SITUASI lingkungan hidup di planet kita, saat ini berada dalam keadaan gawat dan mendesak. Salah satu masalah terbesar adalah perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca dari berbagai aktivitas manusia seperti industri, transportasi, konversi energi yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan alias deforestasi, dan kegiatan industri yang menghasilkan limbah berbahaya (IPCC, 2021).
Pada tahun 2015, suhu rata-rata dunia untuk pertama kali naik 1 derajat Celsius. Kenaikan itu berada di atas tingkat peningkatan suhu rata-rata setelah pra-era industri. Dengan bergegas pada tahun itu, Perjanjian Iklim di Paris, Prancis, yang ditandatangani banyak negara menargetkan setiap pemerintahan untuk menahan kenaikan suhu rata-rata global di angka 1,5 derajat Celsius .
Persoalan deforestasi sebagai salah satu masalah yang serius. Setiap tahun, jutaan hektar hutan hilang, terutama di daerah tropis, seperti Indonesia kita tercinta, terutama untuk pembukaan lahan pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur (FAO, 2020).
Hutan-hutan ini sebenarnya berfungsi sebagai penyerap karbon, dan hilangnya hutan-hutan tropis ini membuat krisis iklim semakin hebat dan mengancam habitat bagi banyak spesies flora dan fauna (WWF, 2020). Di sisi lain berbagai temuan mengenai pencemaran plastik di lautan adalah ancaman lain yang semakin mengkhawatirkan.
Di sektor pangan bencana juga mulai mengintip, degradasi tanah akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan mengurangi kesuburan tanah dan kemampuan lahan untuk mendukung produksi pangan (UNCCD, 2017). Degradasi ini menyebabkan peningkatan kerawanan pangan dan memperburuk kemiskinan di banyak bagian dunia (FAO, 2019). Indonesia sendiri telah beberapa waktu mengimpor beras dan harga beras yang semakin mahal bisa jadi merupakan tanda awal gejala di atas.
Kampanye Kesadaran Lingkungan
Beberapa pihak yang paling relevan dalam hal ini meliputi pemerintah, organisasi non-pemerintah (LSM), sektor swasta, dan komunitas lokal. Pemerintah tentu saja memiliki tanggung jawab yang utama dalam mengatur dan mengarahkan kampanye kesadaran lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki wewenang untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan serta program lingkungan hidup di Indonesia.
Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan untuk memasukkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum sekolah, serta menggunakan media nasional untuk menyebarluaskan pesan kampanye (KLHK, 2021). Posisi KLHK sesungguhnya sangat strategis dalam hal ini.
Organisasi Non-Pemerintah (LSM), seperti Greenpeace Indonesia, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), dan Yayasan Kehati memiliki peran penting dalam mengadvokasi isu-isu lingkungan dan mengedukasi masyarakat. LSM ini sering kali memiliki program kampanye yang berfokus pada kesadaran dan aksi lingkungan yang langsung melibatkan komunitas lokal dan generasi muda.
Sektor Swasta seperti perusahaan-perusahaan dapat berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Banyak perusahaan besar yang sudah mulai mengadopsi praktik ramah lingkungan dan dapat mendukung kampanye kesadaran dengan pendanaan, teknologi, dan jaringan komunikasi mereka. Misalnya, perusahaan teknologi dapat membantu dengan platform digital dan aplikasi untuk kampanye, sementara perusahaan media dapat menyediakan ruang iklan dan promosi untuk mengakomodasi hal ini (UN Global Compact, 2021).
Komunitas Lokal dan Generasi Muda dapat memulai kesadaran lingkungan dari tingkat lokal. Komunitas lokal, termasuk sekolah dan universitas, memiliki peran vital dalam menyebarluaskan pesan mengenai lingkungan dan mempromosikan tindakan ramah lingkungan.
Generasi muda, sebagai penerima dampak langsung dari perubahan lingkungan, harus diajak untuk aktif terlibat dalam kampanye ini melalui kegiatan yang sesuai dengan minat mereka, seperti kegiatan outdoor, program relawan, dan kampanye media sosial (Youth Climate Action Network, 2020).
Media Sosial Pegang Peranan
Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memiliki miliaran pengguna aktif yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Platform ini memungkinkan penyebaran informasi dengan cepat dan efektif, menjangkau audiens yang luas dalam waktu singkat (Statista, 2021).
Generasi muda, yang merupakan pengguna utama media sosial, dapat akses dengan mudah melalui platform-platform ini. Tidak hanya memungkinkan penyebaran informasi, tetapi media sosial juga mendorong interaktivitas dan partisipasi aktif dari penggunanya.
Kampanye yang menggunakan tantangan, hashtag, dan konten interaktif lainnya dapat mendorong generasi muda untuk terlibat secara langsung dan berpartisipasi dalam aktivitas ramah lingkungan (Pew Research Center, 2021). Contoh kasus misalnya, adanya tantangan viral seperti #TrashTag, di mana pengguna memposting foto sebelum dan sesudah membersihkan sampah, dimana tantangan ini telah menunjukkan dampak positif dalam meningkatkan kesadaran dan aksi lingkungan.
Salah satu aktor penting dalam media sosial adalah para influencer. Influencer media sosial memiliki pengaruh besar terhadap opini dan perilaku para followers atau pengikut mereka. Kolaborasi dengan influencer yang peduli terhadap isu lingkungan dapat membantu menyebarkan pesan dengan lebih efektif dan kredibel.
Influencer dapat memanfaatkan platform mereka untuk mengedukasi dan menginspirasi pengikut mereka untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga lingkungan (Hootsuite, 2021). Kampanye yang melibatkan influencer contohnya seperti Greta Thunberg telah berhasil menarik perhatian global terhadap isu perubahan iklim.
Mengapa platform media sosial ini memegang peranan penting? Platform media sosial memungkinkan pembuatan konten yang kreatif dan edukatif, yang dapat menarik perhatian dan memudahkan pemahaman tentang isu-isu lingkungan.
Video pendek, infografis, dan cerita visual dan lainnya, dapat menyampaikan informasi kompleks dengan cara yang menarik dan mudah dipahami terutama oleh generasi muda. Misalnya, video edukatif tentang dampak plastik sekali pakai atau cara-cara sederhana untuk mengurangi jejak karbon dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran secara kolektif (Greenpeace, 2019).
Media sosial memiliki kemampuan untuk memobilisasi orang dalam jumlah besar untuk melakukan aksi kolektif. Kampanye seperti Fridays for Future, yang dimulai oleh Greta Thunberg, telah menginspirasi jutaan siswa di seluruh dunia untuk turun ke jalan, menuntut tindakan nyata terhadap perubahan iklim. Dalam hal ini media sosial memainkan peran kunci dalam mengorganisir dan mempromosikan aksi-aksi tersebut(Fridays for Future, 2020).
Dengan semua kelebihan ini, saat ini media sosial adalah alat yang sangat efektif dalam strategi penguatan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda. Revolusi kesadaran lingkungan menjadi semakin penting karena tantangan lingkungan yang semakin kompleks.
Media sosial akan dapat memainkan peran krusial dalam mempercepat kesadaran dan aksi yang terkait dengan lingkungan. Penggunaan yang tepat dan kreatif dari platform ini penulis yakini dapat membantu mencapai perubahan yang signifikan dalam perilaku dan sikap generasi muda dan kita semua terhadap lingkungan.
Dengan meningkatnya kesadaran ini, ada harapan besar bahwa generasi muda akan menjadi agen perubahan yang kuat dalam upaya pelestarian lingkungan di masa depan. Salam lestari! [T]