ANGKA kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih terbilang tinggi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) selama periode Januari – Agustus 2023 sebanyak 7,44 juta orang. Jumlah ini meningkat 68,92 persen dibanding periode Agustus 2022.
Data per bulan Juni 2023, lima negara menyumbang wisman terbanyak ke Indonesia, yaitu Singapura (16,41 persen), Malaysia (15,88 persen), Australia (12,47 persen), India (6,48 persen), dan China (5,88 persen). Meskipun pergerakan kunjungan wisman tersebut fluktuatif, namun cukup menggembirakan bagi industri pariwisata Indonesia.
Sementara jumlah perjalanan wisatawan domestik atau nusantara data per bulan Juni 2023 mencapai 433 juta. Padahal target Kemenparekraf untuk wisatawan domestik pada tahun 2023 adalah 1,2 hingga 1,4 miliar perjalanan. Oleh sebab itu, perlu kajian lebih mendalam tentang kunjungan wisatawan nusantara ini.
Sampai saat ini Indonesia masih dipercaya sebagai destinasi wisata dunia. Sedikitnya empat faktor yang menyebabkan Indonesia diminati wisatawan. Pertama, faktor keamanan. Indonesia termasuk negara yang aman untuk dikunjungi wisman. Gejolak politik yang muncul tidak sampai menimbulkan gangguan keamanan yang mengancam keselamatan wisatawan.
Kedua, harga produk wisata Indonesia relatif murah dan terjangkau oleh wisman. Masalah harga produk wisata biasanya menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara, seperti harga tiket pesawat, objek dan daya tarik wisata, hotel, dan restoran. Oleh sebab itu wacana kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur dan Taman Nasional Komodo mendapat sentimen negatif di pasar wisata.
Ketiga, faktor pelayanan. Meski kadang muncul keluhan dari wisatawan, namun pelayanan wisata di Indonesia masih termasuk kategori baik. Pelayanan mencakup sektor transportasi, akomodasi, restoran, objek wisata, dan masyarakat. Faktor pelayanan yang baik akan membuat wisatawan puas mengunjungi destinasi wisata.
Keempat, kebijakan pemerintah di sektor pariwisata di Indonesia hingga saat ini tidak menghambat wisman untuk berkunjung. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang dibuat Indonesia untuk beberapa negara juga terbukti meningkatkan angka kunjungan wisman.
Meski begitu, tantangan pariwisata Indonesia ke depan tidak ringan. Kondisi geopolitik internasional dan perekonomian dunia sulit diprediksi. Karenanya perlu dipikirkan strategi pengembangan pasar wisata, baik mancanegara maupun domestik.
Pasar Wisman
Strategi pengembangan pasar wisman merupakan respons dan adaptasi terhadap krisis ekonomi global yang melanda beberapa negara asal wisman. Negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Jerman, Inggris, Prancis, dan beberapa negara Eropa yang selama ini menyumbang wisman cukup banyak sedang dilanda krisis ekonomi.
Banyak wisatawan di Amerika Serikat dan Eropa memutuskan untuk memilih perjalanan wisata short trip. Wisata short trip adalah perjalanan wisata dalam jangka waktu pendek dan dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Wisatawan Amerika Serikat memilih berkunjung ke negara-negara Eropa yang jaraknya dekat, begitu pula sebaliknya; wisatawan Eropa akan berkunjung ke Amerika Serikat.
Diperkirakan wisman dari beberapa negara akan menunda sementara untuk melakukan perjalanan wisata jarak jauh. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Diperlukan strategi baru dalam pasar wisata, terutama pada negara-negara yang potensial menyumbang wisatawan, seperti India, Australia, Selandia Baru, Malaysia, Singapura, Filipina, Timor Leste, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Meskipun dihadapkan pada ancaman kesulitan, sektor pariwisata Tanah Air tetap perlu bersikap optimis. Industri pariwisata tetap dapat berkembang sepanjang ada upaya strategi pasar yang baik, promosi wisata yang efektif, serta inovasi dan diversifikasi produk wisata.
Perlu ada reorientasi pasar wisata terhadap negara-negara yang saat ini potensial menyumbang wisatawan, seperti India dan negara-negara Timur Tengah. Sebagai contoh, wisatawan India saat ini banyak berkunjung ke Bali. Motivasi wisata mereka selain berlibur juga melakukan wisata spiritual di Bali. Ini perlu digarap serius. Begitu pula wisatawan Timur Tengah yang menyukai pantai dan atraksi seni budaya Indonesia.
Pasar Domestik
Sektor pariwisata tahun ini perlahan mulai dapat diharapkan seperti sebelum pandemi. Meski demikian kunjungan wisman maupun domestik masih banyak terkendala faktor ekonomi global. Selain itu tarif pesawat dan kereta api yang dirasa mahal serta kenaikan harga kebutuhan pokok juga akan menghambat perkembangan pariwisata domestik.Bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) diperkirakan akan turut menggairahkan sektor pariwisata.
Kegiatan pameran, seminar, konferensi, dan pertemuan lain dalam jumlah pengunjung yang besar akan membantu pasar wisata domestik. Dengan demikian hotel, transportasi darat dan udara, kuliner serta industri kreatif akan tumbuh.
Diharapkan koordinasi antara Kemenparekraf dengan kementerian terkait untuk menggairahkan sektor pariwisata. Jika target jumlah (size) kunjungan wisatawan terkendala, maka perlu strategi menambah lama tinggal (length of stay) dan pengeluaran (spending) wisatawan. Untuk itu diperlukan stimulus ekonomi bagi wisatawan, baik berupa penurunan tarif pesawat dan kereta api maupun potongan harga kamar hotel.
Selain itu juga perlu menambah frekuensi event yang berskala nasional maupun internasional. Bentuk wisata olah raga seperti MotoGP, WSBK Mandalika, Borobudur dan Bali Marathon, maupun festival seni budaya perlu diselenggarakan secara rutin di berbagai daerah.
Kepercayaan pasar wisata terhadap Indonesia menjadi modal bagi pertumbuhan wisata Tanah Air. Kini tinggal upaya serius pemerintah untuk menjaga kepercayaan itu dengan berbagai langkah strategis di sektor pariwisata. [T]
- BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU