DESA wisata kini tidak dapat dipandang sebelah mata. Meski jumlah pengunjung tak sebanyak objek wisata yang telah mapan, namun desa wisata berperan penting sebagai penggerak perekonomian di desa.
Banyak contoh keberhasilan pengelolaan desa wisata di beberapa daerah, sehingga masuk dalam kategori desa wisata maju. Sebut saja desa wisata Wukirsari di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wisata ini menjadi Desa Wisata Maju Terbaik pada tahun 2023. Sedangkan desa wisata Semen, di Kabupaten Blitar Jawa Timur mejadi yang terbaik di tahun 2022.
Ada pula desa wisata Sudaji di Kabupaten Buleleng, Bali yang meraih peringkat kedua sebagai Desa Wisata Maju pada tahun 2022. Desa wisata ini memiliki hutan buatan yang diberi nama Hutan Namaste, di mana terdapat pohon yang menyerupai gua serta tempat meditasi. Salah satu daya tarik kesenian di desa wisata ini adalah Festival Bukakak, simbolisasi atas tanah yang subur dan panen yang melimpah.
Bukan hanya di Jawa dan Bali, desa wisata yang telah maju juga terdapat di Papua Barat. Desa wisata Kampung Ugar, Kabupaten Fakfak, Papua Barat memenangi Juara Harapan Desa Wisata Maju tahun 2022. Desa wisata ini memiliki keunggulan wisata bahari serta lukisan prasejarah di dinding tebing karst atau tebing batuan kapur.
Namun begitu, tidak sedikit pula desa wisata yang kurang dapat berkembang dengan baik. Selain potensinya yang kurang menarik, juga pengembangannya yang kurang optimal. Desa wisata seperti ini biasanya yang masih masuk kategori rintisan.
Belajar dari Bali
Bali sering dijadikan model dalam pengembangan pariwisata di Tanah Air. Hampir setiap kabupaten di Bali memiliki desa wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Hal itu tentu saja karena nama besar Bali yang sudah tersohor ke seantero jagat. Namun bukan semata oleh sebab itu, desa wisata di Bali memang dikembangkan sesuai konsepnya, bukan dibuat karena euphoria desa wisata di Indonesia.
Salah satu desa wisata yang berhasil di Bali adalah Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa wisata Pangsan dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Badung No. 47 pada bulan Oktober 2010. Desa Pangsan memiliki 1 buah penginapan, 2 buah restoran, 2 buah atraksi rafting, 1 jalur trekking, dan 1 jalur cycling ( Ni Gusti Ayu Susrami Dewi dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi, 2016 ).
Salah satu sarana penunjang pariwisata Fantasi Ayu Rafting dimiliki oleh investor Korea Selatan yang menjalin kerjasama dengan Koperasi Unit Desa. Sedangkan wisata tracking dan cycling merupakan satu paket wisata yang ditawarkan oleh pihak agen perjalanan yang berada di Denpasar dan bekerja sama dengan Desa Wisata Pangsan melalui kelompok sadar wisatanya.
Potensi wisata yang dimiliki Desa Pangsan cukup banyak, baik wisata alam, budaya, maupun buatan manusia. Desa Pangsan memiliki pemandangan alam yang indah, bentangan areal persawahan, perkebunan, dan tegalan. Potensi budayanya juga menarik, yang terdiri dari tradisi masyarakat, rangkaian upacara Nyepi, dan keberadaan kelompok seni tradisional (sekeha) yang berjumlah 13 kelompok.
Sedangkan potensi buatan manusianya terdiri dari jalur arung jeram, bersepeda, dan jalur tracking. Desa Pangsan juga memiliki kegiatan Pangsan Village Culture Show, yang merupakan pagelaran seni budaya kelompok kesenian dan kelompok PKK. Pagelaran ini bisa disesuaikan waktunya sesuai dengan permintaan wisatawan.
Bali juga memiliki Desa Wisata Taro di Kabupaten Gianyar. Desa wisata Taro merupakan desa tertua di Bali. Budaya dan tradisi lokal masih dipertahankan hingga saat ini. Wisatawan ditawarkan untuk menjadi warga lokal atau warlok dengan menginap di homestay.
Wisatawan disuguhkan beragam destinasi dan aktivitas yang menarik. Salah satunya adalah menginap di homestay yang dekat dengan konservasi Lembu Putih. Hewan ini disakralkan oleh masyarakat setempat (travel.detik.com, 2 Juli 2024).
Wisatawan juga dimanjakan oleh penginapan yang dibangun dengan gaya arsitektur Bali. Nuansa autentik sangat terasa ketika berada di Desa Wisata Taro. Apalagi desa wisata ini juga memiliki sensasi pemandangan sawah yang tenang dan menakjubkan.
Selain itu, Bali memiliki desa wisata yang berada di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Desa Kemenuh merupakan desa yang kaya budayanya. Hal itu tercermin dalam kehidupan berkesenian masyarakatnya serta kerajinan rumah tangga yang bernilai seni.
Sebagaimana diberitakan Bali Travel News, 21 Oktober 2016, Desa Kemenuh mulai banyak bermuculan pasar seni, gallery atau art shop. Kerajinan tangan yang berkembang telah dapat menampung tenaga kerja dan menghidupi perekonomian masyarakat Desa Kemenuh.
Desa Wisata Kemenuh mulai bangkit sejak digulirkannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ke desa. Kemenuh menata kehidupan dan pembangunan fisik. Masyarakat menekuni kerajinan, bahkan membuka usaha kerajinan sendiri di rumah masing-masing. Beberapa program bantuan ekonomi dari pemerintah mulai mengalir.
Desa Kemenuh memiliki kawasan seluas 100 hektar yang dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Para tokoh masyarakat, kelian banjar adat, pemilik tanah, organisasi subak, dan aparat desa mencetuskan Kemenuh sebagai Desa Wisata Budaya.
Menurut Blog milik Desa Kemenuh, penetapan sebagai desa wisata budaya merupakan salah satu bentuk penerapan dari konsep desa wisata. Penekanannya adalah pada pengenalan seni budaya sesuai misi yang dibawa, yaitu konservasi, edukasi, dan eksistensi budaya Bali.
Partisipasi
Desa wisata perlu dikembangkan secara sistemik dengan memperhatikan objek dan daya tarik wisata lain yang sudah mapan. Satu desa tidak mungkin dijual ke pasar wisata sendirian lepas dari paket wisata desa dan kabupaten lain.
Partisipasi masyarakat desa dalam pengembangan pariwisata benar-benar diharapkan. Pengembangan desa wisata tidak boleh hanya datang dari sekelompok elit desa atau kelompok bisnis tertentu. Peran masyarakat desa sangat penting dalam proses perencanaan dan pengawasan desa wisata. Bila tidak, maka pengembangan desa wisata akan lepas kendali tanpa arah.
Konsep desa wisata selayaknya memberi peluang dan peran sebesar-besarnya kepada masyarakat setempat untuk merumuskan konsep desa wisata yang sesuai dengan sistem sosial, budaya, tradisi, norma, dan kepercayaan masyarakat. Jangan sampai identitas sosial budaya tergusur oleh tuntutan wisatawan yang justru bertentangan dengan harapan masyarakat.
Contoh menarik pengembangan desa wisata yang melibatkan partisipasi masyarakat adalah Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Pariwisata di Desa Penglipuran secara konsisten menerapkan konsep Community Based Tourism (CBT).
Konsep CBT ini memberi peluang kepada masyarakat lokal untuk terlibat dalam pengelolaan pariwisata. Investasi dan tenaga kerja di Desa Wisata Penglipuran seluruhnya berasal dari masyarakat lokal. Dengan demikian masyarakat dapat menjaga keutuhan nilai-nilai budaya setempat.
Masyarakat Desa Penglipuran juga memiliki aturan yang spesifik terkait kepemilikan lahan. Pengelola Desa Wisata Penglipuran Wayan Sumiarsa mengatakan; untuk menjaga keaslian Desa Penglipuran, masyarakat dilarang menjual tanahnya kepada pihak luar. Larangan ini hingga saat ini masih dipatuhi oleh masyarakat (travel.detik.com, 9 Juni 2024)
Prinsipnya, desa wisata adalah destinasi di desa yang dirancang oleh masyarakat desa, dikelola oleh masyarakat, serta keuntungan ekonomisnya dirasakan masyarakat. Perencanaan pengembangan desa wisata oleh masyarakat tentu saja harus melibatkan unsur pemerintah dan stakeholder pariwisata, seperti biro perjalanan, perhotelan, dan pemandu wisata.
Desa wisata diharapkan dapat mendukung penguatan organisasi sosial di desa serta melestarikan seni budaya lokal. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata pada akhirnya harus secara signifikan meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat desa.[T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU