PADA akhir tahun 2023, sekitar bulan November, dalam jangka waktu kurang dari dua bulan, kelompok Kayoman Pedawa dengan sigap mensosialisasikan gagasan program “Asuh Kayuan” kepada para pemilik lahan di mana tempat sumber mata air berada.
Asuh Kayuan merupakan program Kayoman Pedawa dan masyarakat pemilik lahan tempat mata air berada dengan melibatkan pihak ketiga dan bertujuan untuk menyelamatkan sumber mata air di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Program tersebut, hingga per Desember 2023, setidaknya sudah ada lima titik mata air yang diadopsi oleh Kelompok Kayoman dan CV. Tata Wana Tirta—perusahaan skincare yang mengusung brand “Be Essential”. Sebagaimana diketahui banyak orang bahwa Kayoman Pedawa merupakan kelompok yang sangat konsen terhadap isu-isu lingkungkan termasuk keberadaan sumber sumber mata air.
Pendiri Be Essential, Ade Irma Amelia, menceritakan, sejak tahun 2011 dirinya sangat concern terhadap isu krisis air di Bali. Dan terkait awal pertemuannya dengan orang-orang Kayoman Pedawa, ia mengatakan itu terjadi ketika perhelatan “Jambore Masyarakat Adat International” yang berlangsung pada pertengahan tahun 2023.
“Berawal dari pertemuan itu kemudian berkembang berbagai macam diskusi seputar air dan ritual pelestarian air di masyarakat adat Pedawa, serta berbagai kendala yang dihadapi kelompok Kayoman dalam menjalankan misi pelestarian sumber mata air. Dari diskusi itu pula kemudian melahirkan satu gagasan bersama, yaitu Asuh Kayuan,” ujar Ade Irma Amelia.
Mengenai skemanya Asuh Kayuan, sebagaimana dijelaskan Amelia, pemilik lahan akan mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Kayoman dan pihak ketiga—pihak yang memiliki kepedulian akan upaya-upaya pelestarian sumber mata air.
Sebelum menjalankan program tersebut, hal paling utama yang dilakukan oleh Kayoman Pedawa adalah mempelajari dan menciptakan pengetahuan yang setara tentang pentingnya pelestarian sumber mata air dan infrastruktur ekologis yang terkait dengannya.
Sedangkan terkait insentif secara materi diberikan melalui penggalangan dana yang didapat dari pihak ketiga. Sebagai proyek awal, CV. Tata Wana Tirta bersedia memelopori langkah menjadi orang tua asuh untuk beberapa titik mata air, dan sesuai dengan diskusi yang disepakati, mereka menerima komitmen untuk menjadi orang tua asuh minimal selama lima tahun.
“Untuk besaran insentif kepada pemilik lahan nominalnya dapat beragam dan ditentukan secara internal oleh Kelompok Kayoman dan pemilik lahan. Sedangkan pihak ketiga akan menyatakan kesanggupan komitmennya. Insentif ini diberikan setahun sekali kepada pemilik lahan selama masa kesepakatan berlangsung,” jelas Ade Irma.
Sebagaimana telah disinggung di awal, langkah awal program Asuh Kayuan dimulai efektif per Desember 2023 dan akan berlangsung selama 5 tahun hingga tahun 2028. Setelah masa komitmen berakhir, nota kesepakatan dapat diperpanjang—bahkan jika kepemilikan lahan sudah berganti.
“Sepanjang pemilik lahan tetap berkomitmen untuk menjaga sumber mata air dan infrastruktur ekologis sekitarnya, ia akan tetap menerima insentif yang disalurkan oleh kelompok Kayoman,” ujar Ade Irma.
Menurut keterangan Putu Yuli Supriyandana, ketua kelompok Kayoman Pedawa, kegiatan Asuh Kayuan ini bertujuan penyelamatan sumber mata air dengan menggunakan sistem 3P: perawatan, pemeliharaan, dan penghijauan di sekitar sumber mata air.
“Kegiatan ini tentu akan berdampak positif pada proses konservasi yang selanjutnya melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu pemilik lahan di mana sumber mata air ada di situ,” kata Putu Yuli.
Selain sebagai orang tua asuh, menurut Yuli, pihak CV. Tata Wana Tirta juga terus memberikan dukungan kepada pihak Kayoman agar tetap melakukan pendampingan kepada masyarakat pemilik lahan. Dalam hak ini pihak Kayoman diharapkan melakukan pendataan, monitoring, dan evaluasi kepada sumber-sumber air yang menjadi anak asuh.
Untuk tahun 2023, ada 5 kayuan (sumber air) yang dijadikan sebagai pilot project kegiatan tersebut dan akan berlangsung selama 5 tahun ke depan. “Adapun 5 kayuan itu, yaitu Selundingan di bawah lahan milik Ketut Ribut; Muncus di bawah lahan milik Ketut Parta; Penyungan di bawah lahan milik Wayan Pasol; Sabih di bawah lahan milik Wayan Dolat; dan Mumbul di bawah lahan milik Wayan Peraya,” jelas Putu Yuli.
Menurut Yuli, Asuh Kayuan ini akan memberikan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga hulu kayuan tersebut dengan tetap memelihara kayu atau tumbuhan (pohon) yang mampu menyerap dan menyimpan debit air untuk kelangsungan dari sumber air tersebut. “Dampaknya tentu akan terus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” lanjutnya.
Harapan terbesar dari adanya program Asuh Kayuan ini adalah, sebagaimana diungkapkan Ade Irma Amelia, adanya kesetaraan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya upaya pelestarian sumber mata air. Program Asuh Kayuan merupakan pemantik bagi masyarakat sekitar Desa Pedawa maupun masyarakat luas, bahwa tanpa menjaga sumber air, tidak akan ada ritual yang dapat dijalankan, apalagi kegiatan bisnis lainnya.
“Dari program Asuh Kayuan ini, kami berharap ke depannya insentif tidak lagi dibutuhkan karena telah tercipta kesadaran kolektif terhadap hal-hal signifikan, terutama tentang sumber air. Tidak menutup kemungkinan program Asuh Kayuan membuka kesempatan pada individu atau pihak ketiga lainnya yang peduli akan kelestarian air, untuk ikut serta dalam upaya pelestarian sumber air bersama kelompok Kayoman Pedawa,” pungkas Ade Irma.[T]