10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Titisan | Cerpen Mas Ruscitadewi

Mas RuscitadewibyMas Ruscitadewi
July 16, 2023
inCerpen
Titisan | Cerpen Mas Ruscitadewi

Ilustrasi tatkala.co

DEWA RSI berpostur dan berwajah tua itu selalu memancarkan kebahagiaan bahkan dalam situasi paling genting sekalipun. Saat Mahadewa memimpin sidang para dewa karena menganggap bumi mayapada sedang menuju kehancuran.

“Harus ada yang turun ke dunia menjadi manusia!” Suara Mahadewa bergetar halus nenyusup ke telinga-telinga peserta sidang.

Para Dewa memejamkan matanya, memusatkan konsentrasinya masuk ke hulu hati, semuanya berusaha masuk dan masuk lebih ke dalam lagi sehingga masuk dalam alam meditasi. Dengan berada di alam meditasi para Dewa itu merasa terbebas dari lirikan mata Mahadewa yang tajam tak bisa ditolak.

Seperti yang berlaku di alam manusia, di alam para dewa pun Mahadewa sebagai dewa tertinggi pantang mengganggu para dewa yang sedang bermeditasi, walaupun dewa tertinggi itu tahu bermeditasi seringkali menjadi cara yang jitu bagi para dewa untuk menghindari tugas,

Bukankah khusyuk bermeditasi juga sebuah tugas, jadi boleh abai terhadap masalah yang terjadi karena ujung-ujungnya pasti akan mengarah pada pertanyaan. Siapa yang ditugaskan untuk menitis ke dunia?

Sebagian besar dewa tak ingin mendengar pertanyaan lagi, yang mereka mau dengar hanya jawaban.

Dewa A, B,  C atau siapalah  yang ditugaskan. Para dewa itu tahu kalau Mahadewa sudah menunjuk yang akan menitis, mereka akan terima, walau sebagian besar sebenarnya merasa lebih nyaman tinggal di sorgaloka ketimbang harus menjadi manusia di Mayapada, seberapapun kaya, hebat, kuat dan cerdasnya.

Sebelum rapatpun Mahadewa sudah tahu gosip di kalangan para dewa yang tak akan mau turun ke dunia karena sifat manusia jaman ini yang mendewakan uang.

“Kalaupun  Dewa Keberlimpahan, Sri Sedana yang turun, orang-orang itu tak akan puas hanya meminta rejeki dari hasil kerjanya. Mereka akan meminta uang dan uang lagi, berseri-seri tak puas-puasnya. Tidak saja untuk makan hari ini, tapi untuk bisa makan bertahun-tahin ke depan, untuk anak cucu dan keturunannya, di tempat yang mewah dan mahal, tempat yang membuat mereka bisa merasa seperti dewa” kata seorang dewa sinis.

“Ya benar, manusia saat ini tidak menghormati  dewa sebagai manisfestasi Tuhan. Manusia memuja dewa bukan untuk meminta bantuan, anugrah atau berkah, mereka memaksa para dewa untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka dengan berbagai cara. Manusia memanfaatkan kebaikan hati para dewa,” kata dewa yang lain serius.

“Kalau menunjukkan keajaiban-keajabian, manusia akan meminta dengan gratis rumus-runus membuat keajaiban, ada yang akan mengakui rumus itu sebagai miliknya, ada yang menjualnya, yang lain akan mempromosikan secara besar-besaran agar mendapat keuntungan uang berlipat ganda.” Kata dewa yang lain lagi.

“Bahkan kini banyak yang mengaku kerasukan dewa ini dewa itu, dan tanpa sungkan dan malu-malu meminta upacara begini dan begitu atas nama dewa-dewa, bahkan menjanjikan kesembuhan, kesejahteraan, kesaktian dan sorga,” tambah yang lain.

Dari desas-desus isi hati para dewa, Mahadewa telah mendapat kesimpulan bahwa tak ada dewa yang bersedia menitis ke dunia yang gawat bergawat ini, walau dijanjikan karma baik yang berlipat ganda. Bagi para dewa, alih-alih bisa memperbaiki karma, bisa-bisa dewa yang turun akan terpelosok ke jurang kenikmatan duniawi yang tak berbatas. Mereka bisa saja masuk dan terjebak ke dalam dunia maya yang memberi banyak kemudahan, keindahan, kenyamanan, keterkenalan, kekuasaan yang memabukkan.

Mahadewa belum menunjuk, beliau mencoba bersikap demokratis dengan meminta kerelaan para peserta rapat. Tapi dewa-dewa itu tak bergeming, menjadikan meditasi sebagai kedok untuk menghindar. Mahadewa berusaha menahan kenarahannya. Dewa Rsi Naradha tahu itu, dengan sigap bersikap.

Dewa Rsi periang itu tak kehabisan ide untuk menyebar kelucuan-kelucuan dalam meditasi para Dewa. Diputarnya film-film perkembangan otak manusia tubuh dan sikapnya, usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Dari berjalan merangkak, memakai kaki dan tangan sebagai tumpuan, manusia berusaha berdiri tegak dan memusatkan tuampuan pada kedua kaki, bergiliran kiri dan kanan saat berjalan atau berlari.

Tiba-tiba semua dewa tertawa terpingkal-pingkal, Naradha Dewa Rsi itu menunjukkan evolusi prilaku manusia yang dipercepat.

“Wah setelah mampu berdiri tegak dan berlari, manusia berusaha menjadi burung, agar bisa terbang, tapi lihatlah wajah mereka jadi aneh, dengan otak yang diperbesar kepalanya juga jadi besar, mata besar, telinga, hidung, mulut yang besar panjang dan lebar, sungguh aneh dan lucu sekali hahahaha.” Tawa para dewa menjadi riuh, sangat riuh.

“Tapi lihatlah dengan tangan dan kaki manusia mengecil, hanya perut yang membuncit, bagaimana bisa berjalan dan berlari, berdiripun sulit, akhirnya hanya meringkuk seperti ular berpindah tempat dengan merayap.”

“Wah sama sekali berbeda dengan rancangan manusia karya Dewa Wisma Karma yang memenangkan lomba desain manusia di sorga, ” celetuk seorang dewa. Dewa lain tertawa.

Mahadewa ikut memejamkan matanya. Dengan mata ketiganya beliau menembus ketulusan hati para dewa dan dewi yang di sorga. Ada seorang dewa yang dipandang cocok menjalankan tugas ini, tapi yang bersangkutan tak ikut rapat karena sedang ijin menjalani tapa penebusan dosa bagi orang-orang menjahatinya saat kehidupannya di dunia. Ya, Mahadewa yakin  keponakannya tersayang putra  adikkanya Dewa Iswara dengan Dewi Uma bisa menjalankan tugas maha berat ini.

“Tapi bagaimana cara menugaskannya aku tak mau melanggar etika karena mengganggu tapanya.” Hanya selintas tanya berkelebat, dengan cepat Mahadewa menemukan cara, Naradha tersenyum penuh arti sambil mendendangkan lagu-lagunya yang jenaka.

“Kalau seorang dewa atau dewi harus menitis, apakah akan seperti bintang film dan ratu kecantikan itu, bagaimanakah titisan itu dibedakan dengan gadis-gadis cantik dan pemuda-pemuda tampan itu, kira-kira wajahnya seperti apa ya, apakah akan berpakaian keemasan seperti di sorga, pasti akan jadi sasaran para penjahat hihihi.” Seorang dewa berbisik sambil tertawa geli mulai membuka matanya. Dewa-dewa yang lain mulai berani membuka matanya merasa sudah aman, karena pasti Mahadewa sudah mempunyai pilihan.

Sebelum rapat menjadi ramai dengan suara-suara usulan para dewa terkait wajah dan penampilan sang titisan, Naradha sudah menyampaikannya lewat lagu.

Yang akan turun adalah Dewi Uma menjadi perempuan biasa yang buta. Para dewa tercengang. Mereka sama sekali tak bisa membayangkan bagaimana jadinya seorang dewi yang berhati lembut, keibuan dan penuh cinta kasih itu hidup di dunia penuh tipu daya.

Para dewa benar-benar berasa tak tega. Tapi sebagian besar dewa .menarik nafas lega, merasa terhindar dari tugas berat. Saat yang ditunjuk menyatakan kesediaannya, sidang berubah menjadi isak tangis,, suasana menjadi sangat melankolis. Banyakndewa dan dewi yang merasa tak tega.

“Karena istri hamba menitis menjadi perempuan biasa yang buta, hamba juga ikut menitis menjadi lelaki biasa yang bisu tuli, ” kata Dewa Iswara. Kata-katanya memancarkan cahaya putih, cahaya cinta kasih yang suci, dan tulus, menyebar memenuhi  ruangan mengisi bilik-bilik hati menjadi nafas, nembasuh kekotoran pikiran, jiwa dan raga.

Dewa-dewa yang lain terkesima, Mahadewa tersenyum sangat paham kebijaksanaan adiknya itu  Karena adik dan adik iparnya turun, sudah pasti anaknya akan terseret turun juga.

Mahadewa tersenyum puas, apa yang drencankannya berjalan mulus, keponakan tersayangnya yang diandalkannya pasti akan menitis juga dengan suka hati dan rasa patriotik yang tinggi sebagai rasa baktinya pada ayah ibunya.

Tapi di hati kecilnya Mahadewa sedikit merasa  tak enak hati, merasa bersalah telah memperdaya adik dan iparnya. Mahadewa juga merasa sedih kalau terlalu lama berpisah dengan keponakanan yang sudah seperti anaknya sendiri itu.

“Baiklah aku akan menitis juga. Aku akan menitis sebagai gajah,” kata Mahadewa.

Dewa-dewa riuh. Dewa Rsi Naradha tercekat, tapi bisa memotong sabda yang telah diucapkan oleh Mahadewa.

“Bagaimana perempuan yang buta bisa mengenali gajah itu sebagai Mahadewa, bagaimana suami yang bisu tuli akan memberirahu istrinya bahwa gajah itu adalah Mahadewa.

Dewa-dewa saling pandang, tanpa dikomando, mereka membuat kesepakatan, bahwa para dewa-dewa yang lain pun akan turun menitis ke marcapada. Para Dewa dan dewi itu secara bergiliran akan membantu Dewi Uma yang buta agar benar-benar mengenal gajah Mahadewa itu lewat suara, bau, sentuhan dan kilatan cahaya.

Para Dewa bersama suaminya  akan menjaga Sang Dewi yang buta agar terindar dari injakan gajah. Para dewa dengan penuh sukacita dan bersemangat melatihnya untuk menaiki dan mengendalikan gajah itu agar bisa pergi kemana saja Dengan menaiki gajah dewi yang buta akan aman dari serangan penjahat.

Mahadewa tersenyum bahagia. Pilihan untuk meminta adik iparnya menjadi perempuan buta, membuat adiknya memilih menjadi lelaki bisu tuli, dan dirinya yang menitis menjadi gajah menjadikan dewa-dewi di sorga dengan rela dan suka cita beramai-ramai-ramai menitis ke mayapada. [T]

[][][]

  • BACA cerpen lainnya
Pengemis Dalam Labirin | Cerpen Krisna Aji
Mahkota Cinta | Cerpen Mas Ruscitadewi
Pernikahan Ketut Sujana | Cerpen Krisna Wiryasuta
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Putra Pradnyana | Merangkai Latri

Next Post

Desa Ban Penghasil Kelapa, Tapi Harga Kelapa Murah

Mas Ruscitadewi

Mas Ruscitadewi

Sastrawan, dramawan, pecinta anak-anak. Penggagas berbagai acara seni-budaya di Denpasar termasuk Bali Mandara Nawanatya yang digelar pada setiap akhir pecan selama setahun.

Next Post
Desa Ban Penghasil Kelapa, Tapi Harga Kelapa Murah

Desa Ban Penghasil Kelapa, Tapi Harga Kelapa Murah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co