BALI memang kaya akan khazanah kuliner. Saat ini masyarakat Bali gandrung berburu kuliner. Di manapun tempatnya, masyarakat datang dan ingin mencoba kuliner yang viral di media sosial. Kuliner pavorit adalah babi guling.
Babi guling tidak saja diminati oleh masyarakat Bali tetapi juga diminati oleh wisatawan nusantara dan manca negara.
Mereka ingin mencoba kegurihan kulit babi guling. Perlu diketahui Bali mempunyai banyak kuliner yang unik.
Salah satu kuliner tersebut adalah gorengan ores. Ores merupakan serangga bersayap yang berwarna hitam. Ores berbeda dengan conge-conge, nong cret, atau nongcret. Conge-conge, nong cret, atau cret nong, warna tubuhnya hijau dan ada pula berwarna abu-abu. Ores warna tubuhnya adalah hitam.
Ores biasanya berbunyi pada siang hari sedangkan conge-conge, nong cret, atau nongcret berbunyi menjelang senja.
Ores | Foto: Net
Conge-conge/ nong cret/ cret nong | Foto: net
Secara umum masyarakat Bali belum mengetahui bahwa ores dan conge-conge, nong cret, cret nong dapat diolah menjadi makanan yang lezat.
Khusus bagi masyarakat di wilayah Busungbiu di Buleleng, ores menjadi makanan pavorit.
Makanan ores adalah getah pepohonan. Getah pohon yang menjadi makanannya adalah getah pohon gempinis.
Di Desa Pucaksari, Busungbiu, dahulu banyak ada pohon gempinis. Ores biasanya tidur di pohon gempinis yang rimbun.
Ada dua cara menangkap ores. Pertama dengan menggunakan getah pohon nangka yang dililitkan pada lidi. Lidi yang sudah dipenuhi getah pohon nangka dipakai menangkap ores dengan cara menempelkan jalinan lidi tersebut (sabang) ke tubuh ores.
Cara kedua dengan cara ngetog. Ores yang tidur di pohon pada saat malam hari sayapnya akan dibasahi oleh embun sehingga ores tidak bisa terbang. Masyarakat ngetog atau ‘memukul pohon gempinis’ pada saat malam.
Masyarakat membawa lampu penerang strong king ke kebun. Dengan cara ngetog, ores jatuh dan tidak bisa terbang karena sayapnya basah. Ores yang telah terjatuh ditangkap dan ditusuk dengan lidi. Satu lidi bisa berisi 20 ores.
Ores yang telah ditangkap, selanjutnya dibuang sayapnya. Ores-ores tersebut direbus sampai matang. Setelah matang, ores ditiriskan menggunakan kukusan. Jika sudah dingin, ores dibelah menjadi dua bagian.
Ores yang sudah dibelah, lalu digoreng sampai kering. Selanjutnya goreng bumbu kesuna cekuh. Ketika bumbu setengah matang, ores yang sudah digoreng dicampur dengan bumbu.
Gorengan ores | Foto: Suar Adnyana
Masyarakat yang tidak terbiasa makan ores, melihat gorengan ini langsung nafsu makannya hilang. Sepintas makanan ini menjijikkan, tetapi bagi masyarakat Desa Pucaksari, Busungbiu, ini merupakan makanan pavorit yang kini mulai sulit ditemukan karena habitat ores sudah tidak ada.
Hal ini karena pohon gempinis ditebang untuk dijual. Satu persatu kuliner unik Bali akan menghilang. [T]