TIM Kesenian STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja dan Undiksha Singaraja mebarung di Taman Bung Karno, Sukasada, Buleleng, Sabtu malam, 18 Februari 2024.
Kedua tim mahasiswa seniman itu menampilkan garapan-garapan terbaik mereka. Keduanya memukau, keduanya menang. Keduanya mendapat tepuk tangan.
Mebarung adalah tradisi pentas sekaa-sekaa gong di Buleleng, terutama pada era kejayaan gong kebyar yang diperkirakan berkembang mulai tahun 1910-an. Dua sekaa (grup) dari satu desa sepakat dengan rasa persaudaraan beradu di atas satu panggung. Konon, dulu, pentas mebarung selalu dipadati penonton, terutama penonton yang menjadi supporter dari masing-masing sekaa.
Tradisi mebarung itu barangkali diikuti oleh tim kesenian dari STAHN Mpu Kuturan dan Undiksha Singaraja, sehingga mereka sepakat untuk mebarung serangkaian Pekan Apresiasi Seni di Taman Bung Karno. Ini adalah mebarung kedua yang mereka lakukan di Singaraja.
Foto: Dok STAHN Mpu Kuturan
Mebarung adalah upaya positif untuk menumbuhkan jiwa kompetitif yang dilatari dengan rasa persaudaraan antar mahasiswa STAHN Mpu Kuturan dan Undiksha, apalagi dua lembaga pendidikan itu berada di kota yang sama, Singaraja.
Saat mebarung di Taman Bung Karno itu, STAHN Mpu Kuturan menyajikan satu tabuh kreasi dan dua tarian. Masing-masing Tabuh Kreasi berjudul Tedjarasa, Tari Wiranjaya dan Tari Ngalap Kopi.
Tabuh kreasi adalah hasil kreativitas mahasiswa, sementara Tari Wiranjaya merupakan warisan dari tari ciptaan Ketut Merdana tahun 1947, salah seorang seniman kenamaan dari Desa Kedis, Buleleng. Tari Ngalap Kopi merupakan hasil rekontruksi yang awalnya merupakan konsep karya tari kakebyaran yang digagas oleh I Ketut Merdana pada tahun 1965.
Sementara itu UKM Kesenian Daerah Undiksha Singaraja juga menyajikan tiga garapan. Masing-masing Tabuh Kreasi Solah Gasal, Tari Truna Jaya dan tari Kreasi Nirlaya.
Dua sekaa gong dari dua kampus di Singaraja itu sama-sama menampilkan kekuatan seni terbaik mereka. Tak ada yang lebi, tak ada juga yang lebih buruk. Tak ada yang kalah, tidak ada yang menang.
Tabuh Kreasi Tedjarasa yang ditampilkan STAHN Mpu Kuturan adalah hasil karya mahasiswa Putu Adjie Pramesti Suryawan Nesaputra. Keberhasilan dalam menciptakan karya tabuh kreasi, apalagi kemudian mendapat sambutan dari penikmati, itu adalah kemenangan tersendiri bagi seorang mahasiswa.
Tabuh Tedjarasa punya makna filosofis sebagai api dalam konteks spirit dan semangat jiwa muda pemuda Buleleng. Spirit dan semangat yang berkobar layaknya api namun jika dikelola dengan baik spirit dan semangat ini merupakan karakter maju masyarakat muda Buleleng. Semangat dan spirit pemuda Buleleng tergambar dalam karakter yang seringkali diidentikan dengan semangat jiwa dinamis dan emosional.
Foto: Dok STAHN Mpu Kuturan
Koordinator Tim Kesenian STAHN Mpu Kuturan Singaraja I Putu Ardiyasa mengatakan, ia memang memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk berkreatifitas.
“Kami memberi kebebasan, namun tetap dalam pantauan,” ujar Putu Ardiyasa.
Sementara itu, Wakil Ketua 3 STAHN Mpu Kuturan Singaraja Dr. Ida Bagus Wika Krishna yang hadir untuk menyaksikan pertunjukkan mebarung tersebut mengaku bangga. Terlebih lagi, ini merupakan kali kedua STAHN Mpu Kuturan Singaraja diajak bekerjasama dengan Undiksha Singaraja dalam bidang kesenian.
“Ini kali kedua kami diajak bekerjasama dan ini merupakan sebuah kebangga, apalagi setelah melihat semangat dari panitia. Kita STAHN Mpu Kuturan dan Undiksha sebagai Perguruan Tinggi Negeri, kedepan harus selalu berkolaborasi untuk bisa melakukan pelestarian seni dan budaya, khususnya yang ada di Kabupaten Buleleng,” kata Wika Krishna. [T]
Sumber: Rilis STAHN Mpu Kuturan
Editor: Adnyana Ole