KETIKA senja di hari Jumat (24/5/2024) di salah satu rumah dengan ruang diskusi yang dikelilingi rak kayu dan berbagai macam judul buku yang entah tak terhitung berapa banyak jumlahnya, Komang Dio Artayasa (22), bisa disapa Dio, unjuk diri bercerita tentang berbagai macam pengalaman menariknya ketika ikut andil menjadi panitia penyelenggara Pemilu di usianya yang tergolong masih muda.
Di Rumah Belajar Komunitas Mahima, begitu papan nama yang tertempel rapi pada pintu gerbang berwarna cokelat, “Cerita-cerita dari Penyelenggara Pemilu” pada serangkaian Tatkala May May May 2024 mencoba memantik tiga narasumber mengutarakan berbagai macam cerita dari pengalaman mereka masing-masing. Selain Dio, ada juga cerita dari Putu Arya Suarnata dan Ni Putu Juni Widiantari.
Terdengar kata “terima kasih” ketika tatkala.co telah memberikan kesempatan bagi Dio untuk berbagi setidaknya sedikit tentang cerita, baik pahit ataupun manis, pengalamannya. “Dio di mana ini? Ibu kangen,” kata Dio mengingat masa itu. Pertanyaan itu menjadi cerita pembuka dan menjadi satu-satunya kalimat haru yang ia terima ketika masih sibuk berperang di tengah gemuruh riuh perhelatan lima tahunan itu.
Dio sedang menceritakan pengalamannya ketika menjadi panitia Pemilu di acara Tatkala May May May 2024 | Foto: Pande
Siapa yang tidak terenyuh ketika kalimat itu keluar dari benak seorang Ibu? Dio pun dibuat luluh olehnya. “Pagi buta sudah bergegas, kadang jam 12 malam baru bertemu rumah,” kata Dio. Tibanya pulang, ibunya sudah lekat dengan mimpinya, benar-benar hanya punya waktu yang amat singkat untuk sekadar bertegur sapa.
Pemuda asli Banyuning itu menuturkan, mencoba untuk keluar dari tantangan barunya kali ini. Perekturan telah dilaksanakan pada Januari 2023 dan semenjak November 2023 Dio akhirnya diangkat menjadi Pengganti Antar Waktu (PAW) dengan mengemban tugas anggota divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM (SOKDIKLIH PARMAS SDM).
Dio begitu jarang merasakan nikmatnya kasur kesayangan hingga waktu tidurnya pun semakin hari kian bergeser—bahkan beranjak menuju subuh. Bagaimana tidak, selain mencoba tantangan baru menjadi panitia pemilihan umum, Dio juga masih bertempur untuk menyelesaikan kuliahnya di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Itu membuatnya semakin ekstra dalam mengatur waktu bekerja dan berkuliah.
Tugas Dio cukup berat, selain merekrut Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) sebanyak 3003 anggota di setiap wilayah desa sekecamatan Buleleng, ia juga harus melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada calon pemilih pemula, khususnya anak-anak muda pelajar SMA hingga mahasiswa dengan memperkenalkan bagaimana tata cara memilih yang baik dan benar, dan mengarahkan proses pemilihan umum serta memperkenalkan surat suara yang akan dipakai nanti.
Awal-awal memang agak sedikit terkejut dengan tugasnya itu, apalagi sebagai panitia perhelatan pesta rakyat lima tahunan itu. Buku dan aturan sudah dibekali dari awal, memang. Tapi sesekali Dio juga bertanya dan meminta ilmu kepada para seniornya. Namun, kembali lagi, senjata terampuh menjalaninya adalah dengan berbagai macam pengalaman yang telah dilakoni.
Berbekal dari pengalamannya mengikuti berbagai organisasi, baik di kampus maupun di luar kampus, Dio menunjukkan keterampilannya itu ketika telah tergabung menjadi bagian pasukan penerus demokrasi di negeri ini.
Berbekal pengalaman menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) serta menjadi anggota Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Buleleng—bahkan kini, dari Januari 2024 lalu ia menjadi pengurus di PD KMHDI Bali sebagai Ketua Biro Organisasi hingga tahun 2025 mendatang, membuat Dio lebih mudah dalam melanjutkan tugas-tugasnya.
Desember 2023 benar-benar menjadi ujian pertama bagi Dio ketika baru sebulan pertama bertugas di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ketika itu ia harus terpilih menjadi Ketua Panitia Lokasabha (rapat besar pemilihan pimpinan daerah Bali) KMHDI, ditambah juga masa-masa ujian akhir semester (UAS) V (lima) dengan pengumpulan akhir tugas mata kuliah metode penelitian kuantitatif.
Ada saja momen ketika harus menjalani tahapan perekrutan KPPS dibarengi tenggat pengumpulan tugas UAS ditambah lagi harus menghadiri rapat KPU ke Denpasar. “Bingungnya pas ngatur waktu saja, tapi masih bisa dijalani,” ucap Dio dengan nada suara yang santai.
Momen rapat benar-benar dimanfaatkan Dio sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas akhir semesternya itu. Masalah waktu, baginya, semua orang bisa mengaturnya sendiri tergantung bagaimana caranya mengatur tugas-tugas itu. Ibaratnya, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, selama masih ada waktu luang, mengapa tidak dikerjakan saja?
“Tugas kuliah jangan diambil pusing, bisa dikerjakan di mana pun,” tutur Dio.
Terkadang ada saja satu hari yang harus berbenturan dengan tugas di tempat bekerja. Mengambil jalan kedua dengan minta izin di perkuliahan sudah semestinya dilakukan. Pernah sekali memang, ia harus lapor ke Kaprodi, apalagi menjelang tanggal 14 Februari, beberapa tugas semakin menjadi lebih banyak.
Sistem perkuliahan full offline di semester VI (enam) harus diatur sedemikian rupa karena sudah tentu terdapat beberapa benturan-benturan kegiatan yang tidak akan diketahui pasti. “Mengusulkan rapat di sore hari, untungnya teman-teman mengerti kondisi perkuliahan,” terang Dio.
Dio sedang menceritakan pengalamannya ketika menjadi panitia Pemilu di acara Tatkala May May May 2024 | Foto: Pande
Puncaknya di hari pemilihan, ketika itu Dio memang sudah sibuk dari pagi bahkan sampai ke pagi lagi—menginap sudah menjadi aktivitas yang biasa bagi dia. “Nginap untuk jaga kotak suara, itu tidak boleh ditinggalkan, pasangan aja jarang dijaga,” ucap Dio dengan tawa yang khas, mengibaratkan baginya kotak suara menjadi kekasih hatinya untuk sementara waktu. “Itu tidak boleh sakit,” tambah Dio.
Berolahraga ringan di pagi hari, makan makanan yang sehat ditemani vitamin sebagai penunjang dan istirahat yang cukup bak menjadi kawannya dalam beberapa bulan itu. Hingga saat ini, Dio sudah terbiasa dengan apa yang sudah ia lakukan ketika masih bertugas—berolahraga sebatas lari lima kali keliling lapangan Bhuana Patra, Singaraja, sudah menjadi aktivitas rutinnya.
Tidak hanya raga yang harus Dio jaga, pikiran pun sama begitu. Dio punya teammate khusus ketika mengisi waktu luang itu sudah terjadwal dan harus terlaksana. Mobile Legends, salah satu game moba yang telah di gandrungi sejak tahun 2016 lalu, selalu direset setiap bulan. Bagi Dio itu menjadi tantangan tersendiri baginya. “Minimal seminggu sekali, malam hari harus dapat ketemu,” ucap Dio.
Hari ke hari mulai berlalu, pemilihan pun telah usai. Beberapa momen masih menjadi kenangan yang tidak dapat Dio lupakan. Dinamika bekerja secara profesional, baik mengatur diri sendiri secara fisik dan pikiran, membagi waktu dalam mengerjakan pekerjaan, ataupun pengalaman menegangkan dengan beberapa saksi yang marah-marah ketika ada beberapa data yang memang tidak cocok.
Ya, beberapa saksi marah-marah karena suara di C-hasil dengan C-hasil salinan berbeda sehingga mereka menganggap hasil suaranya telah hilang. Meski telah dijelaskan, mereka tetap marah-marah. “Solusinya hanya anggota KPPS yang dimintakan klarifikasi secara daring,” ucap Dio.
Kesibukan-kesibukan yang lain juga masih menjadi kenangan bagi Dio, terlebih lagi urgentnya ketika beberapa TPS kekurangan beberapa item untuk logistik. Sangat jauh dan terasa lelah dan penatnya ketika harus menyediakan lima surat suara yang berbeda, kadang ditemukan ada yang kelebihan ada yang kekurangan, tapi untungnya masih bisa teratasi.
Beberapa pengalaman yang telah dilalui ketika Pemilu 2024 kini akan kembali diterapkan pada Pilkada mendatang. Ilmu di Pemilu kemarin akan menjadi bekal dan senjata utama dalam upaya meminimalisir berbagai masalah yang akan dihadapi.
Manajemen waktu yang baik, bagi Dio, adalah salah satu hal yang paling utama, terlebih Pilkada di bulan November 2024 akan berbarengan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun seminar proposal dan penelitian untuk kebutuhan tugas akhir skripsi.
Pada intinya, ada dua hal utama manusia yang harus dijaga dengan baik, yakni raga dan pikiran, karena jika salah satu saja ada sebuah ketimpangan, maka segala kegiatan akan tidak akan membuahkan hasil apa pun.[T]
Reporter: Pande Putu Jana Wijnyana
Penulis: Pande Putu Jana Wijnyana
Editor: Jaswanto