2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca, Mengenal, dan Memahami I Ketut Marya dalam Lokakarya Koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk”

JaswantobyJaswanto
April 27, 2024
inKhas
Membaca, Mengenal, dan Memahami I Ketut Marya dalam Lokakarya Koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk”

Para peserta lokakarya sedang mempraktikkan Igel Jongkok | Foto: Mulawali Institute

SEORANG pemuda bertanya dengan lugu setelah menonton cuplikan video singkat maestro I Ketut Marya—atau biasa disebut dan ditulis dengan nama Maria, atau Mario—saat melatih Igel Jongkok, tarian yang hari ini lebih dikenal dengan sebutan Tari Kebyar Duduk. “Kenapa di video itu Marya tidak menggunakan kipas?” tanya pemuda itu.

Ia, pemuda itu, bertanya kepada Komang Tri Ray Dewantara, seorang koreografer, yang saat itu menjadi narasumber lokakarya koreografi bertajuk “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” di Puri Kaleran Tabanan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat (26/4/2024) sore. Lokakarya ini akan dilanjut hari ini, Sabtu, 27 April 2024 ditempat yang sama.

Mang Tri, panggilan akrab Komang Tri Ray Dewantara, menjawab dengan hati-hati. Alasan kenapa dalam video tersebut Marya tidak menggunakan kipas hanya soal teknis saja, jawab Mang Tri. “Itu video saat latihan ya. Jadi, sepengalaman kakak dalam melatih Igel Jongkok, kadang juga tidak menggunakan kipas, hanya menggerakkan pergelangan tangan saja, seolah-olah sedang memainkan kipas,” sambungnya.

Sebelum pemuda tersebut bertanya, Mang Tri lebih dulu menyampaikan beberapa hal mengenai sosok I Marya dan salah satu karya monumentalnya, yakni Igel Jongkok/Kebyar Duduk. Dalam presentasinya, Mang Tri menuturkan bahwa gagasan terciptanya Igel Jongkok—atau Igel Kebyar, Kebyang, Kebyar Jongkok, saat ini Kebyar Duduk—adalah ketika I Ketut Marya diundang untuk menari di tengah-tengah latihan Gong Kebyar di Buleleng.

Mang Tri saat menjadi narasumber lokakarya koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” | Foto: Hizkia

Benar. Embrio Tari Igel Jongkok/Kebyar Duduk, terutama gerakan jongkok yang diciptakan Mario, memang diduga terjadi pertama kali di wilayah Busungbiu, Buleleng, saat sang maestro diminta untuk merespon tabuh Gong Kebyar yang dimainkan para seniman Busungbiu kala itu.

(Hal tersebut sesuai dengan kisah yang diceritakan Budayawan I Made Bandem, atau biasa dipanggil Prof Bandem, saat konferensi pers festival “The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya” di ITB Stikom Bali, Sabtu, 13 April 2024—dan disampaikan kembali pada ceramah publik “I Marya: Sosok, Karya, dan Warisannya” di Puri Kaleran, Jumat, (26/4/2024/) malam.)

Puluhan peserta yang mengikuti lokakarya tersebut tampak serius mendengarkan dan memperhatikan apa-apa yang disampaikan narasumber. Sesekali mereka bertanya di tengah-tengah penyampaian materi. Forum menjadi hidup. Antara narasumber dan peserta seperti tak ada jarak. Keduanya menyatu dan menciptakan suasana diskusi yang dinamis.

“Marya menguasai Tari Sisia Calonarang dan Gandrung sebagai dasar atas terciptanya karya monumental Igel Jongkok. Improvisasi berdasarkan pengalaman ketubuhan adalah kata kunci utama yang selalu dipegang Marya ketika menarikan Igel Jongkok dikemudian hari,” terang Mang Tri.

Marya pada masa mudanya memang dikenal sebagai penari Gandrung yang hebat, sebagaimana dituliskan Made Adnyana Ole dalam “Tentang Mario yang Tak Banyak Diketahui: Bertemu Soekarno dan Embrio Kebyar Duduk dari Busungbiu” yang diterbitkan di tatkala.co (17/4/2024). “Tubuh dan wajahnya sangat pas dengan tarian Gandrung. Wajahnya manis, tubuhnya bagus dan tinggi,” tulis Ole.

Dalam konteks kesenian tari Bali, Marya dianggap sebagai “pemberontak”—walaupun kata “pembaharu” tampaknya lebih tepat. Ia dianggap pencipta karakter gerak yang khas, keras sekaligus romantis.

Peserta lokakarya koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” | Foto: Hizkia

Berdasarkan materi yang disampaikan Mang Tri, Marya tidak menggunakan suatu pakem yang konsisten dalam koreografinya (sebuah kenyataan yang diakui oleh Begeg, I Wayan Rindi, Ni Ketut Arini, dan murid-murid Marya lainnya). Ini bisa jadi salah satu sebab adanya perbedaan gaya dalam Igel Jongkok.

“Setelah menonton arsip Igel Jongkok, mulai muncul pertanyaan tentang penyebab perbedaan bentuk pada arsip dengan apa yang saya pelajari,” kata Mang Tri kepada peserta lokakarya.

Gaya Igel Jongkok yang Beragam

Dalam beberapa rekaman arsip, setiap pelaku/penari Igel Jongkok, yang notabene merupakan murid langsung Ketut Marya, terlihat memiliki gaya berbeda pada setiap respon tubuh terhadap gamelan dan pengajaran Marya.

Nama-nama seperti Nyoman Nyongnyong (Belaluan), Wayan Sampih (Bongkasa/Kutuh Sayan/Peliatan), I Wayan Rindi (Lebah/Denpasar), dan Gusti Ngurah Raka (Penebel), memiliki gayanya masing-masing. Hal ini seolah membuktikan bahwa Marya sangat membebaskan murid-muridnya dalam merespon pengetahuan yang dibagikan dan diajarkannya. Sampai di sini, sebagaimana telah disampaikan di atas, hal tersebut menjadi masuk akal sebab dalam koreografinya sendiri Marya juga tidak menggunakan suatu pakem tertentu—atau konsisten.

“Bahkan di Peliatan hingga hari ini, setiap penari memiliki struktur dan ragam gerak yang berbeda dalam menarikan Igel Jongkok dengan gubahan gending yang masih dipertahankan dari pertama kali dituangkan di Peliatan,” ujar Mang Tri menguatkan pendapat tersebut.

Mengenai hal tersebut, menurut Mang Tri, bisa jadi karena latar belakang dasar tarian yang dikuasi para penari sebelum belajar dan menarikan Igel Jongkok. Ketut Marya sendiri berangkat dari Tari Sisia Calonarang dan Gandrung, yang memiliki ciri khas ngelo dan luk nerudut pada ragam geraknya. Sedangkan salah satu muridnya, Nyoman Nyongnyong, menampilkan bentuk sledet yang hampir mirip dengan sledet capung saat menarikan Igel Jongkok.

Murid Marya lainnya, Wayan Sampih, justru menarikan Igel Jongkok dengan karakter yang keras, sebab Sampih pada awalnya adalah seorang penari Condong Legong (Nandir) dan sempat belajar Tari Baris bersama Kakul di Batuan.

Peserta lokaraya sedang mempraktikkan Igel Jongkok | Foto: Mulawali Institute

I Wayan Rindi lain lagi. Sama seperti gurunya (Marya), Rindi adalah seorang penari Gandrung dan Condong Nandir. Hal ini sangat memengaruhi gaya Igel Jongkok-nya yang cenderung halus dengan hentakan-hentakan kecil.

Sekadar menyebut satu contoh lagi, Gusti Ngurah Raka, seorang penari Topeng, memberikan tekanan pada akhir agem atau perpindahan gerak Igel Jongkok-nya. Menurut Mang Tri, itu karena pengaruh gaya dan pose yang terdapat dalam Tari Topeng.

Namun, hari ini, sejak adanya legitimasi beberapa tokoh maupun instansi kesenian, Igel Jongkok bukan lagi tarian improvisasi atas gamelan. Pemakeman struktur tari, ragam gerak, bahkan pose, seakan-akan mengekang segala bentuk keanekaragaman, kekayaan, yang tercipta dari tubuh penarinya saat ini. Dengan kata lain, seolah ada usaha penyeragaman gaya Igel Jongkok belakangan ini. Mang Tri sangat menyayangkan akan hal itu.

Hari berputar secepat penari menyeledetkan matanya. Mang Tri meminta peserta lokakarya untuk membentuk barisan, seperti hendak upacara bendera, di depannya. Koreografer muda yang sedang menempuh pendidikan di ISI Denpasar itu, mengajak peserta mempraktikkan Igel Jongkok. Dengan sabar ia membimbing dan menunjukkan tahapan-tahapan Igel Jongkok, sebagaimana—mungkin—Ketut Marya juga melakukannya saat mengajar murid-muridnya, dulu.

Lokakarya tersebut merupakan salah satu mata acara festival The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya yang digelar Mulawali Institute di kawasan Puri Kaleran Tabanan yang berlangsung dari tanggal 26-28 April 2024.

Festival ini digelar untuk melihat secara lebih saksama dan membicarakan kembali secara lebih rinci dan serius seniman besar I Ketut Marya (Maria/Mario) dengan karya-karya monumentalnya, seperti Tari Igel Jongkok/Kebyar Duduk, Kebyar Terompong, dan Oleg Tamulilingan.[T]

Reporter/Penulis: Jaswanto
Editor: Adnyana Ole

Mari Merayakan Ketut Marya dan Igel Jongkok di Tabanan, 26-28 April 2024
Tentang Mario yang Tak Banyak Diketahui: Bertemu Soekarno dan Embrio Kebyar Duduk dari Busungbiu
“I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali”, Buku dari Prof. Dibia
Oleg Tambulilingan dari “Sleeping Beauty”, dan Perubahan-Perubahannya Kemudian
Tags: I Ketut MaryaIgel JongkokKetut MarioMerayakan MaryaMulawali Institute
Previous Post

Membaca Disfungsi Komunikasi dalam Keluarga

Next Post

JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co