MENDENGARKAN adalah aktivitas yang dilakukan orang setiap hari. Sebagaimana berbicara, mendengarkan adalah kegiatan komunikasi yang melibatkan hubungan dua atau banyak orang.
Ada perbedaan antara mendengar dan mendengarkan. Mendengar adalah proses sensorik untuk menangkap bunyi di telinga. Mendengar bersifat pasif, seperti mendengar bunyi klakson mobil di jalan.
Sedangkan mendengarkan bersifat aktif, yaitu memahami, memaknai, dan menghayati pesan yang disampaikan orang lain. Oleh sebab itu dibutuhkan perpaduan antara kemampuan auditif dan kognitif; antara pendengaran dan pemikiran.
Mendengarkan dianggap sebagai keterampilan berkomunikasi yang semestinya dapat dilakukan oleh setiap orang. Kecuali penyandang tunarungu yang memiliki cara mendengar dan mendengarkan tersendiri, baik dengan bahasa isyarat maupun alat bantu.
Komunikasi memang selalu melibatkan dua pihak, yaitu pembicara dan pendengar. Kegagalan komunikasi bisa datang dari pembicara maupun pendengar. Pembicara yang gagal akan berdampak pada pemahaman komunikasi yang keliru. Sedangkan kegagalan dalam mendengarkan akan berakibat efek komunikasi yang menyimpang.
Mendengarkan tidak sebatas pada komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi bisnis dan politik juga sangat diperlukan kemampuan mendengarkan. Pengusaha harus selalu mendengarkan keluhan konsumen agar dapat memperbaiki kualitas produknya.
Industri pariwisata harus mendengarkan keluhan wisatawan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Begitu pun politisi, mesti rajin mendengarkan suara rakyat agar bisa membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik. Orang sibuk ingin menjadi pembicara yang andal. Banyak pebisnis dan politisi yang ingin menjadi penjual gagasan terbaik, tapi lupa untuk menjadi pendengar yang baik.
Hambatan Mendengarkan
Komunikasi yang efektif akan terjadi jika apa yang disampaikan orang dapat dipahami oleh orang lain. Dengan kata lain, apa yang dibicarakan orang dapat didengar orang lain. Persoalannya tentu tidak semudah itu, karena banyak hambatan dalam proses mendengarkan.
Hambatan mendengarkan bisa datang dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari diri sendiri. Penghambat paling serius dan paling merusak dalam mendengarkan yang efektif adalah kecenderungan orang untuk menjadi sibuk dengan diri sendiri (DeVito, 1997).
Orang hanya memusatkan perhatian pada tindakan sendiri saat berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang sibuk dengan diri sendiri disebabkan oleh kehendaknya untuk berperan sebagai pembicara. Sehingga orang sedari awal sibuk untuk menyiapkan dan memikirkan apa yang akan ia katakan untuk menjawab pembicara. Pada saat seperti ini biasanya orang tidak akan memperhatikan apa yang dibicarakan orang lain.
Faktor eksternal merupakan tendensi orang untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang tidak relevan dalam berinteraksi. Orang memikirkan apa yang telah dilakukannya pada malam Minggu kemarin saat komunikasi berlangsung. Atau memikirkan rencana untuk menonton serial sinetron di televisi saat sedang terjadi pembicaraan. Makin sibuk orang dengan masalah eksternal, semakin tidak efektif dalam mendengarkan.
Merekonstruksi pesan yang disampaikan orang lain sesuai dengan sikap, prasangka, kebutuhan, dan nilai sendiri juga menghambat proses mendengarkan. Orang yang memiliki prsangka dan nilai negatif terhadap politik dan kekuasaan akan mengabaikan apa pun yang disampaikan seorang pejabat atau politisi. Orang bisa duduk manis ketika seorang pejabat berpidato, tetapi sesungguhnya ia tidak mendengarkan.
Bisa juga orang tidak mendengarkan apa yang disampaikan orang lain, karena posisi kawan-lawan. Jika seseorang menganggap pembicara adalah seorang yang jahat, rakus, dan menindas maka pembicara akan diposisikan sebagai lawan. Dan orang tak akan pernah mendengarkan apa pun yang disampaikan pembicara. Sebaliknya, jika pembicara dianggap sebagai kawan yang baik, ramah, sopan, dan dermawan, maka orang akan mendengarkan dengan serius.
Pendengar yang Buruk
Setiap komunikasi tentunya menghendaki adanya respons. Namun tidak semua orang akan memberi tanggapan yang sama terhadap pesan komunikasi. Mendengarkan merupakan salah satu hal yang akan menentukan ragam respons komunikasi itu.
Robert L.Montgomery (1983) membuat kategori pendengar yang buruk dan yang baik dalam proses komunikasi. Pendengar yang buruk memiliki ciri selalu menyela ketika orang lain sedang berbicara. Kalau pun ia mendengarkan, biasanya akan mengambil kesimpulan secara tergesa-gesa.
Secara nonverbal, pendengar yang buruk biasanya kurang memperhatikan saat orang lain sedang menyampaikan pembicaraan. Ekspresi matanya menatap keliling ruangan dan sikapnya kurang baik. Bahkan ada pendengar yang bersikap gelisah dengan memainkan pena, pensil, atau jepitan kertas.
Membuat catatan penting dalam sebuah pertemuan memang diperlukan. Namun mencatat segala-galanya dianggap sebagai pendengar yang buruk. Apalagi, apa pun yang disampaikan pembicara dicatat, namun tidak memberikan tanggapan apa pun kepada pembicara.
Pendengar yang Baik
Berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan Montgomery terhadap berbagai kelompok responden diperoleh beberapa ciri pendengar yang baik. Biasanya pendengar yang baik akan memandang orang lain ketika orang tersebut sedang berbicara. Perhatiannya kepada pembicara ditunjukkan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik pembicaraan.
Pendengar yang baik akan memberikan perhatian yang besar kepada pembicara, tidak menyela pembicaraan, serta tidak mendorong pembicara untuk lebih cepat. Memang diperlukan ketenangan dan kesabaran sebagai pendengar yang baik.
Reaksi nonverbal juga ditunjukkan oleh pendengar yang baik. Beberapa reaksi nonverbal yang dapat mencerminkan pendengar yang baik, antara lain dengan menganggukkan kepala, memberikan senyuman, atau mengerutkan dahi.
Mendengarkan adalah cara terbaik bagi orang untuk dapat memahami orang lain. Namun tidak setiap orang mampu menjadi pendengar yang baik; entah karena munculnya hambatan maupun keengganan orang untuk mendengarkan. Menjelang Pemilihan Umum 2024, sebuah usaha bisnis kaos di media online membuat disain kaos bertuliskan: “Minta Dipilih, Minta Didengar. Sudah Terpilih, Lupa Mendengar”. Entah kepada siapa pesan dalam tulisan itu dialamatkan.[T]
- BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU