INDONESIA adalah gudangnya film yang bernuansa horor. Bagaimana tidak? Setiap tahun selalu saja muncul berbagai macam jenis film bernuansa mengerikan yang menghiasi layar lebar bumi Nusantara. Salah satu film horor yang mencuri perhatian pemirsa di tahun 2024 adalah karya besutan sutradara kawakan Joko Anwar. Film yang agak dibumbui religi ini, mulai ditayangkan saat perayaan bulan suci dengan tagline “Siksa Kubur”.
Sebagai pecinta horor, diri ini tentu tidak mau kelewatan dalam menikmati nuansa kisah ‘Siksa Kubur’ di hari Jumat awal Mei ini. Tidak tanggung-tanggung, jam tayang terakhir pukul 21.45 di Denpasar Cineplex menjadi pilihan untuk menguji adrenalin agar terlihat lebih mempesona. Walau pada saat itu, diri ini juga cukup beruntung karena diapit 2 orang penonton perempuan yang setia menemani di kursi sebelah kanan dan kiri bioskop.
Meskipun memiliki durasi kurang lebih dua jam, film ini sukses menyita perhatian caksuindriya ini agar tidak berpaling.
Bung Jokan memang cakap membuat film horor yang tidak hanya sekadar berisi jump scare atau hantu yang menyeramkan. Sepanjang film, buddhi ini dipaksa untuk menebak-nebak, bertanya-tanya sampai berteori tentang plot twist di akhir film.
Dari sisi susila, film ini juga cukup apik memberikan pesan moral. Mulai dari betapa esensinya suatu entitas dalam diri yang disebut dengan ‘iman’. Betapa berharganya harta yang kita sebut sebagai ‘hidup’. Sampai seperti apa sesungguhnya hakikat dari ‘Siksa Kubur’ itu. Dari sana, munculah sebuah pertanyaan yang cukup mengguncang sanubari diri ini setelah nama terakhir muncul di layar. Pertanyaan itu adalah:
“Bagaimana Siksa Kubur dalam Versi Agama Hindu?
Sebagai bagian dari eskatologi, Hindu sesungguhnya lumayan banyak menyajikan bagaimana konsep kehidupan setelah meninggal. Dimulai dari cerita Lubdaka yang menceritakan rohnya dijemput oleh para Cikrabala untuk dibawa ke pengadilan Dewa Yama. Perjalanan Sang Dharmawangsa di bagian Swargarohana Parwa yang mengetahui bagaimana keadaan sanak keluarganya di swarga (surga) dan neraka. Sampai Lontar Atma Prasangsa yang menyajikan kisah perjalanan Bhagawan Penyarikansebagai orang suci dan Bima Sena yang diberikan kesempatan untuk melihat keadaan roh setelah meninggalkan badan kasarnya.
Namun setelah lama mengingat dan mengurik kembali, usaha diri ini untuk menemukan Siksa Kubur versi Hindu menemui jalan buntu. Tidak ada cerita yang menyebutkan bagaimana kuburan menjadi sempit, tidak ada cerita yang mengisahkan ular akan masuk ke dalam tubuh orang yang telah dikubur, serta tidak ada juga cerita wajah yang dihantam secara mengerikan seperti yang ada pada film ‘Siksa Kubur’.
Jadi apakah Hindu memang tidak memiliki versi cerita tentang Siksa Kubur ya?
“Wah bisa juga karena badan kasar orang Hindu setelah meninggal itu di-aben (dibakar) bukan sekedar dikubur,” ujar diri ini dalam hati.
Melalui usaha mengulik-ngulik yang tidak kenal lelah, diri ini akhirnya kembali dibawa untuk menemukan kisah keadaan rohdi Neraka Loka (Alam Neraka) menurut Lontar Atma Prasangsa.
Semua roh disana diperlihatkan tersiksa akibat hasil dari perbuatannya masing-masing semasa hidup. Mulai dari roh seorang yang katanya organisatorisditumbuk karena semasa hidup bermuka dua dalam organisasi. Roh seorang anak yang kepalanya digergaji karena semasa hidup durhaka kepada orang tua. Roh seorang koruptor, penipu, atau tukang fitnah yang ditarik dan dipotong lidahnya secara mengerikan. Sampai roh yang dibakar kelaminnya karena semasa hidup suka berzinah di luar nikah.
Sambil sesekali menutup mata dan membayangkan bagaimana siksa tersebut dalam imajinasi, ada sebuah kalimat yang akhirnya membuat diri ini cukup tertegun. Hal itu adalah sabda yang dikelurakan oleh Bhagawan Penyarikan dalam Lontar Atma Prasangsa ketika melihat para Atma yang menderita di Neraka Loka.
Sabda itu berbunyi: “….Bhagawan Penyarikan bersabda kepada semua atma yang sengsara. Apa kiranya yang menjadi sebab sehingga para Atma amat sangat menderita. Semua hal itu tiada lain adalah bersumber dari dirinya sendiri!”
Setelah lama mengulik dan mencari Siksa Kubur versi Hindu, diri ini akhirnya menemukan konklusi. Dibandingkan menyoroti Siksa Kubur, Hindu ternyata lebih menyoroti bagaimana konsekuensi hadirnya Hukum Karma. Dibandingkan menyoroti keadaan setelah meninggal, ternyata lebih banyak ditemukan kata yang menyoroti keadaan ‘semasa hidup’.
Dibandingkan terlalu menakuti kematian, ternyata di Hindu lebih mengajarkan arti kehidupan. Jadi ya sudahlah, dibandingkan terlalu fokus sama Siksa Kubur, kayaknya lebih elok fokus sama hidup saja yang sudah lebih dulu menyiksa. [T]
BACA artikel lain dari penulisDEWA GEDE DARMA PERMANA