Kami janger mahasiswa UPMI Bali, kami janger mahasiswa UPMI Bali
Datang untuk menghibur semeton sami, datang untuk menghibur semeton sami
PENGGALAN syair dari pertunjukkan Janger Dag itu rasanya masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Kala itu, Janger Dag dipentaskan di Aston Denpasar Hotel & Convention Center, pada 4 September 2024 yang lalu. Pertunjukkan yang ditampilkan oleh mahasiswa program studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) itu menjadi penampilan pamungkas pada acara Wisuda UPMI Bali ke-47.
Tarian yang berdurasi sekitar 10 menit itu ditampilkan dengan nuansa yang menggembirakan. Para penonton nampak tersenyum sembari mengabadikan tarian itu dengan kamera ponsel.
Janger Dag UPMI Bali merupakan tari janger kreasi atau pengembangan dari tari janger tradisional yang diberikan sentuhan kreativitas baru. Syair atau lirik Janger Dag UPMI Bali menggunakan perpaduan bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Selain itu, diselipkan juga beberapa kosakata asing seperti pada penggalan lirik, “UPMI Bali Yes (Inggris)” dan “Sayonara (Jepang) sampai jumpa”.
Tarian estetis nan menghibur itu merupakan garapan I Ketut Lanus, S.Sn., M.Si. (Seniman, Dosen program studi Pendidikan Sendratasik). Ia mengatakan, pertunjukkan Janger Dag yang ditampilkan saat Wisuda UPMI Bali ke-47 merupakan kali kedua dipentaskan. Sebelumnya, Janger Dag dipentaskan perdana pada Wisuda UPMI Bali ke-46.
“Sebetulnya, janger yang di wisuda itu irisan dari janger panjang yang pernah saya buat. Biasanya kalau orang membuat janger durasinya itu sangat panjang, bisa satu setengah jam sampai dua jam dengan banyak cerita. Tetapi Janger Dag kemarin merupakan irisan dari janger panjang yang menjadi tarian pendek. Sehingga orang-orang tetap tertarik menonton tari janger dengan durasi yang singkat,” ungkap Ketut Lanus.
Pendiri sekaligus pengelola sanggar Cahya Art itu mengungkapkan, penggunaan bahasa Indonesia yang lebih dominan pada tarian tersebut bertujuan agar orang luar Bali bisa menonton, menyimak, dan mengerti lirik tari janger itu, sehingga pesan yang hendak disampaikan dengan mudah bisa dipahami. Selain itu, tari Janger Dag juga merupakan tari janger kreasi yang masih berakar pada janger tradisional, hanya saja dikemas menjadi lebih segar dan universal.
“Saya terinspirasi dengan tari janger tradisional yang lama, tetapi saya kemas kembali dengan nuansa baru. Saya selalu berprinsip, tradisi itu tidak mati, tetapi tradisi itu selalu bisa dikemas ulang bahkan diinovasi sesuai dengan zamannya. Karena tradisi itu harus terus bergulir dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini.” jelasnya.
Pementasan Janger Dag saat Wisuda UPMI Bali ke-47 | Foto: dok. Dede
Tari Janger adalah tarian tradisional Bali yang lahir dari kebudayaan masyarakat. Tari Janger biasanya dibawakan oleh sekelompok penari laki-laki dan perempuan yang saling berpasangan. Tarian ini mengekspresikan keceriaan, kekompakan, dan keakraban melalui gerakan-gerakan yang dinamis. Tari Janger juga sering disertai dengan nyanyian atau lantunan syair yang dinyanyikan oleh para penari atau pengiringnya.
Tak banyak orang yang mengetahui jika ‘Janger’ merupakan sebutan untuk penari perempuan, sedangkan ‘Dag’ merupakan sebutan untuk penari laki-laki atau sering juga disebut ‘Cak’ atau ‘Kecak’.
“Penari cowok dalam tari janger memang disebut dengan Dag atau Kecak, dan Janger adalah penari ceweknya. Tetapi Dag itu sendiri adalah pemeran khusus, biasanya menjadi pemimpin dalam tari janger, biasanya dia ada dialog, dialog khusus sebagai pemimpin. Dag biasanya menyampaikan pesan-pesan sosial di sana, tetapi bukan bondres. Dag lebih kepada sisi edukatif, bukan untuk melucu. Dag memimpin dalam pertunjukkan yang panjang, tetapi karena Janger Dag UPMI Bali hanya 10 menit, peran Dag sangat sedikit terlihat,” kata Ketut Lanus.
Menurutnya, tidak banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi selama proses penggarapan maupun latihan. Ia mengatakan, yang kerap menjadi hambatan dalam prosesnya adalah waktu yang minim untuk latihan, terlebih lagi mahasiswa yang terlibat banyak memiliki kesibukan masing-masing.
“Janger itu suatu kesenian yang menggembirakan, orang bahagia saat belajar tari janger, pancing sedikit saja mereka pasti tertarik. Dalam tari janger ada lagu yang bernuansa estetik, sehingga ketika mereka menari sambil bernyanyi, menjadi sesuatu yang sangat menarik. Sekali latihan, mereka biasanya tertarik untuk melanjutkan latihan-latihan berikutnya. Tetapi yang menjadi hambatan adalah waktu, apalagi mahasiswa ada banyak kegiatan, sehingga waktu latihan yang tersedia tidak cukup,” jelasnya.
Ni Kadek Dewi Setiari, mahasiswi program studi Pendidikan Sendratasik adalah salah satu penari Janger Dag UPMI Bali. Gadis yang akrab disapa Cantika ini mengatakan sangat merasa senang bisa dilibatkan menari Janger Dag untuk yang kedua kalinya di Wisuda UPMI Bali.
“Janger garapan Pak Ketut Lanus ini setahu saya sudah digarap sejak lama, tetapi untuk pementasan Janger Dag UPMI Bali, saya dan teman-teman menampilkannya dengan koreografi serta lirik yang beda dan baru. Liriknya begitu unik dan bernuansa ceria, saya tidak pernah bosan mendengarkannya,” ujar Cantika.
Kadek Wahyu Arianda, mahasiswa dari program studi Pendidikan Sendratasik, yang juga salah satu penari Janger Dag UPMI Bali mengungkapkan, dirinya merasa sangat bersemangat dan bangga bisa menarikan tari Janger Dag untuk pertama kalinya.
“Ini merupakan pertama kalinya saya menarikan Janger Dag, rasanya sangat bersemangat dan bangga bisa turut menghibur di acara Wisuda kemarin. Bagi saya tidak ada kesulitan ataupun hambatan dalam prosesnya, semua berjalan dengan menyenangkan,” kata Wahyu.
Tari Janger Dag pada hari itu berhasil memukau penonton. Di akhir pementasan, riuh tepuk tangan penonton mengiringi langkah para penari yang beranjak meninggalkan panggung. Sembari berjalan, mereka menari perlahan dan menyanyikan lirik, “Sayonara sampai jumpa, sayonara sampai jumpa, sampai jumpa lain hari, bila ada kesempatan, kita akan menari lagi”. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulisDEDE PUTRA WIGUNA