11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca, Mengenal, dan Memahami I Ketut Marya dalam Lokakarya Koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk”

JaswantobyJaswanto
April 27, 2024
inKhas
Membaca, Mengenal, dan Memahami I Ketut Marya dalam Lokakarya Koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk”

Para peserta lokakarya sedang mempraktikkan Igel Jongkok | Foto: Mulawali Institute

SEORANG pemuda bertanya dengan lugu setelah menonton cuplikan video singkat maestro I Ketut Marya—atau biasa disebut dan ditulis dengan nama Maria, atau Mario—saat melatih Igel Jongkok, tarian yang hari ini lebih dikenal dengan sebutan Tari Kebyar Duduk. “Kenapa di video itu Marya tidak menggunakan kipas?” tanya pemuda itu.

Ia, pemuda itu, bertanya kepada Komang Tri Ray Dewantara, seorang koreografer, yang saat itu menjadi narasumber lokakarya koreografi bertajuk “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” di Puri Kaleran Tabanan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat (26/4/2024) sore. Lokakarya ini akan dilanjut hari ini, Sabtu, 27 April 2024 ditempat yang sama.

Mang Tri, panggilan akrab Komang Tri Ray Dewantara, menjawab dengan hati-hati. Alasan kenapa dalam video tersebut Marya tidak menggunakan kipas hanya soal teknis saja, jawab Mang Tri. “Itu video saat latihan ya. Jadi, sepengalaman kakak dalam melatih Igel Jongkok, kadang juga tidak menggunakan kipas, hanya menggerakkan pergelangan tangan saja, seolah-olah sedang memainkan kipas,” sambungnya.

Sebelum pemuda tersebut bertanya, Mang Tri lebih dulu menyampaikan beberapa hal mengenai sosok I Marya dan salah satu karya monumentalnya, yakni Igel Jongkok/Kebyar Duduk. Dalam presentasinya, Mang Tri menuturkan bahwa gagasan terciptanya Igel Jongkok—atau Igel Kebyar, Kebyang, Kebyar Jongkok, saat ini Kebyar Duduk—adalah ketika I Ketut Marya diundang untuk menari di tengah-tengah latihan Gong Kebyar di Buleleng.

Mang Tri saat menjadi narasumber lokakarya koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” | Foto: Hizkia

Benar. Embrio Tari Igel Jongkok/Kebyar Duduk, terutama gerakan jongkok yang diciptakan Mario, memang diduga terjadi pertama kali di wilayah Busungbiu, Buleleng, saat sang maestro diminta untuk merespon tabuh Gong Kebyar yang dimainkan para seniman Busungbiu kala itu.

(Hal tersebut sesuai dengan kisah yang diceritakan Budayawan I Made Bandem, atau biasa dipanggil Prof Bandem, saat konferensi pers festival “The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya” di ITB Stikom Bali, Sabtu, 13 April 2024—dan disampaikan kembali pada ceramah publik “I Marya: Sosok, Karya, dan Warisannya” di Puri Kaleran, Jumat, (26/4/2024/) malam.)

Puluhan peserta yang mengikuti lokakarya tersebut tampak serius mendengarkan dan memperhatikan apa-apa yang disampaikan narasumber. Sesekali mereka bertanya di tengah-tengah penyampaian materi. Forum menjadi hidup. Antara narasumber dan peserta seperti tak ada jarak. Keduanya menyatu dan menciptakan suasana diskusi yang dinamis.

“Marya menguasai Tari Sisia Calonarang dan Gandrung sebagai dasar atas terciptanya karya monumental Igel Jongkok. Improvisasi berdasarkan pengalaman ketubuhan adalah kata kunci utama yang selalu dipegang Marya ketika menarikan Igel Jongkok dikemudian hari,” terang Mang Tri.

Marya pada masa mudanya memang dikenal sebagai penari Gandrung yang hebat, sebagaimana dituliskan Made Adnyana Ole dalam “Tentang Mario yang Tak Banyak Diketahui: Bertemu Soekarno dan Embrio Kebyar Duduk dari Busungbiu” yang diterbitkan di tatkala.co (17/4/2024). “Tubuh dan wajahnya sangat pas dengan tarian Gandrung. Wajahnya manis, tubuhnya bagus dan tinggi,” tulis Ole.

Dalam konteks kesenian tari Bali, Marya dianggap sebagai “pemberontak”—walaupun kata “pembaharu” tampaknya lebih tepat. Ia dianggap pencipta karakter gerak yang khas, keras sekaligus romantis.

Peserta lokakarya koreografi “Dari Igel Jongkok Menuju Kebyar Duduk” | Foto: Hizkia

Berdasarkan materi yang disampaikan Mang Tri, Marya tidak menggunakan suatu pakem yang konsisten dalam koreografinya (sebuah kenyataan yang diakui oleh Begeg, I Wayan Rindi, Ni Ketut Arini, dan murid-murid Marya lainnya). Ini bisa jadi salah satu sebab adanya perbedaan gaya dalam Igel Jongkok.

“Setelah menonton arsip Igel Jongkok, mulai muncul pertanyaan tentang penyebab perbedaan bentuk pada arsip dengan apa yang saya pelajari,” kata Mang Tri kepada peserta lokakarya.

Gaya Igel Jongkok yang Beragam

Dalam beberapa rekaman arsip, setiap pelaku/penari Igel Jongkok, yang notabene merupakan murid langsung Ketut Marya, terlihat memiliki gaya berbeda pada setiap respon tubuh terhadap gamelan dan pengajaran Marya.

Nama-nama seperti Nyoman Nyongnyong (Belaluan), Wayan Sampih (Bongkasa/Kutuh Sayan/Peliatan), I Wayan Rindi (Lebah/Denpasar), dan Gusti Ngurah Raka (Penebel), memiliki gayanya masing-masing. Hal ini seolah membuktikan bahwa Marya sangat membebaskan murid-muridnya dalam merespon pengetahuan yang dibagikan dan diajarkannya. Sampai di sini, sebagaimana telah disampaikan di atas, hal tersebut menjadi masuk akal sebab dalam koreografinya sendiri Marya juga tidak menggunakan suatu pakem tertentu—atau konsisten.

“Bahkan di Peliatan hingga hari ini, setiap penari memiliki struktur dan ragam gerak yang berbeda dalam menarikan Igel Jongkok dengan gubahan gending yang masih dipertahankan dari pertama kali dituangkan di Peliatan,” ujar Mang Tri menguatkan pendapat tersebut.

Mengenai hal tersebut, menurut Mang Tri, bisa jadi karena latar belakang dasar tarian yang dikuasi para penari sebelum belajar dan menarikan Igel Jongkok. Ketut Marya sendiri berangkat dari Tari Sisia Calonarang dan Gandrung, yang memiliki ciri khas ngelo dan luk nerudut pada ragam geraknya. Sedangkan salah satu muridnya, Nyoman Nyongnyong, menampilkan bentuk sledet yang hampir mirip dengan sledet capung saat menarikan Igel Jongkok.

Murid Marya lainnya, Wayan Sampih, justru menarikan Igel Jongkok dengan karakter yang keras, sebab Sampih pada awalnya adalah seorang penari Condong Legong (Nandir) dan sempat belajar Tari Baris bersama Kakul di Batuan.

Peserta lokaraya sedang mempraktikkan Igel Jongkok | Foto: Mulawali Institute

I Wayan Rindi lain lagi. Sama seperti gurunya (Marya), Rindi adalah seorang penari Gandrung dan Condong Nandir. Hal ini sangat memengaruhi gaya Igel Jongkok-nya yang cenderung halus dengan hentakan-hentakan kecil.

Sekadar menyebut satu contoh lagi, Gusti Ngurah Raka, seorang penari Topeng, memberikan tekanan pada akhir agem atau perpindahan gerak Igel Jongkok-nya. Menurut Mang Tri, itu karena pengaruh gaya dan pose yang terdapat dalam Tari Topeng.

Namun, hari ini, sejak adanya legitimasi beberapa tokoh maupun instansi kesenian, Igel Jongkok bukan lagi tarian improvisasi atas gamelan. Pemakeman struktur tari, ragam gerak, bahkan pose, seakan-akan mengekang segala bentuk keanekaragaman, kekayaan, yang tercipta dari tubuh penarinya saat ini. Dengan kata lain, seolah ada usaha penyeragaman gaya Igel Jongkok belakangan ini. Mang Tri sangat menyayangkan akan hal itu.

Hari berputar secepat penari menyeledetkan matanya. Mang Tri meminta peserta lokakarya untuk membentuk barisan, seperti hendak upacara bendera, di depannya. Koreografer muda yang sedang menempuh pendidikan di ISI Denpasar itu, mengajak peserta mempraktikkan Igel Jongkok. Dengan sabar ia membimbing dan menunjukkan tahapan-tahapan Igel Jongkok, sebagaimana—mungkin—Ketut Marya juga melakukannya saat mengajar murid-muridnya, dulu.

Lokakarya tersebut merupakan salah satu mata acara festival The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya yang digelar Mulawali Institute di kawasan Puri Kaleran Tabanan yang berlangsung dari tanggal 26-28 April 2024.

Festival ini digelar untuk melihat secara lebih saksama dan membicarakan kembali secara lebih rinci dan serius seniman besar I Ketut Marya (Maria/Mario) dengan karya-karya monumentalnya, seperti Tari Igel Jongkok/Kebyar Duduk, Kebyar Terompong, dan Oleg Tamulilingan.[T]

Reporter/Penulis: Jaswanto
Editor: Adnyana Ole

Mari Merayakan Ketut Marya dan Igel Jongkok di Tabanan, 26-28 April 2024
Tentang Mario yang Tak Banyak Diketahui: Bertemu Soekarno dan Embrio Kebyar Duduk dari Busungbiu
“I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali”, Buku dari Prof. Dibia
Oleg Tambulilingan dari “Sleeping Beauty”, dan Perubahan-Perubahannya Kemudian
Tags: I Ketut MaryaIgel JongkokKetut MarioMerayakan MaryaMulawali Institute
Previous Post

Membaca Disfungsi Komunikasi dalam Keluarga

Next Post

JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

JOKPINIANA | Obituari dari Ananda Sukarlan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co