JUMPA lagi, Kawan. Semoga senantiasa dalam keadaan sober, karena mungkin saja kalian akan candu dan segera mengecek isi dompet kalian. Barangkali untuk membeli sebotol, dua botol, atau bahkan lebih. Tentunya untuk sekadar merayakan kesabaran dan kewarasan yang lebih panjang. Hehehe.
Sabar ya, perjalanan kita masih panjang untuk sampai pada yang dituju. Kali ini akan kuperkenalkan sesuatu yang tak biasa-biasa saja dari sekeranjang buah jeruk.
Kurasa hampir semua mengenal buah jeruk, baik cara menanam, cara mendapatkannya dan pasti tahu cara memakannya. Jeruk sendiri sangat melekat dan menjadi identitas bagi sejumlah desa di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, dengan varietas jeruk unggulan yakni jeruk Siem.
Memiliki perpaduan rasa asam dan manis yang menyegarkan tentunya menjadi primadona di antara berbagai varietas jeruk yang dikembangkan khususnya di kawasan Kintamani. Perlu diketahui jeruk Kintamani pada umumnya panen setahun sekali yakni pada bulan Agustus sampai Oktober, kami menyebutnya sebagai panen raya.
Tentunya tidak semua pohon menghasilkan buah yang matang secara bersamaan, maka dari itu pasti ada saja sisa-sisa buah jeruk yang masih belum matang, dan biasanya akan siap dipanen satu bulan setelah panen raya yang dikenal dengan istilah nyeladian/ladian atau lebih mudah disebut sebagai panen susulan.
Untuk memperoleh hasil panen yang melimpah tentunya pohon jeruk harus dirawat dengan baik, seperti rutin dilakukan pemangkasan, pemupukan, dan penghormatan terhadap tanaman juga memahami bahwa gulma, hama dan penyakit pun bagian dari siklus alami. Sebab tanaman juga merupakan bagian dari alam semesta. Semesta memaksa untuk memahami harmoni alam dengan bahasa-bahasa yang hanya bisa kita mengerti dengan diam dalam pengamatan.
Dari Kintamani kita akan melipir sedikit ke sebuah desa bernama Desa Awan, tempat penghasil jeruk yang melimpah ruah. Saking banyaknya jeruk pada musim panen raya, jeruk yang tidak berhasil melewati penyortiran akan tebuang begitu saja. Akan tetapi, berkat inisiatif warga setempat jeruk tersebut diolah menjadi sari buah jeruk, namun sayangnya karena tidak mengandung pengawet, sari buah jeruk tidak mampu bertahan lama.
Akibat harga jeruk yang murah, serta kerap kali dijumpai ukuran buah yang tidak terlalu besar menyebabkan jeruk sulit dipasarkan, hingga tangan-tangan dan ide terampil kelompok Subak Cempaka Kembar memproduksi arak jeruk.
Beranggotakan 16 orang, mereka dikenal sebagai kelompok Arak Jeruk Cempaka. Lalu seiring dengan penambahan jumlah anggota, kelompok berganti nama menjadi UMKM Tirta Kauripan, dimana nama ini diambil dari nama salah satu banjar di Desa Awan dan kini jumlah anggotanya sebanyak 22 orang. Usaha ini sudah dimulai sejak tahun 2020.
Arak jeruk dari Desa Awan, Kintamani, Bangli | Foto: Meisa Wulandari
Arak jeruk merupakan hasil fermentasi dan destilasi (penyulingan). Waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi sari jeruk, minimal selama 28 hari untuk mendapatkan 35%-40% kandungan alkohol dengan memanfaatkan sari jeruk yang sudah tersaring, dicampur air dan juga gula aren. Tentunya pilihan utama jatuh pada jeruk siem, yang memiliki kandungan air cukup banyak.
Terlihat panci dan bejana yang mereka gunakan untuk memproses sari jeruk. Yang dipasok langsung dari rumah mereka secara bersama-sama untuk menjadi arak, bukankan ini peralatan yang sudah mulai modern? Ya, karena dibutuhkan beberapa jam bagi sari jeruk untuk mencapai titik didih lalu menguap, naik ke tabung dan kemudian didinginkan di tangki air dimana ia akan mengembun.
Embun mulai menetes pada wadah yang telah disediakan, Lalu apa yang menetes selanjutnya bukan lagi zat manis berupa air jeruk melainkan cairan beralkohol yang jernih dan menyengat, dan mereka menyebutnya sebagai arak jeruk.
Wajah arak jeruk bisa kita temui dalam kemasan yang modern, tidak menggunakan botol plastik seperti kebanyakan arak tradisional melainkan sudah menggunakan botol kaca berukuran 500-700 ml, dan tentunya arak ini sudah legal karena sudah memenuhi standar keamanan atau izin edar produk. Tidak hanya memproduksi arak jeruk, katanya mereka juga memproduksi turunan arak jeruk seperti whiskey dan wine yang masih berbahan dasar buah jeruk. Masalah bagaimana rasanya, aku sarankan kalian mencobanya sendiri.
Sebotol arak jeruk bisa dibandrol dengan harga yang cukup aman di kantong mulai dari enam puluh ribu rupiah sampai seratus lima puluh ribu rupiah. Jadi tunggu apalagi, seperti yang tadi sudah ku katakan di awal kalian akan mulai candu dan segera mengecek isi dompet tentunya. Terlebih lagi kini arak jeruk tidak hanya dijual di pulau Bali saja melainkan sudah merambah hingga keluar pulau Bali.
Mengais-ngais tali penghubung antara hasil alam berupa buah jeruk dengan hubungan social ekonomi masyarakat setempat juga terkoneksi dengan budaya dan ritual keagamaan adalah salah satu usaha kecil yang setidaknya bisa merawat harapan sambil mencari-cari cara alternatif untuk mendukung mereka yang mau berusaha dengan baik sekaligus ingin mengapresiasi para petani lokal yang mempunyai komitmen tinggi dalam memberdayakan hasil pertanian desa setempat.
Seperti yang kita telah ketahui, arak merupakan minuman tradisional khas Bali. Pun arak tidak bisa terlepas dari berbagai ritual keagamaan, tentunya sudah menjadi prinsipnya orang Bali. Karena apa yang kita dapatkan dari alam juga harus kita persembahkan kembali ke alam. Tidak hanya itu dalam konteks sosial arak menjadi sarana untuk bergaul dalam hubungan antar sesama.
Melihatnya dari kacamata yang berbeda, akan mengantarkan kita pada satu wawasan bahwa selain memberi penghidupan, arak juga telah menjadi bagian dari semesta, sosial, kultur dan ekologi masyarakat Bali terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkan jika terlampau banyak mengkonsumsi arak.
Mimpi memberikan kontribusi yang harus segera diwujudkan. Bersama UMKM Tirta Kauripan Desa Awan memberdayakan satu sama lain bahkan mengolah produk lokal menjadi sesuatu yang unik, dari sekeranjang buah jeruk disulap menjadi arak jeruk. Silakan mencoba dan semoga berkenan. Salam Sober… [T]
- BACA artikel lain dari penulisMEISA WULANDARI
- BACA artikel lain tentangBATUR
- BACA lain tentang KINTAMANI