak meski ada keinginan untuk itu,” ungkap Darta. Tiba-tiba mulut Darta terasa kelu untuk melanjutkan kalimatnya. Ia ingin sekali menyampaikan inti kedatangannya, namun detak jantungnya tak beraturan. Malu jika disebut aji mumpung atau pamerih dari pekerjaan mencarikan Santika suara ke warga tani.

“Kalau Putu mau dan kau setuju, jadi pegawai kontrak dulu di kantorku. Siapa tahu nanti ada bukaan PNS,” Santika berikan penawaran.

Darta amat gembira mendengar tawaran itu. Wajahnya sumringah. Keinginannya terkabulkan meski belum tersampaikan.

“Sekarang ini ada moratorium pengangkatan PNS jadi aku belum bisa bantu jadikan anakmu pegawai negeri. Kanggoang malu cari pengalaman. Nanti tinggal atur waktu, kerja sambil kuliah! Putu mau?”

Putu Mirna mengangguk setuju. 

Meski anaknya setuju, Darta masih ada ganjalan di hati. Ia masih kumpulkan keberanian untuk menyampaikannya. Mengatur kalimat agar sahabatnya tidak tersinggung.

“Sebagai orang tua saya sangat mengharapkan Putu dapat pekerjaan dan doaku terkabul berkat kebaikanmu. Semoga semuanya berjalan mulus, semoga…..,”      

“Aku paham maksudmu, Dar,” potong Santika. “Kamu tak usah memikirkan yang lainnya. Tenang saja, aku dan kamu adalah keluarga. Semuanya pasti berjalan mulus.”

Suasana yang sempat kaku kini mencair kembali. Gelak tawa di antara dua sahabat itu meramaikan suasana. Cerita masa kecil, kenangan saat remaja, hingga suka duka menjadi prajuru subak menghiasi cerita mereka. Hampir satu jam mereka bernostalgia hingga akhirnya ajudan rumah tangga mengingatkan masih ada tamu lainnya yang menanti.

“Dar, kau jangan tersinggung dan tolong pahami kondisiku saat ini. Ajudan tidak mengusirmu dari rumah ini tapi kamu harus maklum ada warga lainnya juga menyampaikan aspirasi. Untuk kamu Putu, kamu datang ke kantor mulai tanggal satu. Pakai pakaian putih hitam,” Santika mengakhiri pertemuan malam itu.

Santika mengantarkan karibnya pulang hingga di depan rumahnya. Sikap pimpinan dewan mengantarkan tamunya pulang membuat tetamu lainnya terkagum-kagum. 

***

Awalnya, Putu Mirna mengawali pekerjaan dengan canggung. Namun semua itu telah dilalui berkat arahan dan tuntunan dari senior di kantor itu. Gadis tamatan SMA yang punya tubuh sintal dengan wajah mirip artis ibu kota ini makin terampil bekerja. Sebagai sekretaris pribadi, tugasnya mengatur jadwal acara pimpinannya dan mengatur pertemuan dengan warga yang hampir setiap hari ke kantor dewan menyampaikan aspirasi. Intinya, Santika menyukai pegawai barunya itu.

Tutur kata yang lemah lembut, tata kesopanan terjaga membuat rekan kerja dan warga menyukainya. Pujian untuk Putu Mirna juga kerap disampaikan tetamu yang berkunjung kepada Santika. Pimpinan dewan itu merasa beruntung punya pegawai cakap, terampil, dan disukai banyak orang. Diam-diam ia memuji sahabatnya, Darta dinilai sukses mendidik dan membina anak. Ia tahu Darta, petani yang jago masatua Bali. Ia mewariskan cerita-cerita rakyat dari kakeknya yang suka mendongengkan sebelum ia tidur. Termasuk Santika yang kerap menginap di rumah Darta sewaktu SD, sering dihadiahi dongeng ‘Pan Balang Tamak’ oleh kakek Darta. Dongeng Pan Balang Tamak menjadi kesukaannya dan ia terapkan dalam kehidupan berpolitik. “Jadi orang harus cerdik. Politisi harus belajar banyak dari Pan Balang Tamak,” bisik kata hati Santika.

Sepulang para tetamu dari kantornya, Santika memanggil Putu Mirna ke ruangannya. Ia meminta sekretaris pribadinya ikut ke acara pertemuan politik di Denpasar. Tentu ini aneh bagi Putu Mirna, sebab biasanya yang diajak tugas keluar adalah sekpri lelaki. Kenapa kali ini ia diminta mendampingi ke Denpasar.

“Ada pra musyawarah nasional di Bali. Pimpinan partai harus hadir membahas segala persiapannya. Wayan baru saja permisi, ditelepon istrinya untuk antarkan anaknya ke rumah sakit. Jadi kamu gantikan dia sekarang,” pinta Santika.

Tugas adalah amanah, pesan itu terngiang di telinga. Kata itu pernah diucapkan ayahnya saat menasehati Putu Mirna sebelum berangkat kerja. Meski merasa tidak nyaman, ia tak berani menolak tugas pimpinannya. Ia mengangguk meski hatinya penuh tanya.

Senja menapak hari. Santika dan Putu Mirna turun dari mobil setiba di hotel. Lokasi hotel dekat pantai. Angin segara menyambut kedatangan mereka. Biasanya, Santika bepergian dengan sopir pribadi, kali ini tidak.

“Ayo, kita masuk!” ajak Santika.

Bagi Putu Mirna ini pertama kali masuk hotel. Pikirannya tiba-tiba disergap ketakutan. Anak gadis masuk hotel dengan lelaki beristri, meski pada ranah pekerjaan, tentu melahirkan pergunjingan. Namun selama bekerja dengan Santika, ia belum pernah mendengar pergunjingan pegawai diajak masuk hotel. “Saya ini bekerja, bukan yang lainnya,” Putu Mirna mencoba menepis bayang-bayang buruk yang menari-nari di pikirannya.

Gadis itu terperanjat ketika mengetahui pimpinannya booking kamar. [T]

Catatan:

  • Capil Klangsah: Topi terbuat dari anyaman daun kelapa
  • Matekap: membajak sawah dengan sapi
  • Nandur: Menamam mundur, tanam padi di sawah
  • Pekaseh: pimpinan kelompok tani di Bali
  • Subak: organisasi tata guna air di Bali
  • Balian: dukun
  • Kanggoang malu: Maklumi dulu
  • Prajuru subak: pengurus organisasi subak
  • Masatua: mendongeng

BACAcerpen laindi tatkala.co

Hyang Ibu
Jerit Padi Luka Pesisir | Cerpen Gede Aries Pidrawan
Arus Pelayaran | Cerpen Karisma Nur Fitria
Sejak Itu Samsu Berubah | Cerpen Khairul A. El Maliky

Sumbi Tak Mengandung Anak Tumang | Cerpen Amina Gaylene

Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Adaptasi Lontar Dharma Pamaculan Ni Made Ari Dwijayanthi

Next Post

Mengenang 13 Tahun “Tragedi Sebelas” [1]: Nusa Penida Kehilangan Seniman Ngaji Bersaudara Asal Sebunibus

Made Sugianto

Made Sugianto

Lelaki sibuk. Selain sebagai penulis Sastra Bali Modern, juga mengelola penerbit indie Pustaka Ekspresi. Juga mengelola Majalah Ekspresi. Lama bekerja tetap sebagai wartawan di Nusa Bali, sebelum memutuskan rehat setelah ia dipilih menjadi Perbekel (Kepala Desa) di kampungnya di Kukuh, Marga, Tabanan.

Next Post
Mengenang 13 Tahun “Tragedi Sebelas” [1]: Nusa Penida Kehilangan Seniman Ngaji Bersaudara Asal Sebunibus

Mengenang 13 Tahun “Tragedi Sebelas” [1]: Nusa Penida Kehilangan Seniman Ngaji Bersaudara Asal Sebunibus

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co