12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Islam Agama Pembebasan

JaswantobyJaswanto
October 4, 2023
inEsai
Islam Agama Pembebasan

Islam | Ilustrasi diolah oleh tatkala.co

BEBERAPA HARI INI, saya dibuat gelisah oleh dua buku yang baru-baru ini selesai saya baca. Buku yang berjudul Islam Politik: Sebuah Analisis Marxis karya Deepa Kumar dan Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme karya Kazuo Shimogaki ini benar-benar memaksa saya untuk mengakui bahwa per hari ini, Islam hanya dimanfaatkan—meminjam istilah Ulil Abshar Abdalla—sebagai semacam “obat” (opium) saja bagi masyarakat, jika istilah Marxian yang agak kurang “sopan” ini boleh saya pakai di sini.

Dua buku tersebut menguatkan keyakinan saya, bahwa Islam sejatinya tidak hanya sekadar persoalan “halal-haram” saja, tapi juga sebagai “cara pandang”, “norma hidup”, serta semacam “weltanschauung”—pandangan hidup.

Tauhid tidak hanya sekadar “Keesaan Tuhan” semata, tapi harus dipahami juga sebagai “penyatuan”. Sebab, menurut Toshio Kuroda dalam Islam Jiten, Islam adalah norma kehidupan yang sempurna yang dapat beradaptasi dengan setiap bangsa dan setiap waktu.

Firman Allah adalah abadi dan universal, yang mencakup seluruh aktivitas dari seluruh suasana kemanusiaan tanpa perbedaan apakah aktivitas mental atau aktivitas duniawi.

Dan seperti yang dikatakan Arthur Goldshmidt Jr. dan Lawrence Davidson, yang dikutip oleh Deepa Kumar dalam Islam Politik bahwa “Islam yang dibayangkan Muhammad adalah ajaran yang mengombinasikan spiritualitas dengan politik, ekonomi, dan adat istiadat sosial. Ia sendiri memainkan peran baik sebagai pemimpin politik dan relijius, dan kekuasaannya dalam dua hal tersebut tak terbantahkan”.

Artinya, Islam adalah agama yang mengatur seluruh aktivitas kemanusian di dunia ini; dan maka daripada itu, Tauhid adalah “penyatuan” antara spiritual dan material, antara dunia dan akhirat, antara jasmani dan rohani, antara individu dan sosial, antara hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta.

Jika Islam dipandang hanya mengurusi persoalan akhirat saja, maka yang terjadi hanyalah kemunduran—sikap pasrah—umat Islam itu sendiri.

Modernisme Islam

Di Indonesia, umat Islam secara umum dapat kita kelompokkan menjadi dua golongan (jika salah mohon diluruskan): umat Islam sinkretis dan umat Islam yang mengaku masih “pristine”.

Islam sinkretis, di mana-mana, dituduh sebagai representasi dari Islam dekaden warisan abad kemunduran. Seperti tahlil, misalnya, yang pernah “diejek” sebagai “ikon” dari kemunduran Islam itu sendiri.

Sedangkan, gerakan Islam modern yang hendak mengikis habis elemen-elemen sinkretis dan irasional itu pun sedang mengalami kemandegan. Dalam esai bertajuk Kado Emha dan Islam Balsam—esai yang dimuat majalah TIRAS pada 5 Desember 1996—Ulil Abshar Abdalla menliskan, proyek modernisme Islam di Indonesia sekarang ini sedang mengalami tantangan yang serius.

Hal itu terjadi pada dua level sekaligus, yakni level esoteris yang langsung berkaitan dengan privacy kehidupan keagamaan per individu, serta level eksoterik yang berkaitan dengan sektor publik dalam penataran kehidupan bermasyarakat.

Ulil menjelaskan, pada level esoteris, modernisme Islam gagal memberikan landasan “makna hidup”—lebih dulu ia menjelaskan bahwa semula modernisme Islam menyasar tentang “pencerah akal”, tanwirul uqul, agar tercapai apa yang dicita-citakan, yakni simetrisme atau kesejajaran antara ajaran Islam dengan capaian-capaian teknologi modern.

Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Masyarakat Islam kota yang menjadi basis sosial gerakan modernisme Islam justru “banting setir” dan kasmaran berat dengan “pencerahan hati”, tanwirul qulub, tasawuf—kepada masyarakat modern (urban) yang mengalami—ia meminjam istilah Prof. Nasr—“kesengsaraan” (spiritual) sehingga terpaksa harus balik lagi mengais-ngais dari “kebijaksanaan spiritual” lama untuk mengobati “kesengsaraan” tersebut.

Ulil melanjutkan, di level eksoterik, proyek modernisme Islam (setidaknya di Indonesia) juga dipersoalkan, karena ujung-ujungnya justru pada apa yang sering disebut sebagai “politik representasi”, yakni tuntutan akan keterwakilan umat Islam dalam distribusi kekuasaan di tingkat elite (kata “elite” ini harus memperoleh garis bawah).

Banyak orang menganggap, inilah yang menjadi bibit kawit (asal mula) dari munculnya kembali kecenderungan politik aliran di Indonesia akhir-akhir ini.

Oleh karena itu, agenda politik yang selalu menjadi persoalan kaum modernis Islam di Indonesia adalah bagaimana meletakkan Islam dalam perjuangan demokratisasi yang sekarang ini menjadi “common denominator” dari perjuangan masyarakat sipil (jika memang ada) secara umum di Indonesia sekarang.

Ada kesan bahwa, demokratisasi merupakan semacam “ancaman” terhadap kepentingan jangka pendek (“politik representasi”) kaum Islam modernis tersebut.

Islam yang Membebaskan

Masih tentang esai Ulil. Ia juga menjelaskan bahwa Islam diratifikasi melalui simbol-simbolnya untuk kebutuhan pemenuhan hasrat “konsumeristis” masyarakat kota. Meminjam bahasa Alquran, katanya, Islam berhenti berfungsi sebatas sebagai “obat”, syifa’, bukan dilanjutkan sebagai hudan, penunjuk, ke arah perubahan dalam tatanan yang tidak adil di masyarakat.

Singkat kata, Islam di tangan kaum modern sekarang ini menjadi cenderung “terapeutik”, mengobati saja. Islam balsam, kata Sritua Arif—Emha Ainun Najib—yang mengagumi Ali Syariati itu.

Ulil melanjutkan, Islam yang terapeutik dan akomodatif sekarang ini kurang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat banyak. Karena dari dulu, fungsi itulah yang memang menonjol.

Melihat kondisi yang demikian, mari kita kembali kepada buku Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme karya Kazuo Shimogaki di awal.

Tugas Kiri Islam (maksudnya jurnal berkalanya Hassan Hanafi yang bertajuk Al-Yasȃr al-Islȃmȋ: Kitȃbȃt fȋ an-Nahdhah al-Islȃmiyyah—Kiri Islam: Beberapa Esai tentang Kebangkitan Islam) adalah menguak unsur-unsur revolusioner dalam agama, dan menjelaskan pokok-pokok peraturan antara agama dan revolusi.

Dalam hal ini, agama sebagai landasan dan revolusi merupakan tututan zaman, sebagaimana para filsuf muslim pendahulu kita mengupayakan peraturan antara filsafat (al-hikmah) yang merupakan keharusan zaman dengan syari’at sebagai landasan.

Atau lebih ekstrem lagi, keluar dari konteks pembahasan tulisan ini, solusi jernih ditawarkan oleh Deepa Kumar dalam Islam Politik: Sebuah Analisis Marxis. Untuk melawan kerusakan, baik yang ditimbulkan oleh kapitalisme dan imperealisme, hanya dapat ditempa dengan membangun kembali kaum kiri. Seperti yang telah ditunjukkan dari berbagai perjuangan dari Pakistan dan Iran, ke Aljazair, Tunisia, dan Mesir, sistem ini memaksa orang-orang bisa untuk melawan balik.

Kiri yang seperti ini tak hanya akan menunjukkan sebuah kepemimpinan yang berbeda melawan imprealisme kultural Barat, namun juga terorganisir melawan prioritas kapitalisme neoliberal dan kelas-kelas pemimpin lokal yang beruntung karenannya. Ini adalah tantangan milenium baru.

Lain halnya dengan dua buku di atas, Ulil dalam esainya menuliskan: Jika memang Islam adalah “kado”—istilah Emha Ainun Nadjib dalam sebuah album berjudul Kado Muhammad—maka janganlah ia menjadi kado “natal” yang dibagi-bagikan kepada “anak-anak kota” belaka.

Seharusnya kado (hadiah) itu harus dibagikan kepada seluruh semesta alam; kepada kaum tertindas (kelas bawah), sebagai kado “pembebasan” yang pernah diucapkan Muhammad ketika membebaskan Mekkah dulu: Antumuth Thulaq’, kalian bebas. Jadi yang penting bukan kadonya, tapi jenis kado itu sendiri, serta buat siapa.

Sampai di sini, sekali lagi, Islam bukan hanya soal “halal-haram” saja ,“boleh dan tidak boleh”, “benar dan salah”, tapi Islam harus juga dipahami sebagai ilmu, aksi, Tauhid, dan kesyahidan. Islam harus bisa membebaskan; menjadi ilmu tentang rakyat (ilm al-jamȃhir).[T]

Membaca Soekarno dari Sudut Kontrakan [2] : Nasionalisme, Islamisme, Marxisme
Menengok Wisata Religi Islami di Jembrana, Bali
Catatan Harian Sugi Lanus# Benar Majapahit Islam?

Tags: esaiIslamPolitik
Previous Post

Gigi Emas, Rasa Ngilu Seorang Pematung

Next Post

Humor Adalah Obat | Catatan Pengantar Buku Sehat Ketawa ala Dokter Arya

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Humor Adalah Obat | Catatan Pengantar Buku Sehat Ketawa ala Dokter Arya

Humor Adalah Obat | Catatan Pengantar Buku Sehat Ketawa ala Dokter Arya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co