30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

KUMARA YAJÑA: Dharma Memelihara Fasilitas Publik Pascaperebutan Kekuasaan

Putu Eka Guna YasabyPutu Eka Guna Yasa
February 26, 2024
inEsai
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

Putu Eka Guna Yasa

KITA harus bersyukur kepada waktu yang telah mengizinkan berbagai perubahan terjadi di dunia ini, termasuk dalam proses peraihan kekuasaan. Di masa lalu, kekuasaan secara dominan didapatkan melalui jalur refresif dengan cara perang. Para ksatria yang bertempur di medan laga itu memaknai tindakannya sebagai sebentuk upacara yang disebut raṇa yajña. Kata rana berarti  berarti ‘peperangan’, sedangkan yajña bermakna ‘korban suci’. Dengan demikian, raṇa yajña sama dengan korban suci yang dilakukan oleh para ksatria melalui peperangan.

Barangkali dengan konsep raṇa yajña itulah perang terjadi berkali-kali sepanjang sejarah kerajaan Bali.  Pustaka Usana Bali Mayantaka bahkan menarasikan jika pada masa Bali Kuno seorang tokoh mitologis-simbolis bernama Mayadanawa sempat berperang tanding dengan para dewata di bawah pimpinan Hyang Indra. Mayadanawa yang  tengah menjalankan angaji pĕgat akhirnya gugur setelah berhasil beberapa kali mengelabuhi Indra dengan penyamarannya.

Sementara itu, Babad Dalem mengisahkan pada masa Bali Tengahan perang menandai perluasan rezim Majapahit di Bali. Sri Astasura Ratna Bumi Banten dengan dua patih andalannya yaitu Kebo Iwa dan Ki Pasung Grigis harus takluk kepada Gajah Mada. Kerajaan Bali, dikuasai secara penuh oleh Majapahit.

Di sisi lain, Geguritan Bhuwana Winasa menuturkan bahwa sebelum berperang dengan Belanda, perpecahan internal kerajaan-kerajaan seperti Mengwi dan Gianyar  sesungguhnya telah terjadi. Perpecahan internal itulah yang menyebabkan Belanda lebih mudah memasuki kerajaan Bali, sampai akhirnya meletus dua perang habis-habisan yakni Puputan Badung dan Puputan Klungkung. Fakta-fakta historis-mitologis di atas menjadi bukti bahwa kekuasaan diraih dengan jalur intervensi, jalan pedang, dan peperangan.

Bagi para ksatria di masa lampau yang menerapkan raṇa yajña itu, medan perang sesungguhnya tidak berbeda dengan kunda atau tungku persajian. Kakawin Bharata Yuddha menyatakan para ksatria yang melakukan perang akan menjadikan medan tempur sebagai altar pemujaan. Di tempat tersebut, mereka dengan girang menaburkan sekar taji hiasan rambut musuh-musuhnya sebagai bunga. Cudamani hiasan kening para ksatria lain yang gugur di medan perang sebagai beras. Kerajaan musuh yang hangus terbakar sebagai api pemujaan. Sementara kepala musuh yang berhasil dipenggal di keretanya adalah sarana pemujaan yang paling utama.

Dari gambaran Kakawin Bharata Yuddha di atas, raṇa yajña tercitra sebagai korban suci yang penuh dengan kengerian. Meskipun demikan, pustaka Niti Sastra melegitimasi yadnya yang dilakukan para ksatria itu dengan pernyataan bahwa mereka yang gugur dalam peperangan akan mendapatkan alam Wisnu, sedangkan yang menang dalam peperangan akan mendapatkan kesejahteraan dunia. Artinya, dalam banyak hal, demi menegakkan kebenaran jalur intervensi, jalan pedang, dan peperangan menjadi sah-sah saja.

Apakah menjalankan raṇa yajña menjadi puncak capaian seoran ksatria atau pemimpin? Pustaka Catur Yuga yang menguraikan petuah-petuah Bhagawan Purbhasomi ternyata menjelaskan bahwa pasca melakukan raṇa yajña, seorang pemegang kekuasaan mesti melakukan kumara yajña. Kumara yajña adalah kewajiban para penguasa untuk melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap infrastruktur secara menyeluruh. Infrastruktur yang dimaksud adalah tempat suci, candi, dan kabuyutan (dharma candi kabuyutan pahayun). Ia berkewajiban untuk memperbaiki dan memelihara jalan serta pasar umum (dharma hawan pahayun, dharma pasar agĕng pahayun). Sebagai seorang pemimpin, Ia juga berkewajiban memelihara kelestarian laut dan kuburan (dharma sagara pahayun, dharma setra pahayun).

Bersandar pada penjelasan pustaka Catur Yuga di atas, kita dapat mengetahui bahwa membangun infrastruktur dari hulu hingga hilir menjadi tanggung jawab para pemimpin usai perebutan kekuasaan. Dengan memperbaiki tempat suci, candi, dan kabuyutan, seorang pemimpin memperkokoh benteng rohani masyarakat. Melalui perbaikan dan pemeliharaan jalan serta pasar, seorang pemimpin memperkuat pilar-pilar penyangga kesejahteraan masyarakat. Dengan memperbaiki dan memelihara laut serta kuburan, seorang pemimpin menjaga kelestarian alam khususnya sumber-sumber amerta. Bukankah kuburan dan laut adalah dua tempat wisuda bagi sarjana-sarjana kehidupan? Jika demikian, perbaikan dan pelestariannya juga menjadi kewajiban seorang pemimpin pada saat yang bersamaan, bukan malah memunggungi dan mengkorupsi isinya!

Itulah raṇa yajña dan kumara yajña yang dilakukan para pemegang kekuasaan di masa lalu. Saat ini, raṇa yajña sebagai jalan perebutan kekuasaan dengan mengangkat pedang tidak lagi dilakukan. Dalam memilih pemimpinnya, masyarakat kini hanya cukup mengangkat paku lalu mencoblos kandidat sesuai hati nuraninya. Meski telah terjadi perubahan dalam proses pemilihan, kumara yajña penting tetap dilakukan oleh para penguasa jika ingin mewujudkan ketenteraman masyarakatnya (ya ta mangde krethaning bhumi sang aji). [T]


  • Klik untukBACAartikel lain dari penulisPUTU EKA GUNA YASA
Rekonsiliasi Pasca Perebutan Kekuasaan: Mengintip Pesan Kakawin Ramayana
Hoax dalam Momentum Transisi Kekuasaan: Refleksi Sastra untuk Membaca Realita
Konsekuensi Gratifikasi Jelang Perebutan Kekuasaan: Renungan dari Bharata Yuddha
Kata-Kata untuk Pemegang Tahta
Menebak Karakteristik dari Penampilan Fisik: Catatan dari Lontar Pawetuan Jadma
Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu
Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu
Tags: kekuasaanPemilu 2024Politiksastra bali
Previous Post

Ketua dan Wakil Ketua DPRD Buleleng Mengucapkan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan

Next Post

Society of the Snow (2023): Kisah Mengerikan dari Pegunungan Andes

Putu Eka Guna Yasa

Putu Eka Guna Yasa

Pembaca lontar, dosen FIB Unud, aktivitis BASAbali Wiki

Next Post
Society of the Snow (2023): Kisah Mengerikan dari Pegunungan Andes

Society of the Snow (2023): Kisah Mengerikan dari Pegunungan Andes

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co