DESA Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah merupakan Desa Wisata dan Desa Adat yang menyimpan banyak misteri. Terletak di sebelah Selatan ibukota Kabupaten Banyumas, Purwokerto, Desa Kalisalak memiliki aksesibilitas jalan yang cukup baik.
Yang menarik dari desa ini adalah sebuah bangunan yang bernama Langgar Jimat, tepatnya berada di wilayah RT 3/RW 6. Pada setiap tanggal 12 bulan Mulud, berdasarkan perhitungan tahun Jawa, Langgar Jimat selalu ramai dipadati ribuan pengunjung, karena ada tradisi Jamasan Jimat atau pencucian jimat Kalisalak, sebuah ritual warisan nenek moyang masyarakat Banyumas dari tahun ke tahun.
“Kami melestarikan tradisi Jamasan Jimat Kalisalak, karena ini warisan nenek moyang kami. Setiap tahun sekali, kami selalu rutin menggelar Jamasan Jimat Kalisalak,” ujar Samilin Agus Setiono (63), juru kunci Langgar Jimat saat menerima Tim Blusuker dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di lokasi Langgar Jimat, Sabtu (31/8/2024).
Pintu gerbang makam Mbah Agung Karangbanar dijaga ratusan monyet | Foto: Dok. Tim Blusuker
Ikut dalam kunjungan itu, pakar pemberdayaan Unsoed Prof. Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP, M.Si, dosen Fisip Unsoed dan pengamat pariwisata Drs. Chusmeru, M.Si beserta anggota tim. Kehadiran mereka dalam rangka penelitian tentang objek wisata religi di pedesaan.
Potensi Ekonomi
Pemerintah Desa Kalisalak memberi keterangan, saat ini desa ini dikenal sebagai desa wisata dan desa adat. Disebut desa wisata karena di desa yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari Kota Purwokerto ini terdapat sejumlah objek wisata, yakni Curug Song, Bukit Mbulu, Watu Gede, Telaga Anteng, dan belakangan ada adventure dan outbond, serta wisata kuliner.
Sedangkan disebut desa adat karena di desa ini terdapat tradisi atau adat pencucian jimat Kalisalak, yang setiap tahun sekali selalu ramai dihadiri pengunjung, tidak hanya dari Desa Kalisalak dan sekitarnya, juga dari berbagai daerah, seperti Jogja, Solo, dan Semarang.
Desa Kalisalak memiliki potensi ekonomi dari industri kerajinan kecil berupa gula kelapa dan gula aren. Produksi gula ini cukup menjanjikan karena, selain dipasarkan di beberapa kota di Indonesia, juga diekspor ke luar negeri. Tenaga kerja terserap dari masyarakat Desa Kalisalak sendiri.
Objek wisata andalan Desa Kalisalak adalah Curug Song. Pemandangan di lahan Perhutani ini sangat indah. Pengunjung akan ramai di hari Sabtu dan Minggu. Beberapa wahana permainan air tersedia di Curug Song. Lahan parkir yang luas membuat objek wisata ini nyaman untuk dikunjungi.
Potensi ekonomi Curug Song, selain dari retribusi pengunjung, juga diperoleh dari sektor kuliner. Para pedagang kecil berderet di area parkir. Menu makanan dan minuman yang dijual bervariasi, mulai dari soto Banyumas dengan bumbu kacang, Tempe Mendoan, serta air kelapa muda.
Makam Mbah Agung Karangbanar di Desa Kalisalak | Foto: Dok. Tim Blusuker
Menyimpan Misteri
Di Desa ini pula, terdapat makam yang dikeramatkan, yakni Makam Mbah Agung Karangbanar. Berada di atas perbukitan, makam ini terlihat asri karena hawanya yang sejuk. Juga terdapat ratusan monyet ekor panjang yang hidup di pepohonan yang rimbun di sekitar makam. Pada hari-hari tertentu makam ini selalu ramai dikunjungi wisatawan dari wilayah Banyumas dan kota-kota lain seperti Solo, Yogya, dan Jakarta.
Untuk menuju ke makam itu, meskipun jalanan naik turun bukit, namun sudah diaspal mulus. Sedangkan di area makam, terdapat jalur jalan setapak yang naik melalui anak tangga. Kondisi seperti ini mengingatkan pada lokasi makam raja-raja di Imogiri, Yogyakarta.
Mbah Agung Karangbanar dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tokoh agama Islam yang disegani pada masanya. Hal itu tampak dari banyaknya peziarah yang melakukan wisata ziarah setiap menjelang hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Kebanyakan dari peziarah berdoa untuk mendapatkan pertolongan karir, usaha, maupun rezeki.
Sosok Mbah Agung Karangbanar sendiri hingga saat ini masih menyimpan misteri. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa beliau terkait dengan Kesultanan Yogya. Namun ada pula yang beranggapan Mbah Agung Karangbanar memiliki garis keturunan dengan keluarga Sunan Kalijaga—seorang ulama Walisongo yang kesohor dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa melalui pendekatan budaya.
Desa Kalisalak juga memiliki sendang atau telaga yang menyimpan misteri. Telaga Anteng di Kalisalak menurut penuturan masyarakat merupakan wudel atau pusarnya Laut Selatan. Anehnya, air Telaga Anteng selalu melimpah di musim kemarau, namun justru akan surut jika musim penghujan tiba.
Tim Peneliti Unsoed di pabrik gula Desa Kalisalak | Foto: Dok. Tim Blusuker
Telaga Anteng kerap menjadi tujuan wisata medis bagi pelancong. Konon, air Telaga Anteng dapat menyembuhkan penyakit gatal-gatal. Meski belum terdapat kajian ilmiahnya, masyarakat dan pelancong mempercayai khasiat air telaga ini.
Melihat potensi yang dilimiliki Desa kalisalak, pakar pemberdayaan masyarakat Prof. Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP, M.Si memandang penting dan strategis untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara berkesinambungan dengan kolaborasi akademisi, pemerintah daerah, serta pegiat pembangunan untuk mengembangkan potensi Desa Kalisalak sebagai desa wisata budaya, religi, dan alam.
Upaya pengembangan dan pelestarian, dengan tetap mengedepankan kearifan lokal yang ada, akan menjadikan Desa Kalisalak menjadi eduwisata atau wisata pendidikan yang maju. Prof. Adhi Iman juga mengemukakan perlunya memberikan literasi bagi masyarakat dalam meneruskan nilia-nilai spirit perjuangan melawan penjajahan dan moralitas yang menjungjung tinggi niat baik, ketulusan serta persatuan (solidaritas) sebagai modal sosial dalam pembangunan.
Dampak selanjutnya, dengan memaksimalkan potensi alam yang ada, Desa Kalisalak dapat dikembangkan sebagai ekowisata. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan, khususnya bagi generasi muda, berkembangnya produk khas seperti kuliner, produk gula aren dan gula kelapa yang memiliki kualitas eksport. Dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.[T]
Reporter/Penulis: Prasetiyo
Editor: Jaswanto