30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Yang Menyublim di Sela Hujan”: Memandang Pendidikan dan Kehidupan di Tanah Papua

Muhammad Fathur RozibyMuhammad Fathur Rozi
May 20, 2024
inUlas Buku
“Yang Menyublim di Sela Hujan”: Memandang Pendidikan dan Kehidupan di Tanah Papua

Buku " Yang Menyublim di Sela Hujan

Judul : Yang Menyublim di Sela Hujan
Penulis : Fawaz Al-Batawy
Penyunting : Makhfud Ikhwan
Penerbit : EA BOOKS
Cetakan : Kedua, Juni 2018
ISBN : 978-602-1318-49-2
Halaman : 313

“SETIAP ORANG MENJADI GURU, SETIAP RUMAH MENJADI SEKOLAH” –Ki Hadjar Dewantara

Kalimat di atas dikutip dari Ki Hadjar Dewantara. Sengaja saya kutip dari perkataan bapak pendidikan kita, karena buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” karya Fawaz Al-Batawy sangat erat kaitannya dengan pendidikan khususnya konsep yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara.

Buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” merupakan buku catatan yang ditulis oleh Fawaz saat dia bertugas di Mumugu Batas Batu, Kabupaten Asmat. Dalam catatan tersebut terdapat cerita menarik terkait pengalaman belajar mengajar bersama anak-anak murid Sokola Asmat, berinteraksi dengan murid-murid dan warga, permasalahan keseharaian di tanah timur sana yang patut untuk kita pelajari dari sisi positifnya.

Penulis membagi tiga bab dalam buku tersebut. Pertama, kisah menuju lokasi Mumugu Batas Batu. Kedua, sebuah catatan geografis di tanah Papua. Ketiga, memuat pegalaman belajar-mengajar murid atau sebut saja anak suku Asmat.

Akhir-akhir ini masih menjadi berita hangat kalau berbicara tentang anak Papua, khUsusnya kasus sparatisme dan rasisme. Selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia di luar Papua mengalami slippery slope, yakni kesalahan berpikir. Mereka selama ini memandang Papua primitif, miskin, dan tidak berpendidikan. Justru hal tersebut berbalik arah, karena mereka tidak pernah memandang realita sebenarnya di tanah orang timur tersebut. Hanya saja mendengarkan isu yang tidak didukung oleh bukti yang ada.

Dari buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” banyak poin penting tentang pendidikan dan kehidupan anak Papua yang mestinya bisa kita tiru.

Bincang-bincang tentang pendidikan Sokola Asmat di Mumugu Batas Batu dalam buku tersebut ada banyak hal yang dapat direnungkan kembali, bagaimana sebuah stereotip yang tidak asing lagi di dunia pendidikan. Marilah mulai dari tentang bapak pendidikan kita selama ini.

Ki Hajar Dewantara adalah bapak pendidikan, entah dari sisi mana kenapa beliau dikatakan bapak pendidikan, unek-unek tersebut diadaptasi dari tulisan Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto dalam buku “Sekolah Biasa Saja” yang penulisnya Toto Rahardjo. Pertanyaan tersebut begitu pantas untuk dipertanyakan kembali, dengan alasan karena konsep yang digagas Ki Hajar Dewantara prinsip Taman Siswa tidak pernah diterapkan dalam kurikulum pendidikan saat ini. Justru malah orang yang selama ini kita anggap pendidikannya tidak maju dan masyarakat primitif malah yang menerapkan konsep tersebut.

Tapi, walaupun demikian tidak semua seperti itu. Dengan kata lain, ada segelintir pendidikan yang dapat dikatakan menerapkan konsep Ki Hajar Deawantara, salah satunya seperti yang diterapakan Fawaz di Sokola Asmat.

Salah satu catatan Fawaz dalam bukunya tersebut, justru saya banyak menemui proses belajar anak-anak suku Asmat tidak menitikberatkan pada pendekatan perintah, sangsi, dan kurikulum bak model imperialisme. Karena, hal tersebut tidak sesuai dengan budaya masyarakat timur khususnya daerah Asmat di Papua. Mari perhatikan pendidikan saat ini di sudut kota sebagi pendidik layaknya seperti penjajah; membentak-bentak anak didiknya. Maka dari itu, konsep Ki Hajar Dewantara tersebut justru berjalan di Papua yakni kebebasan dalam belajar; menemukan sendiri karakteristiknya; kemerdekaan; dan tak lupa sebagai pendidik menerapkan humanisasi.

“Pendidikan Adalah Hak, Bukan Kewajiban” Itu adalahsalah satu sub judul dalam buku “Yang Menyublim di Sela Hujan”. Saya rasa sangat menarik, selama ini dalam pendidikan sangat dikenal dengan istilah “tanam pantat” karena di manapun sekolah didirikan menyediakan kuris, meja, dan sebagainya. Selain itu, aturannya siswa di belakang sedangkan guru pasti di depan.

Tapi, tidak dengan anak Papua khsusnya anak suku Asmat saat belajar bersama Fawaz. Mereka justru tidak betah dan tidak tenang duduk di kursi, melainkan mereka lebih suka duduk di hamparan tanah. Mereka dapat dikatakan belajar tanpa kursi, meja, dan bahkan ruang kelas. Sebenaranya itu yang menjadi bukti bahwa anak-anak Asmat di Papua tidak dapat ditaklukkan dengan label-label penghakiman kebiasaan setempat yang menganggap lebih buruk dan terbelakang.

Nah, sekarang dengan kejadian seperti demikian justru konsep “Taman Siswa” dijalankan di tanah Papua itu sendiri. Lantas sejenak berpikir ke mana mereka yang menganggap orang timur lebih terbelakang?

Jika pendidikan justru mengalir dalam tekanan setiap pertemuan belajar, maka jelas taman siswa sudah tidak lagi ada, bak sekolah rakyat yang tak tersentuh. Jika demikian, justru lebih cocok untuk mereka bapak pendidikanya adalah Herman Willem Deandels saja, dengan pertimbangan karena dia penguasa Nusantara pertama menciptakan sistem sekolah.

Dari buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” banyak hal langka dan jarang kita temui selama ini. Hal inilah saya rasa menjadi keunggulan dari catatan yang ditulis oleh Fawaz. Dalam setiap tulisan yang diulas oleh Fawaz dalam buku tersebut asik untuk dibaca bagaimana kehidupan orang timur selama ini. Tapi, jika pembaca jeli dan berpikir kritis sebenarnya ada representasi yang dihadirkan dalam setiap catatan, semacam cerminan pendidikan di Sokola Asmat, dan menjadi kritik terhadap pendidikan yang monoton.

Pendidikan di Papua sangat kontekstual, berbeda dengan pendidikan yang ada di kota-kota maju pada umumnya yang kadang mengajarkan ilmu pergi. Setiap apa yang diajarkan Fawaz biasanya dia benar-benar mencontohkan secara langsung dari alam semisal berhitung dan sebagainya.

Setiap pelajaran yang diterima anak-anak Sokola Asmat pasti diterapakan dalam kehidupan mereka bersama keluarga. Satu yang unik dalam buku tersebut, yakni timbal balik antara anak-anak suku Asmat yang terkadang mengajarkan Fawaz beberapa ilmu berburu. Jika kita melihat realita saat ini mana ada guru yang meu belajar kepada siswa! Pada intinya dapat disimpulkan pendidikan Paulo Freire diprioritaskan oleh Fawaz di tanah Papua.

Hidup dalam Ketergantungan. “Yang Menyublim di Sela Hujan” membuka rekayasa sosial selama ini menjadi stereotip bahwasannya orang Papua miskin dan acap kali kelaparan melanda sungguh memuakkan. Mari kita perhatikan, di tanah timur tersebut terdapat hasil alam sangat melimpah yang memungkinkan jika dimakan tujuh tutunan tidak akan habis sepertihalnya sagu. Di sisi lain laut yang menyimpan macam-macam hasil laut.

Dari cerita yang diutarakan Fawaz dalam bukunya, saya rasa ada program pemerintah yang kurang tepat. Pertama, semisal masuknya sumbangsih beberapa barang dari pemerintah contoh skala kecilnya sabun. Dulu sebelum ada sabun mereka menggunakan minyak babi untuk melumuri tubuhnya, tapi sekarang tidak karena diiming-imingi kotor dan sebagainya.

Justru program pemerintah bebalik ke arah negataif. Karena dengan mereka setiap kali membersihkan tubuhnya menggunakan sabun justru saat berburu di hutan tidak lagi seperti dulu, karena bau yang biasa dicium oleh binatang buruan adalah minyak babi justru tidak seperti sedia kala. Kedua, masuknya sumbangsih sepatu yang diupayakan agar memakai sepatu apa lagi saat sekolah.

Hal tersebut menjadi ketergantungan ketika sepatu sudah mulai rusak. Biasanya kulit kaki tebal dan tidak mudah luka justru mereka pasca memakai sepatu mengganggu ketahanan kaki mereka yang semakin lemah dan mudah terluka. Ketiga, label kaya dan miskin.

Sebelum masuknya orang dari tanah luar Papua tidak ada kaya dan miskin melainkan stereotip tersebut dibuat oleh orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu. Dari beberapa contoh tadi, menjadikan masyarakat timur ketergantungan. Sehingga, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhannya mereka menjual SDA yang hanya ditukar dengan uang yang tidak seberapa.

***

Buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” adalah membuka realita yang selama ini tidak banyak dikatahui orang, tentang kehidupan, tentang konsep pendidikan yang memang menerapkan pendidikan yang membebaskan; belajar tanpa batas waktu; tanpa ruang kelas; tanpa kursi dsb.

(Dalam tulisan ini hanya membahas beberapa bagian saja dalam buku “Yang Menyublim di Sela Hujan” masih banyak ada tentang budaya orang timur yang belum diulas dalam tulisan ini.)

Lada dari Papa


Indonesia dari Pinggir: Memoar Perjalanan yang Mengagumkan
Apakah Aku Normal?
Tags: BukuPapuaPendidikan
Previous Post

Kampanye dan Mengawal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan [Sustainable Development Goals – SDGs] dengan Puisi

Next Post

Arsitektur Regeneratif dan Pembangunan Kapitalistik : Menuliskan Bali dan Arsitektur Desa Potato Seminyak

Muhammad Fathur Rozi

Muhammad Fathur Rozi

Alumni mahasiswa PBSI–Undiksha. Kini menjadi guru dan mahasiswa magister aktif di Universitas Nurul Jadid Paiton. Facebook: El-Fathur Rozi. Gmail: rozi8917@gmail.com

Next Post
Arsitektur Regeneratif dan Pembangunan Kapitalistik : Menuliskan Bali dan Arsitektur Desa Potato Seminyak

Arsitektur Regeneratif dan Pembangunan Kapitalistik : Menuliskan Bali dan Arsitektur Desa Potato Seminyak

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co