SAYA melipir, seperti biasanya sehabis mengantar anak masuk sekolah, ke salah satu pantai di Sanur. Tak membutuhkan waktu lebih dari 10 menit untuk menemukan semua pantai di wilayah Sanur. Sebutlah Pantai Matahari Terbit, Pantai Karang, sampai Pantai Mertasari.
Pantai Mertasari menjadi langganan saya untuk sekadar duduk-duduk. Pantai ini masih terletak di wilayah Keluarahan Sanur, Denpasar, Bali. Di pantai itu biasanya saya menghabiskan waktu untuk menunggu jam pulang sekolah anak.
Biasa, saya jalan-jalan di sepanjang pantai atau hanya menikmati sate tuna atau sate babi di warung-warung, bersama bule-bule yang datang dan pergi itu.
Tapi pada 30 Januari 2024 ini saya bertemu dengan keluarga kecil dari Jambi. Mereka adalah Rian Hidayat, Astika dan putranya, Moka. Kami bertegur sapa tepat di pinggiran pantai, tempat di mana mobil mereka yang dilengkapi tenda itu terparkir. Dalam bahasa kekinian, yang sebenarnya sudah dari dulu ada, mobil semacam itu mirip dengan istilah Camper Van. Pada lambung mobil tertulis “Kelingo”.
Obrolan pun mengalir sambil menikmati suasana Taman Rekreasi Muntig Siokan. Kelingo sendiri, menurut Rian, terinspirasi dari Bahasa Jawa, “Keling”, yang berarti selalu ingat atau “jangan lupa”.
Menurut Rian. makna filosofisnya adalah kemana pun kita pergi, harus tetap ingat rumah atau tidak lupa kampung halaman. Begitulah kira-kira.
Kelingo sendiri, terutama yang dimaksud oleh Rian di mobilnya, adalah kepanjangan dari Keliling Indonesia Go. “Ayo keliling Indonesia, mengenali potensi dan ragam suku dan budaya,” tambahnya.
Pasangan muda dengan satu putra ini memang hobi jalan-jalan. Terhitung sampai kami bertemu di Pantai Mertasari ini, mereka sudah memasuki hari ke-40 mereka meninggalkan rumah. Ia sudah melewati kopta-kota di Jawa, seperti Bandung dan Surabaya. Kini ia eksplor Bali.
Saya bertanya tentang bagaimana mereka hidup selama perjalanan dan apa yang membuat mereka memutuskan untuk berani mengambil keputusan itu, selain hobi tentu saja.
“Saya mempunyai dua usaha, bahan minuman dan usaha yang berkaitan dengan plastik,” katanya.
Selain itu, ia juga dapat hasil juga dari Tiktok @rianastika. Sehingga biaya selama perjalanan bisa dikatakan aman.
Mendengar cerita dan penjelasan yang lugas dan jelas dari Rian Hidayat itu, bisa disimpulkan, jalan-jalan, selain memerlukan tekad juga modal yang kuat.
Mempunyai penghasilan dari produksi konten kreator dari perjalanan, adalah bonus perjalanan itu sendiri. Sementara modal utama dari perjalanan itu adalah usaha yang sudah autopilot. Itu adalah koentji utama.
Hari sudah siang. Saya juga akan jalan menjemput anak pulang. Dan “Kelingo” pun mulai asyik beraktifitas bersama keluarganya di pantai itu.
Di akhir obrolan saya sampaikan beberap list lokasi untuk bisa dikunjungi selama di Bali. Tak lupa juga saya selipakan kalimat “Bali Utara”, sebuah wilayah yang sangat sering dijadikan bahan politik untuk menyampaikan program pemerataan menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 ini.
Sampai jumpa Kelingo Family. [T]