9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ayu Laksmi dan Nyanyian-nyanyian Pemuja Semesta

JaswantobyJaswanto
July 22, 2024
inUlas Pentas
Ayu Laksmi dan Nyanyian-nyanyian Pemuja Semesta

Ayu Laksmi sedang memainkan penting-nya | Foto: Jaswanto

BAK dewi ia duduk di bantalan serupa batu putih dengan sebuah alat musik endemik di pangkuannya. Didekapnya alat musik itu dengan lembut, seperti orok, darah dagingnya sendiri.

Asap buatan memenuhi panggung. Mengepul-ngepul menambah kesan kemagisan. Dimainkannya alat musik yang unik itu—menyerupai gitar, menggunakan dawai, tapi juga dilengkapi dengan tuts seperti piano. Itulah penting, alat musik tradisional khas Karangasem, Bali.

Ayu Laksmi, dewi yang duduk di bantalan serupa batu putih itu, menggerakkan jari-jarinya yang lentik, memetik dawai dan menekan tuts dengan lembut, menghasilkan suara rintihan yang dalam dan magis. Lalu ia bergumam, seperti merapal mantra tua dari masa di mana manusia belum mengenal bahasa. Lagu “Durga” mendaulat langit Singaraja.

Ayu Laksmi dan penting-nya | Foto: Jaswanto

Sementara lady rocker dari Bali itu—julukan Ayu Laksmi—memainkan penting, dari balik asap buatan, muncul delapan penari perempuan dengan benda menyerupai kayon di tangan masing-masing. Penari-penari itu serupa bayangan sang dewi yang kini terpejam khusyuk sambil mengacungkan jari telunjuknya ke langit.

Di atas adalah penggalan konser musik Ayu Laksmi dalam pagelaran Festival Kebyar Kasih Pertiwi yang diselenggarakan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV Bali-NTB di Taman Bung Karno, Singaraja, Bali, Sabtu, (20/7/2024) malam.

Membuka pertunjukan di malam itu, Ayu membawakan lagu berjudul “Durga”, sebuah nyanyian puja hormat pada Ratu Ibu Penguasa alam semesta. Tampaknya ia sangat kagum dan hormat—oh, maaf, lebih dari itu, Ayu sangat mengimani—shakti Siwa itu.

Penempatan Ayu sebagai pembuka pertunjukan setelah acara seremonial malam itu saya rasa sangat tepat. Lewat denting penting-nya dan lirik-lirik pemujaannya, ia telah membuat suasana semakin terasa sakral dan spiritual—pula sangat menghibur.

Sebagaimana sosok Mahisasura Mardini—sang penakluk asura—yang magis, “Durga” membuat hadirin terpaku dan takjub. Ayu bermain dengan cakap—ia memang seorang bintang. Dan Setelah “Durga” membuat mata hadirin tak berkedip, ia melantunkan “Hyang” dan “Maha Asa”.

Ayu Laksmi dengan bayangan delapan penari di belakangan | Foto: Jaswanto

Lagu “Hyang”, setahu saya, merupakan gubahan dari puisi Putu Fajar Arcana, yang memuliakan kebesaran Tuhan dalam tradisi Hinduisme. “Tuhan di dalam diri,” kata Ayu. Lagu ini termaktub dalam album Svara Semesta 2, yang ber-genre world music alias musik dunia.

Komposisi musik “Hyang” cukup unik. Irama electronic dance music (EDM) berdentum mengentak. Lantunannya menabrak bunyi genggong dan lentingan gamelan Bali. Mengawinkan paduan bunyi tradisional dan kontemporer, seniman perempuan multitalenta ini meleburkan khazanah musik populer dan klasik dengan sentuhan elemen etnik.

Menutup pementasannya, Ayu menyanyikan lagu “Maha Asa”. Lirik lagu ini diambil dari sebuah lontar yang diterjemahkan Sugi Lanus, filolog mutakhir asal Bali yang masyhur itu. Ya, tak mengherankan. Pasalnya, selain menyukai unsur-unsur bebunyian lokal, seperti gamelan, suling, penting, karinding, genggong, Ayu Laksmi juga senang menggunakan beragam bahasa, seperti Kawi, Bali, Latin, Inggris, dan Melayu dalam karya-karyanya.

Ayu Laksmi sedang bernyanyi | Foto: Jaswanto

Dalam beberapa wawancara, Ayu Laksmi mengungkapkan satu kunci dalam penciptaan lagu, yakni dengan berpasrah diri. Dia tidak merancang untuk menjadikan sesuatu dalam mencipta lagu, tetapi cukup dengan menyediakan diri. Selanjutnya, sebagaimana ia katakan kepada Kompas empat tahun lalu, alamlah yang akan bekerja.

Lagu-lagu Ayu Laksmi banyak berangkat dari kontemplasi atau meditasi. Juga dari hal-hal lampau yang mungkin sudah banyak dilupakan orang. Dia, misalnya, membuat kembali penting menjadi berarti.

Ayu Laksmi memberi impresi sangat spiritualistik dengan lagu-lagu yang memuja kebesaran semesta. Dengarkanlah lagu seperti “Om Mani Pasme Hum”, yang dia cuplik dari mantra Buddhisme. Begitu juga dengan lagu “Hyang”, “Maha Asa”, “Kidung Maria”, atau “Tuhan di Dalam Diri”. Namun, tak hanya ketuhanan, lirik-lirik yang dia usung juga tak jauh dari tema kemanusiaan, cinta, dan alam.

Pertunjukan Lintas Disiplin

Pada konser musik malam itu, sebagaimana telah disinggung di awal, di atas panggung Ayu Laksmi tak sendirian. Ada delapan penari perempuan yang membuat konser tersebut terlihat lebih artistik, atraktif, dan mendebarkan. Inilah pertunjukan lintas disiplin. Ada nyanyian, pula tarian.

Ayu Laksmi sedang bernyanyi | Foto: Jaswanto

Ya, selain pada lagu, perhatian saya turut tertuju pada gerak para penari. Gerak kolektif yang seragam, dengan gerak yang biasa, memang, tapi itu mengesankan. Gerak kedelapan dara itu—yang mengayun lembut, berputar-putar mengembangkan selendang putih di balik kabut asap—digarap dengan sangat singkat oleh I Made Tegeh Okta Maheri, atau akrab dipanggil Dek Geh.

Dek Geh, seniman tari tradisional dan kontemporer itu menambah ornamen yang tak hanya sekadar tempelan, tapi menggenapi nyanyian pemuja semestanya Ayu Laksmi—aktris yang identik dengan Ibu, sosok hantu perempuan dalam film Pengabdi Setan (2017) garapan Joko Anwar. Terkait gerak tari, saya rasa Dek Geh memang mengonotasikan “Durga”dan “Hyang” sebagai lagu “pemujaan”.

Sampai di sini, menurut saya koreografi tersebut menjadi penting. Sebab kesan magis tidak hanya didapat ketika mendengar lagu yang Ayu Laksmi bawakan, tetapi kesan itu juga didapat ketika melihat gerak para penari.

Ayu Laksmi dan delapan penari di belakangnya | Foto: Jaswanto

Mungkin bagi sebagian orang dengan pemahaman gerak yang mumpuni akan merasa bahwa tarian-tarian tersebut terkesan biasa, namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi para penonton, terlebih pertunjukan tersebut tidak ditempatkan laiknya sebuah kompetisi yang membutuhkan penilaian juri.

Justru dari sinilah dapat kita sadari bahwa sebuah pertunjukan tidak hanya membutuhkan kemampuan yang baik dari penampilnya, tetapi juga emosi dan pesan atas tafsir lirik lagu yang dikemas dengan gerak sederhana juga tidak kalah penting. Rasanya pertunjukan yang digelar sebagai spesial performance itu telah memberikan keutuhan itu.

Pada ihwal pertunjukan ini, kerja kolaborasi dengan lintas disiplin ini turut memberi warna baru kesenian di Singaraja yang membuat pendengar lintas generasi—bahkan satu, dua, atau tiga generasi setelahnya—dapat diakomodasi.

Hal tersebut terlihat dari rangkaian umur penonton yang cukup beragam. Malam itu, generasi tua, dewasa, remaja, dan anak-anak berbaur menikmati Ayu Laksmi dengan nyanyian pemuja semestanya.[T]

Festival Kebyar Kasih Pertiwi: Ajang Kolaborasi, Ekspresi, dan Apresiasi Kebudayaan
Pandangan Atas Tanah Dulu dan Kini : Catatan Repertoar Tari “Sejak Padi Mengakar”
“Bee Dances” : Menembus Batas, Melebur Identitas
Lumpur Lampau dan Kubangan Modernitas: Catatan Menonton Pertunjukan Hominid Heart
“Gema Ladang”: Nyanyian Ladang dan Ratapan dari Flores Timur
Tags: Ayu LaksmiBalai Pelestarian KebudayaanBPK Wilayah XV Bali-NTBFestival Kebyar Kasih Pertiwi
Previous Post

”Eat, Play, Love” – Sebuah Legacy Toya Devasya di Tepian Batur

Next Post

Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia — Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia — Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia

Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia -- Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co