SORE ITU, di atas panggung kecil, sederhana, tapi elegan, lagu berjudul Sempurna milik Andra and The Backbone, dinyanyikan seorang wanita cantik dengan iringan keyboard, menyambut para tamu undangan yang mulai berdatangan.
Panggung kecil dengan dekorasi tokoh Beluluk—komik digital karya kartunis muda Putu Dian Ujiana—itu menjadi pusat perhatian. Panggung tersebut sebagai titik pusat malam penyerahan penghargaan kepada pemenang Lomba Cipta Game Edukasi Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Bali-NTB yang memacak tema “Subak Adventure: Eksplorasi Subak Bali”.
Acara tersebut berlangsung di Café Casa Bunga, Renon, Denpasar Selatan, Selasa (29/08/2023). Sebelum acara dimulai, tampak satu persatu tamu undangan mulai memenuhi kursi yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara.
Suasana sebelum acara dimulai / Foto: Dok. tatkala.co
Selain penyerahan penghargaan kepada para kreator game terbaik, acara tersebut juga diisi dengan taklshow seputar dunia kreatif dan hiburan.
Sekadar informasi, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang berada di daerah dengan tugas melaksanakan pelestarian cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan.
Perlu diketahui, urusan cagar budaya dan nilai budaya dulu dinaungi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB). Namun, sejak adanya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI No. 33 Tahun 2022, BPCB dan BPNB melebur menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK).
Sementara itu, sampai saat ini, sudah ada 23 BPK di seluruh Indonesia. Dan seperti yang sudah disinggung di awal, Bali dan NTB termasuk ke dalam wilayah 15 Balai Pelestarian Kebudayaan. Dan lomba cipta game edukasi budaya—yang puncak acaranya dimeriahkan oleh Grup Bondres Rare Kual dan musik pop Bali Jun Bintang itu—merupakan salah satu program kerja BPK Wilayah XV.
Kepada tatkala.co, I Gusti Agung Gede Artanegara, selaku Kapokja Pencatatan dan Pendokumentasian BPK Wilayah XV menuturkan bahwa tujuan dari adanya Lomba Cipta Game Edukasi Budaya ini adalah salah satu upaya untuk mengenalkan subak—organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi) yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali—kepada generasi muda.
Suasana acara saat dimulai / Foto: Ist
“Subak sudah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Maka acara ini merupakan sebuah upaya untuk menyebarluaskan informasi terkait dengan subak kepada generasi muda,” ujarnya.
Sesaat setelah mengisap rokoknya, ia mengutarakan realita bahwa dengan banyaknya program sosialisasi serta pengenalan subak melalui video dan film—yang sudah banyak digaungkan oleh pemerintah—nyatanya masih ada klaster-klaster yang belum tersentuh dan tepat sasaran.
“Karena generasi muda sekarang dekat dengan game, maka game-lah yang dirasa cukup potensial untuk mengenalkan subak kepada generasi muda sekarang,” jelasnya, menggebu.
Perlombaan yang dimulai sejak bulan Juni itu, diikuti sebanyak 38 kreator game yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Dan sampai pada bulan Agustus, terjaring menjadi 10 peserta terbaik dengan klasifikasi The Most Team, The Most Visual, The Most Audio, The Most Inovatif, The Most Educational In Reality, The Most Cassual, The Most Inspiring, dan juara terbaik 1, 2, dan 3.
Kolaborasi Antarkomunitas
Menurut Artanegara, kegiatan ini merupakan kolaborasi antarkomunitas. Ia mengatakan bahwa BPK tidak bisa menjaga, merawat, mengembangkan, dan melestarikan kebudayaan dengan berjalan sendiri.
Oleh karena itu, katanya, pihaknya tak merasa malu untuk meminta tolong atau melakukan kerjasama dengan pihak swasta, khususnya komunitas-komunitas di lingkungan kerja BPK Wilayah XV.
Pada saat sesi talkshow, tiga pionir penyelenggara kegiatan tersebut menaiki panggung. Di antaranya, Putu Dian Ujiana, tokoh di balik karakter komik Beluluk; Made Oklan Pramana Putra dari Pandora Entertainment;dan Arta Negara sendiri dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV.
Melalui komik Beluluk, dihadapan para tamu undangan, Putu Dian menjelaskan bahwa karakter komik yang ia ciptakan pada tahun 2016 itu bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial melalui sesuatu hal yang baru, yakni komik.
“Karena melalui komik, kritik-kritik sosial dapat tersampaikan dengan lebih Soft dan menghibur, namun tetap pada tujuan utamanya,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Made Oklan, kegiatan ini memberikan dampak yang signifikan untuk hubungan antarkomunitas yang ada. Sebab, dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh BPK ini, dapat memberikan peluang kepada komunitas-komunitas untuk mengeksplorasi dan mengembangkan proses kreatif mereka.
“Harapan kedepannya, semoga hubungan antara komunitas yang bergerak di bidang game dengan cipta game edukasi budaya ini dapat terjalin dengan baik, sehingga nantinya dapat mengembangkan potensi kebudayaan-kebudayaan lain yang dapat dijadikan game,” imbuhnya.
Sedangkan Artanegara menjelaskan, bahwa ia mengaku mendapat data banyak dari teman-teman komunitas tentang industri kreatif. Apa yang ia lakukan sebenarnya merupakan suatu sistem pantulan—yang menjadikan komunitas sebagai sasaran utamanya—sehingga dari komunitas itu hasilnya dapat tersalurkan kepada generasi muda.
“Mirisnya, ada beberapa anak muda yang tidak mengerti apa itu subak. Mereka menganggap subak itu adalah sebuah nama desa,” tambahnya sambil tertawa. Menurutnya, itu bukan salah mereka. “Bahwasannya ada kekeliruan kita yang menganggap subak itu sudah terkenal,” katanya.
Penyerahan hadiah kepada juara 1, 2, dan 3 / Foto: Ist
Melalui Kerjasama dari ketiga pihak tersebut, Pandora Entertainment sebagai developer game, Beluluk sebagai desain grafis, dan (BPK) sebagai pihak penyelenggara, di masa yang akan datang, diharapkan subak dapat dipahami sebagaimana makna dan fungsinya. Sehingga, tidak ada generasi muda yang salah mengartikan tentang subak itu sendiri.
Menurut Artanegara, malam penyerahan penerimaan pemenang lomba ini bukan akhir dari kegiatan tersebut. Melainkan sebuah stimulus untuk aksi di tahun-tahun berikutnya.
“Kehadiran mereka (10 besar peserta) ini diharapkan dapat saling berkolaborasi dan sharing antarkomunitas, sehingga kedepannya dapat memberikan sebuah inovasi terbaru tentang industri kreatif,” pungkasnya kepada para tamu undangan yang hadir.
Putu Dian Ujiana menuturkan bahwa ia sangat senang ketika melihat antusias peserta yang mengikuti kegiatan ini, sehingga ia berharap, kegiatan tersebut dapat berkesinambungan, supaya antarkomunitas dapat lebih mengenal dan belajar bersama tentang dunia industri kreatif.
Sementara itu, dari pihak Pandora Entertainment, dengan adanya kegiatan tersebut, ia berharap bahwa industri game di Bali menjadi semakin maju dan lebih terkenal lagi, sehingga dapat melangkah sampai ke tahap international.
MDS Kreatif Sebagai Juara 1
Ada yang unik dari pemenang lomba tersebut. Alih-alih berasal dari Bali, justru hadiah utama didapatkan peserta dari Yogyakarta—yang notabene tidak mengenal subak secara dekat.
Frinka Sutardi Putra yang tergabung dalam team MDS Kreatif Yogyakarta, menjadi juara satu dalam lomba cipta game edukasi budaya malam ini.
Kepada tatkala.co, Selasa (29/08) pemuda dari Jogja ini menuturkan bahwa motivasinya mengikuti lomba ini agar dapat sertifikat dan dapat mengembangkan proses kreatif mereka dalam bidang industri kreatif, khususnya di bidang game.
“Kami mengetahui adanya lomba ini pertama kali dari media sosial. Sebenarnya pekerjaan kami itu membuat game, tetapi game tersebut merupakan pengembangan dari suatu mata pelajaran, jadi satu buku mapel kita jadikan game,” jelasnya.
Jun Bintang saat tampil di acara penyerahan penghargaan pemenang Lomba Cipta Game Edukasi Budaya BPK XV / Foto: Dok. @gapul.dwija
Ia menambahkan, proses pembuatan game dengan waktu satu bulan dan konsep yang agak ribet, membuat mereka harus memulai dari nol. “Tetapi alhamdulillah terselesaikan tepat pada waktunya,” katanya sembari bersyukur.
Menurut Putra, kendala yang dialami pada saat proses pembuatan game tersebut adalah, pihaknya harus mempelajari, riset, apa itu subak terlebih dahulu. “Pada awalnya kami sempat menganggap bahwa subak itu nama daerah. Tapi setelah riset, kami baru tahu kalau subak itu sistem irigasi masyarakat Bali,” ujarnya malu-malu.
Dengan adanya kegiatan semacam ini, pemuda yang akrab dipanggil Putra itu—yang sekaligus perwakilan dari MDS Kreatif—mempunyai harapan, kegiatan-kegiatan inovatif seperti ini dapat diselenggarakan secara berkelanjutan. “Sehingga, apa yang kami berikan nantinya dapat berguna untuk masyarakat,” pungkasnya, sesaat sebelum kembali ke tempat duduk.
Sebelum acara ditutup, Jun Bintang dengan tembang hitsnya Satya, membuat suasana semakin meriah. Para tamu undangan merasa terhibur ketika penyanyi dengan topi yang khas itu mulai memainkan gitarnya. Dengan diiringi alunan saxophone, I Made Juniartha—vokalis Jun Bintang—menyanyikan lagu-lagunya dengan penuh enerjik. Tamu undangan pun tak tahan untuk tak ikut bernyanyi. Sebuah penutupan yang manis.[T]