25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking

I Nyoman TingkatbyI Nyoman Tingkat
September 1, 2024
inEsai
Bak Inpres dan Cubang Air di Gumi Delod Ceking 

Bak Inpres jejak peradaban air Gumi Delod Ceking | Foto : I Nyoman Tingkat

PROYEK Orde Baru untuk memenuhi kebutuhan air krama di Gumi Delod Ceking, maksdunya wilayah Nusa Dua, Jimbaran dan sekitarnya di Kuta Selatan, pada 1970-an adalah Bak Inpres. Kala itu sejumlah proyek Bak Inpres dibangun berbasis tempekan mirip zonasi masa Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) era 2020-an. Model ini analog dengan sekaa bangbang yang sudah ada sebelumnya. Hampir di tiap tempekan yang ada bangbang-nya juga dibangun Bak Inpres untuk menampung air hujan.

Ada sejumlah makna pembangunan Bak Inpres berbasis tempekan zaman Orde Baru. Pertama, membantu krama mengatasi kesulitan air pada musim kemarau. Kemarau panjang yang sering disebut katiga kangkang adalah masa krisis air tanpa keluhan dan keributan, tetapi dimaknai dengan sering mapinunas kepada Hyang, sebagai wujud rasa eling. Krisis air ditarik ke ranah spirit lalu berpasrah setelah berusaha.

Kedua, Orde Baru memuliakan kearifan lokal yang dibina dan diwariskan secara turun-temurun. Di dalamnya terimplisit maksud untuk memersatukan, memerkuat, membina dan  mengembangkan kebudayaan yang hidup dan diimani. Kohesi (kesamaan fisik)  dan koherensi (keterpaduan nilai, value) tempekan disaturagakan sebagai representasi kekuatan sekala niskala, penyaturagaan jasmani dan rohani. Dalam konteks Pendidikan, inilah yang disebut transformasi nilai-nilai kehidupan.

Ketiga, pembangunan Bak Inpres bertujuan mendekatkan konsumen dengan sumber air. Jumlah sekaa tempekan pun  terbatas tidak lebih dari 35 orang sehingga lebih mudah mengelolanya.  Di Tempekan Mangas dan Kancagan Desa Adat Kutuh misalnya dibangun Bak Inpres pada 1977 di tengah suasana Pemilu yang mencekam tetapi nihil gesekan. Politik riang gembira tak terkatakan tetapi diimani dan dilaksanakan.  Boleh jadi, proyek ini adalah hadiah menjelang Pemilu yang kini lebih populer disebut Bansos yang belum terartikulasikan kala itu.

Menarik pula dicermati, warga merelakan tanahnya yang berbatu kapur sampai 8 are untuk membuat bak termasuk lapangan air yang dialirkan ke bak ketika hujan turun. Maklumlah, saat itu tanah di Gumi Delod Ceking tiadalah berharga. Diberi gratis pun, tiada yang melirik. “Buat apa?” kata mereka yang diberikan. Hal yang nungkalik kini, tanah Delod Ceking jadi rebutan dan disengketakan padahal sebelumnya tak diurus bahkan dianggap tidak ada. Keadaan makin keruh dengan kehadiran maklar tanah dengan mulut manis. Bungut gebuh kata mereka yang menjadi korban.

Pekerjaan proyek Bak Inpres itu dilakukan secara swakelola dan bergotong royong di tengah suasana gumi sayah, ‘paceklik’. Mereka hanya berbekal ubi rebus atau ubi bakar sebelum pekerjaan menggali batu kapur yang padat dan keras. Kekerasan batu kapur itu diimbangi dengan kerja keras oleh anggota sekaa yang bergiliran piket menggali batu kapur dengan linggis membuat bak ukuran sekitar 4 x 6 x 5 m.  Setelah bak dibuat, dilanjutkan dengan membuat jalan air dengan kemiringan yang sekitar 30 drajat sehingga bila hujan, air langsung tertampung di  Bak Inpres ini.

Air yang ditampung di Bak Inpres ini baru dibagi pada musim kemarau tiba setelah air di bangbang tempekan dan bangbang desa habis. Pembagian air juga mengikuti model pembagian air di Bangbang Desa yaitu telung tegen ‘enam jeriken’ setiap hari yang dimulai dengan paruman sekaa dipimpin oleh Kelihan Sekaa Bak Inpres. Prosesi paruman diawali dengan ngaturang daksina pejati kehadapan Hyang Bhatara Wisnu dilengkapi  dupa yang menyala sebagai api saksi sekaligus api semangat menerima berkah air, yang disungkemi seluruh anggota.

Begitulah aturan dibuat sangat simpel tanpa protes dan diyakini bersama serta dilaksanakan bersama dalam keseharian saat pembagian air. Barang siapa yang mengambil air lebih dalam sehari diserahkan dampaknya kepada yang bersangkutan. Itulah sebabnya anggota sekaa Bak Inpres juga selalu berefleksi saban sore menjelang matahari tenggelam, terutama bagi anggota Kepala Keluarga dengan jumlah yang banyak. Kalau-kalau ada salah satu anggota keluarga yang lebih mengambil air, maka wajib hukumnya dikembalikan pada hari itu pula.

Gumi Delod Ceking dan Dadu yang Terbalik

Setelah sukses dengan Proyek Bak Inpres pada 1970-an, pada akhir 1980-an proyek Orde Baru diganti dengan Proyek Cubang Air. Jika Bak Inpres dibangun dengan penggalian batu karang dengan kedalaman tertentu, Cubang Air berbentuk tangki air dari viber diberikan gratis dan di letakkan di atas permukaan tanah warga juga berbasis tempekan. Warga hanya menyiapkan pondasi penempatan Cubang Air. Cubang air diisi seminggu sekali melalui truk-truk berisi tangki air untuk memenuhi kebutuhan air warga masyarakat. Warga mengambil air di Cubang Air yang sudah tersedia.

Seiring dengan perkembangan kemajuan, penduduk di Gumi Delog Ceking mulai mendapatkan pekerjaan menjadi buruh di proyek-proyek Hotel Nusa Dua, kemampuan daya beli lambat laun membaik. Maka penduduk pun membeli langsung air tangki untuk ditampung di bak masing-masing. Akan tetapi semangat menghargai dan menghemat air pun terjaga dengan baik. Itulah jejak peradaban air di Gumi Delod Ceking, dari bangbang ke Bak Inpres dan Cubang Air, lalu ke Suukan ‘sumur di pantai’(yang disajikan terpisah).

Bak Inpres jejak peradaban air Gumi Delod Ceking | Foto : I Nyoman Tingkat

Catatan ini tidak dimaksudkan untuk mengorek luka lama krama dari Gumi Delod Ceking soal air, karena saya sadar peribahasa, “menepuk air di atas dulang tepercik muka sendiri”. Oleh karena itu, renungan ini lebih diarahkan pada menemukan kembali nilai-nilai yang erosi diterjang perubahan secara drastis terutama dalam penghormatan terhadap air. Harapannya, generasi kini mengerti makna air secara edukatif fungsional.

Hemat menggunakan air adalah bagian dari ibadah pemujaan terhadap Dewa Wisnu yang menyebarkan kesuburmakmuran berkat air yang diolah menjadi Tirtha Amerta. Begitu pula PDAM yang menangani masalah air hendaknya melayani dengan kejernihan air yang disalurkan dari pipa-pipa ke rumah-rumah warga yang taat membayar pajak setiap bulan. Jangan sampai air mati berminggu-minggu, lalu tiba-tiba yang mengalir air keruh. Pelanggan adalah raja, layanilah raja jangan sampai memancing di air keruh. [T]

BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT

“Bangbang” di Gumi Delod Ceking
Berguru ke “Ngampan” Delod Ceking
Antara Pura Gunung Payung dan Pura Batu Pageh
Pura Gunung Payung di Gumi Delod Ceking
Gumi Delod Ceking Sebagai Pusat Perguruan
Ibu Tapa dan Pura Penataran Kampial, Keistimewaan Lain dari Gumi Delod Ceking
Gumi Delod Ceking dan Dadu yang Terbalik
“Kupu-Kupu di Dalam Buku”
Tags: baliGumi Delod Cekingkuta selatanNusa DuaOrde Baru
Previous Post

Dialek Bahasa Bali dalam Seni Pertunjukan: Humor yang Memikat

Next Post

Merajut Warisan Alam & Budaya Menuju Pariwisata Regeneratif – Dari Perayaan HUT ke-6 Godevi

I Nyoman Tingkat

I Nyoman Tingkat

Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali

Next Post
Merajut Warisan Alam & Budaya Menuju Pariwisata Regeneratif – Dari Perayaan HUT ke-6 Godevi

Merajut Warisan Alam & Budaya Menuju Pariwisata Regeneratif – Dari Perayaan HUT ke-6 Godevi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co