10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gitar Butanza dan Kenangan di Baliknya

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
November 5, 2023
inEsai
Gitar Butanza dan Kenangan di Baliknya

Ilustrasi diolah oleh tatkala.co

BELAKANGAN ini saya dibuat geram dengan satu gitar yang ada di kontrakan. Sebab, setelah saya perbaiki, tetap saja tak ada suara indah yang dikeluarkannya. Padahal, tak satu pun bagian dari gitar itu terlewati untuk saya betulkan. Dari headstock, nut, tuner, fret, neck, heel, bridge, dan body, sudah saya pastikan aman. Oh iya, satu lagi, senar satu set pun sudah saya belikan baru. Namun, tetap saja, suara fals-nya sepertinya sudah tidak bisa diganggu-gugat.

Gitar itu milik salah seorang teman saya. Yang entah dengan ikhlas atau karena sebab lain, sehingga gitar itu tak dibawanya pulang. Barangkali sudah memasuki tahun ke-3 gitar akustik dengan merk Cole Clark Custom itu ada di kontrakan.

Selama ini, gitar itu hanya jadi pajangan di salah satu kamar teman saya. Gitar itu tepat berada di tengah-tengah rak buku miliknya. Hampir kurang lebih satu tahun gitar itu tak tersentuh. Dicantolkan begitu saja. Padahal, dulu, gitar itu sering kami mainkan beramai-ramai. Dan terakhir saya mainkan, suaranya masih aman-aman saja. Bahkan bisa dibilang suaranya lumayan bagus untuk ukuran gitar custom.

Berbagai cara sudah saya lakukan untuk membetulkan gitar sialan itu. Padahal, saya juga sudah menjemurnya. Sebab, selama ini saya berkeyakinan, kalau menjemur gitar akan mengurangi kelembapan pada gitar dan meluruskan stang yang sedikit bengkok. Namun, saya juga lupa, entah ilmu itu saya dapatkan dari mana asal-usulnya. Tapi, selama ini pula, cara itu sering saya lakukan jika gitar saya bermasalah. Dan, pastinya sedikit membantu.

Bagi saya, gitar bukan hanya sekadar alat musik saja. Melainkan banyak kenangan dalam hidup saya yang berkaitan dengan gitar. Ya, karena sejak kecil saya sudah dekat dengan alat musik yang konon dari Negeri Matador itu.

Saya masih ingat dengan gitar pertama saya, jenis ukulele. Gitar kecil dengan empat senar itu adalah hadiah untuk saya—karena saya mendapat rangking ke-5 dari 30 siswa, sewaktu naik kelas empat. Sebentar, kok 5 rangking sih? Ya, sebab, sebelum-sebelumnya, saya biasanya berada di peringkat 20-an dari total keseluruhan siswa di kelas. Hahaha.

Entah kenapa, sebagai hadiah untuk naiknya taraf kepintaran saya waktu itu, orang tua saya malah membelikan gitar alih-alih sebuah buku bacaan atau kamus lengkap bahasa Inggris yang 900 triliyun itu. Saya tak tahu alasan pastinya. Mungkin, ini menurut saya, sepertinya Bapak menginginkan anaknya menjadi gitaris top seperti idolanya, Stevie Ray Vaughan, gitaris Blues dari Amerika, yang tewas dalam kecelakaan helikopter itu.

Dari hadiah itulah, kegemaran saya pada gitar mulai tumbuh. Padahal, sebelum dibelikan gitar tersebut, saya tak pernah sekalipun belajar tentang gitar. Jangankan belajar, untuk sekadar tahu kalau bermain gitar itu harus menggunakan susunan nada dan kunci dasar pun, saya tak tahu.

Alhasil, setelah saya mempunyai gitar itu, ke mana-mana saya tak pernah lupa untuk membawa gitar tersebut. Meskipun, pada saat itu, saya hanya sekadar genjrang-genjreng tidak jelas. Mungkin, waktu itu banyak orang yang terganggu dengan ulah saya. Ya jelas terganggu, kan main gitarnya ngawur. Tapi tak masalah. Toh, saya masih kecil kan waktu itu.

***

Entah berapa lama gitar itu bersama saya. Terakhir saya melihatnya pas lebaran kemarin. Tersimpan di dalam lemari, lengkap dengan stiker yang memenuhi bodinya, dan bolong pada bagian tabung bawahnya. Saya lupa, waktu itu ada kejadian seperti apa, yang menyebabkan gitar itu jadi berlubang.

Namun, seingat saya, gitar itu tak pernah saya mainkan karena saya sudah punya gitar baru. Gitar yang benar-benar gitar—senar enam tentunya—yang saya beli dari hasil mengumpulkan sisa bekal sekolah, dengan harga tujuh puluh ribu rupiah. Murah kan? Tapi tenang, nanti akan saya jelaskan kenapa harganya murah.

Gitar dengan merk Butanza itu saya beli dari seorang bapak dari teman saya—sebut saja namanya Pak Usa (nama samaran). Meskipun gitar itu tak seterkenal dengan gitar merk lain, seperti Cowboy, Yamaha, Gibson, Fender, Ibanez, dan Taylor; tapi, sepengalaman pribadi saya, gitar merk Butanza tak kalah bagus suaranya dengan gitar-gitar yang saya sebutkan barusan.

Ia memiliki ciri khas suara yang nyaring dan merdu. Semacam perpaduan antara Banjo—gitar untuk musik Country—dengan gitar jenis resonator. Sehingga menghasilkan suara yang keras, jelas, dan nyaring. Bunyinya jring… jring… bukan jreng… jreng..

Lalu, kenapa gitar itu bisa murah?

Begini ceritanya. Waktu itu saya memang sedang semangat-semangatnya belajar bermain gitar. Saya selalu meminjam gitar milik Pak Usa untuk belajar. Karena belajar dengan ukulele, bagi saya kurang memuaskan. Jadinya, saya yang belum mempunyai gitar, terpaksa belajar dengan gitar hasil pinjaman.

Kadang, gitar milik Pak Usa itu, juga saya bawa pulang. Sebab, belajar dengan Pak Usa, selain orangnya jarang sadar, dia selalu mengajarkan kunci-kunci yang bagi saya waktu itu sangat menyiksa. Kunci B! Kunci itu, selain memainkannya harus dengan menekan senar dengan keras—agar bunyinya tidak mati—juga menyebabkan pergelangan tangan saya menjadi ngilu.

Sehingga, alasan saya membawa gitar itu pulang, selain untuk belajar kepada Bapak, juga untuk menghindari kunci B-nya Pak Usa. Namun, ternyata saya salah. Agar bisa dan jago bermain gitar, saya tak bisa menganak tirikan kunci B. Sebab, belajar dengan Bapak pun saya tetap harus dipaksa untuk menguatkan pergelangan tangan, agar suara dari kunci B-nya tidak mati.

Namun, lama-kelamaan saya tak diberi izin lagi untuk membawa gitar itu pulang ke rumah. Dan parahnya, Pak Usa berkata, “Percuma belajar gitar kalau masih gitar pinjaman,” ujarnya, menyindir. “Kamu beli aja gitarku ini! buat kamu, tujuh puluh ribu saja.”

Karena saya telah mengorbankan ujung jari saya sampai kapalan—karena sering menekan senar gitar—sehingga, tanpa berpikir panjang saya menjawab, “Oke, tiga hari lagi saya ambil gitarnya!” Ya, saya memberinya waktu tiga hari itu bukan tanpa sebab. Itu karena saya masih belum mempunyai uang untuk membelinya. Dan, tiga hari itu adalah waktu untuk mengumpulkan sisa bekal sekolah untuk membeli gitar itu.

Setelah gitar itu terbeli, saya menjadi semakin giat belajar bermain gitar. Dalam hal belajar bermain gitar, saya tak pernah les sekalipun. Dan saya tak mempunyai guru tetap untuk belajar memainkannya. Saya bisa ke mana saja belajar mengenal kunci-kunci dasar. Bisa belajar dari Bapak, dari pengamen yang kebetulan bertandang ke kampung saya, dan tentu saja teman-teman yang sudah lebih dulu jago bermain gitar.

Bahkan, karena terlalu kepinginnya bisa bermain gitar, saya juga tidur dengan gitar itu. Jadi, sebelum tidur saya bermain gitar, pas bangun tidur pun saya langsung menyentuh gitar.

Tapi, akhirnya saya mengerti, kenapa gitar itu dijual dengan harga murah oleh Pak Usa? Begini kisah lengkapnya. Setelah saya lumayan jago bermain gitar, saya pun sering diajak teman-teman untuk mengamen ke desa-desa tetangga.

Bagi kami, anak kampung yang hidup di tahun 2000-an, mengamen adalah jalan alternatif untuk mendapatkan uang. Agar bisa membeli rokok, kopi, dan mi instan untuk dimakan bersama. Kegiatan mengamen bisa kami lakukan sehari dua kali dengan sistem bergantian.

Tapi, ketika kami sampai disalah satu rumah dan bersiap untuk menyanyikan lagu dangdut berbahasa Osing, belum juga sampai pada reff-nya, si pemilik rumah keluar. Pemuda dengan rambut gondrong dan berbadan tegap dengan tato di lengan kirinya itu, seketika mengurungkan niatnya untuk memberi kami uang receh. Ia malah tampak serius memperhatikan gitar yang sedang saya mainkan.

“Itu kan gitar saya!”

Seketika saya menghentikan genjrengan saya.

“Ha? Ini gitarku!” tegasku waktu itu.

Kami hanya bisa saling lirik. Sebab, setelah ia meyakinkan bahwa gitar Butanza yang saya beli dari Pak Usa itu miliknya, dan saya telah menjelaskan secara rinci kronologisnya, ternyata memang benar gitar itu adalah mliknya. Saya menjadi yakin setelah ia menunjukkan fotonya, dan teman-temannya dengan gitar itu.

Ternyata, gitar yang saya beli dari Pak Usa itu, adalah gitar milik pemuda tersebut—yang Pak Usa pinjam beberapa bulan lalu ketika mereka teler sehabis mabuk bersama. Pemuda itu selama ini sudah menanyakan gitar itu ke Pak Usa, dan setiap ditanyakan, jawaban Pak Usa selalu sama, “Masih di rumah saudara, dan orangnya lagi keluar rumah, nanti malam kalau orangnya sudah pulang gitarnya saya kembalikan.”

Sialan. Ternyata gitar pertama yang saya beli dari uang saya sendiri adalah gitar curian. Itulah kenapa nama orang yang menjual gitar itu kepada saya, saya samarkan menjadi Pak Usa.

Namun tetap, saya tak mau tahu waktu itu, toh saya sudah membelinya dan ada ijab-kabuldalam transaksinya. Sehingga, gitar itu tetap menjadi milik saya. Dan perihal masalah Pak Usa dengan pemuda itu, saya tak mau tahu.

Sekarang, meskipun gitar Butanza itu sudah rusak dan retak dibagian sana-sininya, saya tetap menyimpannya. Tentu suaranya sudah tak se-ngejring dulu. Namun, saya tetap menyimpannya karena dari gitar itu saya bisa bermain gitar. Dan, tentu cerita di balik gitar itulah yang menjadi alasan saya untuk terus menyimpannya, sampai kapan pun.[T]

Gitaris Muda, Gitar Ibanez, dan Dangdut
Puasa di Masa Kecil dan Kenakalan-kenakalan yang Mewarnainya
Kebaikan Tanpa Pengetahuan Adalah Kesalahan
Huda: Alasan Memancing dan Nasib Sialnya
Tags: ceritaCerita Masa Kecilesai
Previous Post

Jelajah Aksara Dalam Sarira : Catatan dari Tutur Sang Hyang Aji Saraswati

Next Post

Ayu Windi dan Usaha Melestarikan Kain Tenun Tradisional

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Ayu Windi dan Usaha Melestarikan Kain Tenun Tradisional

Ayu Windi dan Usaha Melestarikan Kain Tenun Tradisional

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co