UNIVERSITAS Pendidikan Ganesha, khususnya Prodi Bahasa Jepang, bersama Universitas Iwate, Asia Inveronmental Alliance, The Greeenery Fund, Pemerintah Desa Pedawa, Desa Adat Pedawa, dan Kayoman Pedawa, melakukan kolaborasi menanam bibit pohon di Kayuan Sukajati, Dusun Bangkiangsidem, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, Rabu (27/3/2024) pagi.
Kerja sama internasional penanaman pohon ini merupakan salah satu implementasi dari visi-misi Undiksha yang berbasis pada Tri Hita Karana, di mana civitas akademik di Undiksha merasa ikut bertangungjawab pada alam sekitar.
Ada 500 bibit pohon yang ditanam di area sekitar sumber mata air Sukajati dan tanah desa adat di Paung Batu itu. Bibit itu terdiri dari beringin, ara, gintungan, majagau, bambu bali, bambu tali, dan kayu apuh. Jenis-jenis tanaman tersebut memang sangat bagus untuk menjaga sumber air. Sebab, kegiatan ini orientasi utamanya adalah sumber mata air.
Selain upaya reboisasi, secara rutin kelompok-kelompok ini juga akan melakukan pemeliharaan berkala—untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik. Kayoman Pedawa langsung membuat koordinator lapangan di setiap dusun, yang akan mengkoordinir upaya pemeliharaan tanaman. Saat pemeliharaan, kelompok ini akan memastikan bahwa tanaman tidak diganggun oleh gulma atau hama.
Menurut kordinator pelaksana—yang sekaligus perwakilan Prodi Bahasa Jepang—Wayan Sadyana, kolaborasi ini merupakan lanjutan dari kolaborasi pertama pada tahun 2022 yang diselenggarakan di Kayuan Gelunggang. Tetapi kali ini mengambil tempat di Dusun Bangkiangsidem, tepatnya di sumber air Sukajati.
“Kegiatan ini, selain melibatkan akademisi, juga mengajak komunitas lingkungan, yaitu Kayoman Pedawa sebagai komunitas lokal yang bergerak di konservasi air,” ujar Sadyana.
Selain itu, sambung Sadyana, kegiatan kolaborasi ini juga melibatkan Babinkamtibmas, Babinsa,Tumbuh Mandiri Chanel, masyarakat di sekitar area penanam, seperti warga Kamling Sukajati dan ibu-ibu PKK setempat.
“Masyarakat sangat membantu dan secara aktif mendukung kegiatan Kayoman di sekitaran sumber air Sukajati,” kata Putu Yuli Supriyandana, Ketua Kayoman Pedawa.
Dalam menjalankan pergerakan penyelamatan sumber-sumber mata air, Kayoman Pedawa selalu didukung oleh banyak pihak. Misalnya saat melakukan kajian tentang kualitas air, mereka dibantu oleh beberapa ahli air dari berbagai universitas, baik dalam mupun luar negeri, khususnya Jepang.
“Desa Pedawa pernah mendapat bantuan perbaikan prasarana dan sistem tata kelola air melalui Yes Project. Perbaikan itu digagas oleh para ahli air dari Jepang yang berkolaborasi dengan Pemerintah Desa Pedawa,” ujar Yuli.
Putu Yuli menyampaikan terima kasih kepada pihak kampus Undiksha dan pihak dari Jepang karena sudah menjadi mitra dalam hal penyelamatan lingkungan. Bagaimana pun juga, kolaborasi ini sangat penting untuk pergerakan Kayoman ke depan.
“Saya berharap, ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Sebagai komunitas penggiat lingkungan, Kayoman menyambut baik kegiatan ini sebagai momentum untuk merealisasikan visi misi kami tentang konservasi air dan lingkungan ke depannya,” kata Yuli.
Dari pihak masyarakat yang diajak dalam penanaman pohon pagi tadi, sangat mendukung dan menyambut baik kegiatan ini. I Wayan Wadra, selaku Ketua Kamling Sukajati, mengatakan bahwa gerakan menanam pohon ini merupakan kegiatan yang sangat mulia.
“Selain menjaga kelangsungan sumber air, juga menyelamatkan lingkungan dari dampak buruk bencana alam, seperti tanah longsor dan kekeringan,” ujar Wandra.
Menurut Wandra, kegiatan yang diprakarsai Undiksha dan Kayoman Pedawa ini, secara tidak langsung, membantu warga sekitar sumber air Sukajati untuk merawat dan menjaga kelestarian air di tempat itu. “Jika debit air di sini bisa bertahan atau bisa dijaga dengan baik, tentu manfaatnya bisa lebih besar mencakup area yang lebih luas,” sambungnya.
Pendekatan Kolaboratif
Pada prinsipnya, berbagai pendekatan untuk pelestarian lingkungan sangat penting dilakukan. Pendekatan lingkungan tersebut sangat holistik dan tidak berdiri secara tunggal. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif dan kerja sama antarlembaga dan lintas negara diyakini dapat meningkatkan kualitas pemelihataan lingkungan.
“Dalam menjalankan pergerakan penyelamatan sumber-sumber mata air, diakui atau tidak, Kayoman Pedawa sangat membutuhkan sumbangan pemikiran dari para ahli lingkungan, botani, dan tentunya ahli air,” tutur Sadyana.
Kegiatan kolaborasi ini diharapkan mampu menjadi sarana edukasi bagi mahasiswa dan masyarakat tentang pentingnya menjaga ketahanan sumber air. Mengingat, kebutuhan air di zaman sekarang sudah meningkat, sedangkan sumber-sumber air di alam semakin menipis.
“Harus selalu diusahakan. Kosa kata tentang lingkungan, etika lingkungan, sudah menjadi satu panduan baru dalam hubungan antarmanusia di dunia, sehingga setiap individu harus turut mengupayakan perbaikan lingkungan,” terang Sadyana memastikan bahwa penanaman pohon ini tidak hanya berdampak positif secara lokal, tetapi juga secara global dalam mengatasi perubahan iklim.
Pendiri Pondok Literasi Sabih itu menambahkan, jika tidak segera bertindak untuk menjaga kelestarian sumber air tersebut, makan akan menjadi masalah besar di kemudian hari. Itulah mengapa kolaborasi ini sangat penting dilakukan sebagai media pengetahuan lingkungan secara masif kepada generasi milenial dan masyarakat yang merupakan konsumen dari sumber mata air itu sendiri.
Sadyana berpendapat, ada banyak langkah konkret yang dapat diambil pemerintah dan lembaga internasional untuk mendukung upaya penanaman pohon di sekitar sumber mata air ini. “Ada banyak hal. Misalnya, pembuatan regulasi, pelaksanaan regulasi, dan penguatan kolaborasi, agar bisa dilakukan secara bersama-sama,” katanya.
Saat ditanya bagaimana mengukur dan mengevaluasi dampak jangka panjang dari penanaman pohon ini terhadap ekosistem lokal dan global, Sadyana menjawab, “Untuk sementara ini, estimasi ke depan dalam kegiatan ini adalah tanaman bisa tumbuh dengan baik, menyumbang oksigen, dan bisa menjadi tempat yang baik untuk satwa.”[T]
Reporter: Yuli
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana