DI SUATU desa hiduplah seorang janda bersama anak perempuannya yang bernama Kacangdari. Kacangdari setiap hari ditinggal oleh ibunya berjualan di pasar. Pagi-pagi buta ibunya sudah berangkat ke pasar.
Ibunya selalu berpesan kepada Kacangdari agar tidak membukakan pintu kepada siapapun. Ibunya berpesan kepada Kacangdari, ketika ibunya datang dari pasar akan memberikan kode kepada Kacangdari dengan berkata, “Nyai-nyai Kacangdari ampakin Meme jelanan (Kacangdari bukakan ibu pintu).”
Dikisahkan, di hutan hiduplah raksasa yang sangat besar bernama I Lantangidung. Raksasa ini sangat kejam dan suka memangsa manusia. Suatu hari raksasa ini merasa kelaparan. Raksasa tersebut menjelajahi hutan untuk berburu manusia tetapi tidak menemukan mangsa.
Raksasa tersebut terus menyusuri hutan dan akhirnya tibalah di rumah Kacangdari. Raksasa itu mengawasi rumah Kacangdari. Mendengar ada suara parau di depan rumahnya, Kacangdari ketakutan. Raksasa itu menggedor-gedor pintu. Kacangdari hanya terdiam. Raksasa tersebut beranjak dari rumah Kacangdari.
Tidak lama kemudian datanglah Ibunya Kacangdari. Ibunya berkata, “Nyai-nyai Kacangdari ampakin Meme jelanan.” Mendengar itu, Kacangdari segera membukakan pintu. Kacangdari menceritakan kepada ibunya bahwa ada raksasa tinggi besar yang menggedor pintu.
Ibunya menyampaikan kepada Kacangdari bahwa itu adalah raksasa yang tinggal di hutan. Nama raksasa itu I Lantangidung. Bernama I Lantangidung karena hidung raksasa tersebut besar dan panjang.
Keesokan harinya Ibunya kembali berjualan. Ibunya berpesan kepada Kacangdari agar tidak membukakan pintu kepada siapapun selain ibunya.
I Lantangidung kembali ke rumah Kacangdari. I Lantangidung mengamati rumahnya. Mendengar ada suara parau yang datang dari luar, Kacangdari segera bersembunyi. Raksasa itu menggedor-gedor pintu. Kacangdari semakin ketakutan.
Lama menggedor-gedor pintu dan tidak ada yang membuka pintu, I Lantangidung pergi. Di tengah perjalanan I Lantangidung bertemu dengan pengembala itik yang sedang menggembalakan itiknya.
Pengembala itik ketakutan. Dia berusaha lari tetapi dengan cepat I Lantangidung menangkapnya. Penggembala itik tersebut menggigil ketakutan. I Lantangidung mengancam akan memakannya apabila pengembala itik tidak membantunya untuk menangkap Kacangdari.
Pengembala itik bersedia membantu asalkan setelah Kacangdari tertangkap dirinya dilepas. I Lantangidung menyetujui. Bergegas I Lantangidung dan pengembala Itik menuju rumah Kacangdari. Pengembala itik menyarankan I Lantangidung agar bersembunyi di semak-semak untuk mengetahui kapan ibunya Kacangdari kembali ke rumahnya dari berjualan di pasar.
Setelah lama menunggu, akhirnya datanglah ibunya Kacangdari. Ibunya Kacangdari segera mengetuk pintu depan rumahnya sembari berkata, “Nyai-nyai Kacangdari ampakin meme jelanan.” Mendengar suara itu, Kacangdari segera membukakan pintu.
Pengembala itik sudah mengetahui cara agar Kacangdari mau membuka pintunya. Pengembala Itik mengusulkan agar I Lantangidung datang lagi besok menemui dirinya. Pengembala itik meyakinkan kepada I Lantangidung bahwa dirinya bisa bersuara seperti ibunya Kacangdari. I Lantangidung menyetujui usul pengembala itik.
Seperti hari-hari sebelumnya, ibu Kacangdari pagi-pagi buta pergi ke pasar. Ibunya berpesan agar Kacangdari tidak membukakan pintu kepada siapapun selain ibunya.
I Lantang Idung pagi-pagi ke luar hutan menuju rumah pengembala itik untuk merencanakan siasatnya untuk menagkap Kacangdari. Mereka segera menuju rumah Kacangdari.
Sesampainya di rumah Kacangdari, pengembala itik mengetuk pintu rumah Kacangdari sembari berkata, “Nyai-nyai Kacangdari ampakin Meme jelanan.” Mendengar suara itu, bergegas Kacangdari membuka pintu.
Alangkah terkejutnya Kacangdari melihat I Lantangidung. Dengan secepat kilat I Lantangidung menangkap Kacangdari. Kacangdari meronta-ronta sambil menangis memanggil ibunya. I Lantang Idung bergegas meninggalkan rumah Kacangdari menuju ke tengah hutan.
Tidak berselang lama, ibunya Kacangdari datang dari pasar. Alangkah terkejutnya ibunya melihat pintu rumahnya telah terbuka. Ibunya memanggil-manggil Kacangdari sambil mencari ke seluruh ruangan rumahnya.
Ibunya Kacangdari memutuskan untuk mencari ke tengah hutan. Dalam perjalanannya ibunya Kacangdari bertemu dengan pengembala itik yang membantu I Lantangidung menangkap Kacangdari.
Pengembala itik menjelaskan kepada Ibunya Kacangdari bahwa dirinya memutuskan membantu I LantangIdung karena I Lantangidung mengancam untuk memakannya. Pengembala itu menyarankan untuk mencari Kacangdari ke rumah I Lantangidung di tengah hutan.
Sepanjang jalan ibu Kacangdari menangis seraya memanggil Kacangdari. Karena sudah larut malam, ibu Kacangdari memutuskan kembali ke rumahnya dan melanjutkan pencariannya keesokan harinya.
Ibu Ni Kacangdari terus bersedih, tiap hari dia mencari keberadaan anaknya. Di tengah jalan dia bertemu dengan binatang (anjing, tikus, ular, kelelawar, dan kalajengking). Mereka menanyakan kepada ibu Kacangdari mengapa menangis. Ibu Kacangdari menjelaskan apa yang telah terjadi pada Kacangdari.
Binatang tersebut sepakat untuk mencari Kacangdari ke tengah hutan. Sebelum ke rumah Lantangidung, mereka membagi-bagi tugas.
Anjing bertugas untuk menggonggong. Ular bertugas membelit kaki I Lantangidung. Kalajengking bertugas menyengat tubuh I Lantangidung. Tikus bertugas mengeluarkan Kacangdari dari rumah I Lantangidung. Kelelawar bertugas untuk memadamkan lampu.
Setelah sampai di depan rumah I Lantangidung, hari sudah malam. Anjing mulai menggonggong dengan keras, sehingga mengganggu tidur I Lantangidung. Tergopoh-gopoh I Lantangidung terbangun dari tidurnya. I Lantangidung marah dan membuka pintu rumahnya. Seketika anjing menyerang I Lantangidung. I Lantangidung terjatuh.
Melihat I Lantangidung terjatuh, ular membelit tubuh I Lantangidung dan dalam waktu bersamaan kalajengking menyengat tubuh I Lantangidung. I Lantangidung mengerang kesakitan. Melihat I Lantangidung terbelit ular, tikus segera memasuki rumah I Lantangidung. Kelelawar memadamkan lampu sehingga di dalam rumah I Lantangidung gelap gulita.
I Lantangidung terus mengerang kesakitan. Dia berusaha berdiri namun perlahan-lahan tubuhnya ambruk dan tidak bergerak lagi. Anjing, tikus, ular, kelelawar, dan kalajengking segera kabur dari rumah I lantangidung bersama Kacangdari.
Akhirnya Kacangdari sampai di rumahnya. Ibunya menyambut kedatangan Kacangdari dengan suka cita. Ibu dan Kacangdari berterima kasih kepada sahabat Kacangdari karena mereka telah menolong dirinya.[T]
(Diceritakan kembali oleh I Ketut Suar Adnyana. Ingatkan akan seorang Ibu yang pernah mendongengkan cerita ini kepada anaknya sebagai pengantar tidur di tengah temaramnya lampu teplok di sebuah desa yang sunyi kala itu.)