“Sekarang belum ada pasangan, tapi kalau bisa, pinginnya yang bisa bahasa Bali yang sopan, alus. Biar kayak Kelian Adat!”
Begitulah jawaban Ni Made Mira Cahyani ketika ditanya soal pacar. Itu jawaban yang menarik. Mira—begitu panggilan akrabnya—ternyata suka pada lelaki berbahasa Bali seperti ketua adat.
Barangkali, Mira sedang bercanda. Namun, jika melihat bagaimana Mira begitu cintanya pada bahasa Bali, maka keiinginannya itu bukanlah sekadar kata-kata kosong.
Kami bertemu di sebuah coffee shop di daerah Peguyangan, Denpasar, dan berbincang tentang banyak hal, terutama tentang kuliah dan bahasa Bali. Ditemani Coffee Cappucino Hot dan Taro Latte Ice, obrolan terasa akrab dan khusyuk.
Meski sibuk, Mira masih bisa diajak janjian untuk ngobrol. Ia baru saja menjalani yudisium pada Rabu, 7 Agustus 2024, bersamaan dengan teman-temannya di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI)
Mira memang terdaftar sebagai mahasiswa di FBS UPMI, program studi (Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah) PBID dengan konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali.
Yudisium ini merupakan Yudisium pertama FBS setelah dipisah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Selain mahasiswa PBID, mahasiswa lain yang juga diwisuda berasal dari program studi PBID Pendidikan Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dan Pendidikan Seni Rupa.
Gadis kelahiran 29 Juli 2002 yang berasal Angantaka, Abiansemal, Badung itu adalah lulusan terbaik FBS UPMI tahun 2024 yang berasal dari program studi PBID.
Jadi, Mira memang layak disebut gadis hebat. Meski sibuknya minta ampun saat kuliah, ia tetap bisa konsentrasi belajar dan lulus dengan predikat terbaik.
Saat ini ia menjadi guru bahasa Bali di salah satu sekolah dasar di Pemecutan, Denpasar. Selain itu ia juga menjadi beauty consultan di sebuah perusahaan kecantikan ternama. Sebelumnya, ia aktif mengajar bimbel (bimbingan belajar) dan mengajar les private.
“Saat kuliah saya memilih konsentrasi bahasa Bali, karena saya memang suka dan cinta pada bahasa Bali,” kata Mira tentang betapa cintanya ia pada bahasa Bali.
Sedari awal memilih perguruan tinggi, ia memang sudah berniat untuk menempuh pendidikan S1 di UPMI, yang dulunya bernama IKIP PGRI Bali.
Menurut Mira, lulusan bahasa Bali adalah yang paling dicari-cari sekarang ini, di tengah kelangkaan guru bahasa Bali, hal itu tentu menjadi peluang yang bagus.
Barangkali karena alasan-alasan itulah, maka kriteria pasangannya adalah pria yang bisa berbahasa Bali dengan baik, terutama bahasa Bali alus atau sopan.
Ketika menginjak semester 7, Mira memilih meninggalkan profesinya sebagai pengajar bimbel dan pengajar les private karena kelelahan dan pekerjaannya sebagai beauty consultan semakin padat. Saat ini ia hanya fokus mengajar di sekolah dasar dan menjadi beauty consultan di salah satu perusahaan kecantikan.
Sebelum menjadi beauty consultan, ia memulai kariernya di perusahaan kecantikan tersebut dengan menjadi sales yang mempromosikan dan menjual produk lewat sosial medianya. Ia mulai melakoninya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Ia begitu konsisten menjajakan produk kecantikan tersebut di sosial medianya, tak ada rasa gengsi ataupun malu.
Setelah bertahun-tahun menjadi sales, saat ini ia dipercaya menjadi beauty consultan. Sekarang ia sudah menerima gaji tetap, tidak lagi tergantung dari hasil penjualan seperti dahulu ketika awal ia memulainya.
‘“Karena memang udah suka berbisnis dari SMA, jadi ya tidak ada capeknya sih apalagi malu, enggak ada sama sekali, jadi seneng aja jalaninnya,” ujar Mira.
Mira mengatakan tidak ada kesulitan sama sekali dalam mengatur waktu, menurutnya hanya diperlukan konsistensi dan time management yang baik.
“Apalagi pas awal semester 7, jadwal kuliah tidak terlalu padat. Jadi bisalah nyambi lebih aktif lagi untuk menuhin biaya buat Yudisium dan Wisuda,” ungkapnya.
Mira Cahyani menerima sertifikat penghargaan saat Yudisium FBS, | Foto: Dok. UPMI
Selama menjadi mahasiswa, Mira juga aktif mengikuti organisasi intra kampus, mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai anggota periode 2020-2021, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBID sebagai Ketua periode 2022-2023, dan Persatuan Mahasiswa Hindu Dharma (PMHD) sebagai Sekretaris periode 2022-2023.
Di luar kampus ia tergabung dalam organisasi kepemudaan, yaitu Sekaa Teruna Teruni Canti Bhuana, Banjar Kekeran, Angantaka, Abiansemal, Badung sebagai Sekretaris periode 2022-2023.
Selain itu selama menjadi mahasiswi, Mira juga beberapa kali berhasil menjuarai berbagai kompetisi. Seperti juara 1 Film Pendek Nasional yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Negeri Semarang (UNS) tahun 2021, dan juara 3 Lomba Pidato Daring Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Dwijendra tahun 2021.
Ia juga mencatatkan prestasi sebagai juara Harapan 1 LKTI Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret tahun 2021, Juara 2 Lomba Pidato Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Dwijendra tahun 2022, Juara 3 Fotografi Nasional yang diselenggarakan oleh Imbasadi (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah se-Indonesia) tahun 2023, dan masih banyak lagi.
Mira Cahyani ketika menyampaikan kesan dan pesan | Foto: Dok. UPMI
Mira juga memiliki keahlian menjadi pembawa acara dan moderator. Tak hanya jago di kandang, ia juga kerap diundang menjadi pembawa acara dan moderator di berbagai event di luar kampus.
Dengan segudang prestasi dan produktivitasnya, Mira bisa dikatakan memang layak menjadi lulusan terbaik Fakultas Bahasa dan Seni, UPMI 2024. Ia meraih predikat cumlaude, dengan indeks prestasi komulatif (IPK) 3,96. Mira mengatakan, sebetulnya yang ia takutkan ketika mendapatkan IPK tinggi adalah tanggung jawabnya yang besar.
“Saya teringat dengan kata-kata salah satu dosen yang menguji skripsi saya waktu itu, mendapatkan nilai yang sempurna adalah hal yang mudah, yang sulit adalah mempertanggungjawabkannya. Begitu katanya,” kata Mira. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole