1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tak Sekadar Seksualitas, Novel-novel Ayu Utami Juga Menyuarakan “Sang Liyan”

JaswantobyJaswanto
July 28, 2023
inKhas
Tak Sekadar Seksualitas, Novel-novel Ayu Utami Juga Menyuarakan “Sang Liyan”

Dari kiri ke kanan: Alif Iman, Ayu Utami, Sebastian Partogi, dan I Made Sujaya | Foto: Ist

NOVEL-NOVEL Ayu Utami tak bisa dilepaskan dari konteks Reformasi 1998. Saman dan Larung yang mengantarkan Ayu Utami ke arena sastra Indonesia muncul pada masa-masa akhir kekuasaan Orde Baru dan awal Reformasi dan menggunakan masa-masa itu sebagai latar cerita.

Namun, selama ini tatapan terhadap karya-karya perempuan pengarang yang juga jurnalis itu umumnya pada aspek eksplorasi seksualitas. Padahal, novel-novelnya juga memiliki kecenderungan menyuarakan suara-suara lain atau suara-suara “sang liyan” (the Other).

Pandangan ini mengemuka dalam diskusi Temu Buku Beranda Pustaka serangkaian Festival Seni Bali Jani V di Studio FTV, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis (27/7/2023).

Diskusi yang merupakan kerja sama panitia Beranda Pustaka FSBJ V dan Komunitas Utan Kayu, Jakarta ini bertajuk “25 Tahun Reformasi, Menimbang Buku-buku Ayu Utami” itu menampilkan pembicara dosen sastra dari Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali, I Made Sujaya; penulis, mantan jurnalis, dan penerjemah yang bermukim di Ubud, Sebastian Partogi; serta sang pengarang, Ayu Utami.

Dari kiri ke kanan: Alif Iman (moderator), Ayu Utami, Sebastian Partogi, dan I Made Sujaya / Foto: Ist

Dalam diskusi yang dipandu pendiri Prakarsa Media Parakata dan Ketua Gerakan Indonesia Kita, Alif Iman itu turut hadir sejumlah sastrawan dan budayawan, antara lain Goenawan Mohamad, Hartanto, Warih Wisatsana, Idayati, Putu Suasta, serta Ngurah Aryadimas Hendratmo. Mengawali diskusi ditampilkan juga pembacaan petikan novel Saman oleh seorang mahasiswa ISI Denpasar yang kerap tampil sebagai pembaca puisi, Ayu Chu.

Ayu Chu saat membaca petikan novel Saman / Foto: Ist

Sujaya menilai novel Saman muncul pada momentum yang tepat di ujung akhir Orde Baru dan awal Reformasi yang diikuti dengan euforia kebebasan di tengah-tengah masyarakat. Dengan gaya ungkap dan bahasa yang lebih terbuka, Saman yang terbit tahun 1998 dan disusul Larung pada tahun 2001 seolah mewakili gejolak perasaan masyarakat Indonesia, setidak-tidaknya sebagian orang yang selama ini tak bisa bersuara atau sang Liyan (the Other).

Selain kaum perempuan yang berada di bawah hegemoni budaya patriarkhi, Saman dan Larung juga memberi ruang bagi kelompok-kelompok marginal, seperti korban penindasan negara dan milter, kaum biseksual, termasuk korban-korban tragedi 1965.

Menurut Sujaya, dalam pembicaraan sastra Indonesia pasca-Reformasi, sulit mengabaikan sosok dan karya-karya Ayu Utami. Faktanya, karya-karya yang mengeksplorasi seksualitas atau perayaan tubuh perempuan sempat mewarnai arena sastra Indonesia pada awal-awal Reformasi, bahkan sejurus menjadi semacam arus utama. Adanya label “sastrawangi”, bahkan “Gerakan Syahwat Merdeka” justru menegaskan eksistensi karya-karya semacam itu.

Pada perkembangan selanjutnya, sejarah sastra Indonesia pasca-Reformasi juga mencatat kemunculan kembali karya sastra religius bernuansa Islami yang oleh sejumlah peneliti dilabeli sebagai “sastra Islami”. Selain itu, tumbuh karya-karya tentang kisah sukses atau dikenal sebagai “sastra inspirasi” yang belakangan justru mendominasi pemasaran buku-buku sastra di Indonesia.

Suasana peserta Temu Buku Beranda Pustaka / Foto: Ist

Belakangan, Ayu Utami juga menggeser tema-tema karyanya pada eksplorasi tema-tema spiritual, tetapi dilabelinya dengan sebutan “spiritualisme kritis”, seperti tampak pada seri novel Bilangan Fu (2008).

Istilah “spiritualisme kritis” dimaknai Ayu Utami sebagai sikap spiritual yang tidak mengkhianati nalar kritis. Latar belakang istilah spiritualisme kritis, menurut Ayu Utami, lahir dari keprihatinannya terhadap makin meningkatnya kekerasan atas nama agama di Indonesia dan terorisme di dunia. Penggalian tentang spiritualisme kritis itu dilakukan Ayu Utami melalui pembacaan terhadap teks-teks sastra tradisional, khususnya Jawa yang mengantarkannya pada konsep rasa.

“Apakah tawaran karya-karya berlabel spiritualisme kritis ini bisa berterima dan menangguk sukses seperti Saman dan menjadi arus utama lagi dalam sastra Indonesia? Tentu masih perlu kita tunggu perkembangannya,” kata Sujaya.

Sujaya juga mengapresiasi upaya Ayu Utami menghadirkan wajah Bali yang lain dalam novel-novelnya, terutama Larung. Dalam konteks tragedi 1965, imbuh Sujaya, Ayu Utami melalui novel Larung memilih korban dari Bali. Sebelumnya, ini jarang digarap para sastrawan dan setelah novel Ayu Utami tema tentang korban tragedi 1965 di Bali makin banyak kita temukan dalam sastra Indonesia.

“Bali dalam Larung bukanlah Bali yang eksotik atau penuh daya keindahan turistik, tapi Bali dengan sisi gelapnya yang mengajak pembaca berpikir dan memahami Bali yang lebih utuh,” tandas Sujaya.

Sebastian Partogi juga mempertanyakan kecenderungan banyak orang melihat karya-karya Ayu Utami dari sisi seksualitas. Padahal, dari hasil pembacaannya, karya-karya Ayu Utami banyak sekali lapis-lapisnya. Novel-novel Ayu Utami juga menyajikan soal-soal dilema etis.

“Dalam Saman, tokoh utamanya yang dulunya pastur, lalu dia melihat begitu banyaknya kekejaman yang dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit. Dia akhirnya mempertanyakan, memang Tuhan benar ada? Kok ada penderitaan dan kekejaman seperti itu tapi tidak ada yang menolong. Lahannya dibakar, terus perempuan diperkosa oleh pihak-pihak yang merebut lahan mereka,” ujar Partogi.

Suasana peserta Temu Buku Beranda Pustaka / Foto: Ist

Menurut Partogi, karya-karya Ayu Utami selalu menstimulasi pikiran yang membuatnya berbeda denga novel-novel bernuansa agama yang pesan-pesannya cenderung verbal.  Novel-novel Ayu Utami, ujarnya, mengajak pembaca mempertanyakan apa yang sudah mapan.

Ayu Utami mengakui dirinya dikenal orang karena Saman. Novel itu menjadi best seller atau kontroversial serta dianggap menjadi tren sehingga Saman diterima sebagai kisah sukses. Namun, Ayu Utami menyatakan dirinya tidak pernah berbuat untuk mencapai kesuksesan. Sukses itu datang bersama momentum. Menurutnya, dia juga mengalami kegagalan. Tahun 1994, dia gagal jadi aktivis dan sempat dipecat setelah majalah Tempo, tempatnya bekerja, dibreidel.

Ayu Utami tak mengelak jika karya-karyanya dilatarbelakangi oleh dinamika masyarakat. Selain Saman dan Larung yang merespons represi Orde Baru, novel Bilangan Fu juga merespons menguatnya intoleransi dan terorisme.

Mengenai persaingan dalam pasar buku-buku sastra di tengah kembali menguatnya novel-novel religius dan inspiratif, Ayu Utami menilai itu juga berkaitan atau terjadi dalam bidang-bidang lain. Menurutnya, pasar buku-buku sastra tidak menjadi sesuatu yang terpisah dengan dinamika masyarakat.

Ayu Utami mengaku bersyukur jika karya-karyanya diterima sebagai ajakan untuk berpikir dan mempertanyakan kembali sesuatu yang mapan seperti dirasakan Partogi. Dalam konteks situasi terkini, kesadaran untuk memeriksa kembali sesuatu yang dianggap mapan, sukses atau hebat, sangat perlu dilakukan. “Saman dianggap sukses. Kesuksesan adalah cermin kemapanan sehingga perlu juga untuk diperiksa kembali,” tandas Ayu Utami.[T]

Membaca Goenawan Mohamad: Sebuah Pembacaan yang Meleset
Mewujudkan “Bali International Book Fair”: Tidak Mudah, tapi Bali Punya Modal Kuat
Tiga Sastrawan Berbagi Proses Kreatif: Platform Menulis Makin Beragam, Tapi Tetap Kontrol Diri
Menduniakan Sastra Indonesia, Pemerintah Bisa Tiru Korea
Tags: Ayu Utamibedah bukuBukuFestival Seni Bali JaniFestival Seni Bali Jani 2023
Previous Post

Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri: Yang Muda yang Cerdas Memilih Tontonan

Next Post

Ketua DPRD Buleleng: Perlu Terobosan Peningkatan APBD Untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Ketua DPRD Buleleng: Perlu Terobosan Peningkatan APBD Untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Ketua DPRD Buleleng: Perlu Terobosan Peningkatan APBD Untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co