15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menggigil di Belantara Gunung Batukaru

JaswantobyJaswanto
January 19, 2024
inTualang
Menggigil di Belantara Gunung Batukaru

Rachman di puncak Batukaru | Foto: Jaswanto

ALKISAH, setelah membuat gempar masyarakat Bali Utara dengan teknologi bernama sepeda pada kisaran 1904, seniman Belanda itu berkunjung ke dataran tinggi di Tabanan. Di sana, di dataran setinggi 650 mdpl yang dia kunjungi pada tahun 1918 itu, berdiri warisan budaya bernama Pura Luhur Batukaru. Tak hanya dia, si Belanda Nieuwenkamp itu, seorang filolog Belanda Hoykaas juga pernah mengunjungi pura yang terletak di pinggang Gunung Batukaru itu.

Pria Belanda lainnya, seorang arkeolog yang pernah diberi hukuman pidana pedofilia, Dr. R. Goris, pernah mengadakan penelitian di pura tesebut pada tahun 1928. Di sana Goris banyak menjumpai patung yang jenisnya serupa dengan patung yang terdapat di Pura Goa Gajah di Bedulu, Gianyar, yaitu patung yang mengeluarkan pancuran air dari pusarnya. Bedanya, kata Goris, patung yang terdapat di Goa Gajah dalam posisi berdiri, sedangkan patung di Pura Batukaru dalam posisi duduk bersila.

Tapi tulisan ini bukan tentang kunjungan orang-orang kolonial itu ke Pura Luhur Batukaru atau patung yang bisa mengeluarkan air dari pusarnya, ini tentang bagaimana saya terjebak hujan di belantara antah-brantah Gunung Batukaru dua tahun silam—walaupun mungkin akan menyerepet sedikit ke arah sana.

Jaswanto saat perjalanan turun dari puncak Batukaru / Foto: Dok. Jaswanto

“Ini musim hujan. Sebenarnya terlalu berisiko. Tapi karena sudah sampai di sini, apa boleh buat,” kata petugas parkir di pelataran Pura Malen sembari dengan cepat menjambret uang dari tangan saya. Tampaknya dia sangat terlatih melakukan itu. “Yang penting kalian bawa peralatan lengkap. Jangan mengkhawatirkan kami,” sambungnya sambil menulis nama-nama yang disebutkan si empunya.

Meninggalkan tukang parkir yang ketus, kami mulai mendaki. Matahari masih tinggi. Tapi udara di Pujungan tetap saja dingin seperti mesin penyejuk ruangan. Bedanya, ini tidak bisa diatur. Hutan, perkampungan, perkebunan, semua berselimut kabut. Tampaknya hujan baru saja reda. Jejaknya tertinggal di mana-mana. Di daun-daun talas, di tanah berlubang, di jalan somplak dan rompal menuju Pura Malen, di atap-atap rumah, di semak-semak yang namanya tak tercantum dalam buku pelajaran biologi.

Batukaru merupakan gunung tertinggi kedua di Bali setelah Gunung Agung. Merujuk pada sumber-sumber arkeologi dan vulkanologi, Batukaru dinyatakan sudah tidak aktif sebagai gunung berapi. Di sekitar tempatnya berdiri, terdapat banyak peninggalan masa lalu—yang oleh arkeolog disebut sebagai situs megalitikum. Hal tersebut dibuktikan atas penemuan benda-benda purba yang cukup banyak di sana. Nama-nama asing seperti  Kempers, Goris, Dronkers, percaya bahwa Batukaru merupakan kawasan suci di zaman megalitikum.

Di pinggang selatan Gunung Batukaru, berdiri kokoh Pura Luhur Batukaru yang dipercaya sudah ada sebelum Majapahit melakukan ekspansi ke Bali. Di pura purba tersebut, Kempers menemukan peninggalan megalitik berupa menhir—batu kuno tempat pemujaan roh leluhur. Goris dan Dronkers percaya bahwa Pura Luhur Batukaru adalah salah satu dari sekian banyak pura di Bali yang asal muasalnya bukan dari India.

Hujan lebat mengguyur Batukaru / Foto: Jaswanto

Rasanya belum dua kilo kami mendaki, tapi kaki sudah terasa lumpuh. Dan sial, seperti sebuah kutukan, apa yang dikatakan tukang parkir itu benar adanya. Tanpa permisi hujan mengguyur Batukaru, seperti peluru yang dilesatkan serdadu amatir dengan membabi-buta. Tak ada tempat berlindung. Tak sempat jas hujan keluar dari tempatnya. Kami kuyup dan pasrah seperti pohon-pohon, semak, dan perdu.

Seekor pacet gunung sebesar lidi menggeliat di balik daun pakis. Badannya molor seperti karet yang ditarik. Binatang pengisap darah itu tampaknya mencium kehadiran segerombolan pemuda ceroboh yang nekat mendaki Batukaru di musim penghujan. Dan benar, seperti diutus roh-roh penunggu hutan untuk memberi pelajaran, tanpa terasa, binatang yang berjalan seperti ulat jengkol ini, telah puas mengisap darah saya. Ia sangat nyaman mengenyot betis saya hingga badannya kembung seperti balon berisi air. Darah segar merembes di sekitar mulutnya.

Ini adalah pendakian pertama kami ke Batukaru. Dalam standar pendakian, sebenarnya sangat dianjurkan untuk menyewa guide atau paling tidak mengajak mereka yang pernah mendaki ke sana. Tapi dasar orang ceroboh dan berkepala batu, tanpa pengetahuan apa pun tentang medan, vegetasi, mata air, dan sebagainya, kami menerabas melalui pintu belakang. Padahal, gunung, bagaimanapun, selain mengandung juga mengundang bahaya. Itu pengetahuan dasar pecinta alam. Maka, tanpa pengetahuan, mendaki gunung adalah aktivitas orang-orang nekat—untuk tidak mengatakan bodoh.

Rachman saat perjalanan turun dari puncak Batukaru / Foto: Jaswanto

Jalur Batukaru sangat melelahkan, jika tidak menyebalkan. Selain tanjakan panjang, licin seperti tak berujung, pohon besar berlumut yang berbaring-melintang seenaknya di setapak, juga pacet yang berserak di sembarang tempat. Meski ada seutas tambang yang dipersiapkan pengelola sebagai alat bantu para pendaki, tapi tidak dengan garam untuk mengusir pacet dari kulit.

“Bukankah surga memang tak mudah untuk dituju?” ucap saya berusaha menenangkan kawan-kawan. “Tapi di surga mungkin tak ada hujan dan tak ada pacet,” seorang kawan menumpangi argumen saya sembari menarik makhluk kecil buas itu dari lengan kirinya. Kami tertawa, sejenak melupakan gigil dan tulang yang terasa ngilu. Apakah Kempers dan Goris pernah merasakannya? Hujan kian lebat. Setapak berubah menjadi parit-parit kecil. Kaki makin sulit untuk melangkah.

Di tanah sempit di leher Batukaru, akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda darurat. Mumpung hujan sedikit reda, ujar seorang kawan. Dengan tangan gemetar tiga tenda berhasil dipacak. Setelah menyampirkan pakaian basah di semak-ranting, kami menikmati mi instan dengan brutal.

Beberapa bawaan selamat dari basah, tapi rokok kami, ya Tuhan… Tapi inilah yang membedakan kami dengan seekor pacet. Rokok basah yang pucat-pasi itu, kami sangrai di panas parafin. Jadilah kami mengisap tembakau yang, tidak hanya dibakar, tapi juga disangarai. Ternyata rasanya tidak lebih buruk dari yang kami bayangkan.

Dziky sedang menyangrai rokok / Foto: Jaswanto

Tanpa ampun langit Batukaru kembali menghukum kami dengan guyur yang lebih lebat, nyaris membobol pertahanan flysheet yang kami pasang. Pohon-pohon tinggi seperti cemara pandak, rejasa, dan cempaka kuning yang bergoyang diterpa angin, menebalkan kekhawatiran kami. Sekelebat bayangan batang menimpa tempat kami bernaung. Tapi beruntung, sampai hujan menyisakan rintik dan benar-benar lenyap, tak selengan pun kayu itu jatuh.

Sepertinya meneer Henri Hubert van Kol waktu pelesiran ke Bali pada 1902—yang disebut-sebut sebagai turis pertama yang berkunjung ke Bali untuk tujuan pariwisata—tidak merasakan gigil di belantara Batukaru. Atau mungkin pernah? Saya tidak tahu. Saya tidak membaca catatan perjalanannya yang gemuk—setebal 826 halaman—yang berjudul Uit onze koloniën (From Our Colonies) itu—yang konon agak “kepleset”, penuh stereotip, dalam mendeskripsikan masyarakat yang ditemuinya.

Tapi untuk apa, misalnya, seorang kolonial sosialis seperti van Kol mendaki Gunung Batukaru? Saya pikir ia terlalu sibuk mengurus irigasi Pakalen Sampean di Situbondo, Jawa Timur, daripada merelakan darah Belanda-nya diisap pacet-paceh Batukaru, sebagaimana ia sebenarnya juga tak rela tanah kelahirannya mengisap darah rakyat Hindia Belanda. Bukan begitu, Tuan Meneer?[T]

Gunung Batur yang Kesekian Kalinya
Mendaki Gunung Tempat Para Dewa Berstana
Ke Trunyan Kami Mendaki: Melepaskan Beban, Mengeratkan Hubungan
Pendakian Gunung Abang 2.151 Mdpl: Kita Tidak Pantas Mati di Tempat Tidur!
Tags: baliGunung BatukaruMendaki Gunungtabanan
Previous Post

Prasasti Blanjong Berusia 1.110 Tahun, Ini Kekayaan Sejarah Kota Denpasar

Next Post

Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika

Pesan Cinta untuk Seorang Teman | Cerpen Wahyudi Prasancika

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

by Hartanto
May 15, 2025
0
‘Prosa Liris Visual’ Made Gunawan

SELANJUTNYA, adalah lukisan “Dunia Ikan”karya Made Gunawan, dengan penggayaan ekspresionisme figurative menarik untuk dinikmati. Ia, menggabungkan teknik seni rupa tradisi...

Read more

Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

by Gede Maha Putra
May 15, 2025
0
Mengharapkan Peran Serta Anak Muda untuk Mengembalikan Vitalitas Pusat Kota Denpasar

SIANG terik, sembari menunggu anak yang sedang latihan menari tradisional untuk pentas sekolahnya, saya mampir di Graha Yowana Suci. Ini...

Read more

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co