“BAHWA SUMBER SEGALA KISAH ADALAH KASIH”. Begitulah ungkapan yang bisa menggambarkan pengalaman malam itu. Menutup tahun ajaran genap tahun 2023, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univeristas Jambi menggelar pentas teater berjudul “Kasih Sekampung”, selama satu hari, 10 Juni 2023.
Penonton sangat dibuat penasaran sekaligus terhibur dengan kelucuan penampilan mahasiswa dan mahasiswi Program S1 Sastra Indonesia itu.
“Kasih Sekampung” berkisah tentang kepercayaan animisme yang kental di Jambi, yang dibumbui dengan tragedi komedi yang ringan, namun berhasil membuat satu gedung berisi dengan tawa riang penonton.
Cerita tentang Tono, lelaki miskin yang ingin menikahi gadis bernama Haryati. Namun, keiinginan Tono terhalang oleh ibunya, Hayati, yang gila akan harta. Tuduhan dari Maimunah tentang mantra pengasih yang dipakai Haryati pun memunculkan berbagai konflik di dalam alur cerita teater ini.
Maqrifatun Qiftiya selaku sutradara menyatakan bahwa seluruh pemain merupakan mahasiswa Sastra Indonesia (FKIP), UNJA, yang rata-rata semuanya belum pernah bermain teater, semuanya pemain pemula.
Saat sesi tanya jawab di akhir pertunjukan, sutradara mengatakan bahwa pertunjukan itu merupakan pertunjukan pertama mereka dalam bermain teater.
Bagaimana perasaan mereka saat pertama kali di atas panggung dengan dua kali penampilan sekaligus, di jam yang berbeda di sore hari pukul 15:30 dan di malam hari pukul 19:30 untuk pertama kalinya, dengan ratusan penonton yang mencapai kurang lebih 500 penonton?
Berikut adalah pernyataan pengalaman dari beberapa pemain:
Takut tapi Percaya Diri
Yessa Juliana selaku penulis naskah dan pemeran Mak Leha mengatakan, naskah teater itu sebenarnya sudah ditulis pada tahun 2022. Saat itu naskah berjudul “Haryati”.
“Naskah itu kjemudian direvisi kembali pada Februari 2023. Lalu diambil keputusan dengan mengambil judul “Kasih Sekampung”. Judul itu merupakan peleburan dari kosa kata Pengasih.
“Tanpa adanya teman-teman dan guru kami Wak Edi, naskahnya tersebut tidak akan dibawakan dalam pementasan,” tutur Yessa.
Yessa mengaku, pementasan ini benar-benar luar biasa. “Yang mana awalnya saya takut dalam pengolahan setting yang terlalu banyak di naskah tersebut, tetapi diakhirnya pertunjukan itu berjalan dengan lancar padahal belum pernah punya pengalaman di bidang penulisan naskah lakon dan sampai dipentaskan,”. Kata Yessa.
Maqfiratun dan Yessa selaku Sutradara dan Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Wak Edi yang telah melatih mereka sampai akhirnya bisa tampil di depan umum. Terima kasih juga disampiakn kepada jajaran dosen, dan seniman Jambi dengan sukses.
“Haryati, aku tetap cinta engkau, walau kau gila Hayati,” ucap pemeran Tono, yaitu Angga di ending cerita teater malam itu. Angga mengaku senang dan sekaligus bersemangat dalam project pementasan teater di lain waktu lagi.
Lebih Baik Improvisasi dari pada Sekedar Menghapal
“Tidak mudah meresapi kegilaan disamping kewarasan, itu tantangan tersendiri sebagai penokohan dari Haryati,” ujar Desi pemeran Haryati.
Selama latihan yang hanya bepaut dua setengah bulan saja bukanlah hal yang mudah untuk Desi dan teman-teman. Bermain teater bukan hanya berfokus pada menghapal naskah, tetapi dengan sedikit improvisasi membuat alur cerita lebih hidup.
Pemain harus bisa menyampaikan isi pesan dari naskah tersebut dengan mimik wajah, vokal, dan gimik yang terutama, bukan hal yang mudah. Desi dan teman-teman berusaha melakukan yang terbaik dari awal latihan hingga akhir pertunjukan.
“Saya sangat senang dengan respon penonton, terutama menyatakan “saya tunggu kolaborasi naskah selanjutnya. Terimaksih!” ucap Yessa, pemeran Mak Leha sekaligus penulis naskah.
Chemistery
Yessa yang berperan sebagai Mak Leha, sudah memiliki pengalaman akting sebelumnya. Jadi ini bukan pertama kalinya dia tampil di atas panggung.
“Ini bukan pertama kalinya saya berhadapan langsung dengan penonton, tetapi rasa gugup akan selalu ada pada setiap penampilan, tetapi tampil di Gedung sebesar ini dan ditonton dengan penonton yang kurang lebih 500 orang hampir membuat saya mual dan muntah dan besoknya para pemain jatuh sakit semua,” ungkap Yessa dengan penuh tawa.
Dalam teater ini, karakter Mak Leha khususnya adalah tokoh kesukaan Yessa karena memiliki sifat antagonis dan sedikit lebai merupakan hal yang sangat ia disukai.
“Tetapi ada kegugupan sebenarnya, namun karena melihat penonton yang banyak, gairah dan semangat untuk memerankan tokoh Mak Leha menjadi begitu menyatu dengan diri saya,” kata Yessa.
Tetapi semua terlunasi ketika mendengar gelak tawa penonton dan dari raut wajah mereka yang sangat menikmati alur dari teater ini. Pementasan teater ini juga menjadi suatu bentuk reuni dari para alumni Sastra Indonesia, khususnya yang terdahulu hal ini sangat lah berkesan dan berharga bagi mahasiswa Sastra Indonesia satu sama lain.
Lagu “Kasih Sekampung”
Dalam teater “Kasih Sekampung” terdapat satu adegan dimana ada bagian alunan lagu yang diciptakan, dan dinyanyikan langsung oleh Ananda salah satu mahasiswi Sastra Indonesia Angkatan 21 pada teater tersebut.
Kasih sekampung
Mencari mangsa
Pada siapa yang dirayunya
Mendakap perlahan dipeluknya
Sampai ia terbuai dengannya
Ha ha ha
Wu wu wu
Haryati, Haryati..
Kasih Sekampung
Mendapat Mangsa.
Lagu Kasih Sekampung dalam teater ini merupakan hasil ciptaan dari penulis naksah yaitu Yessa Yuliana. Lagu tersebut terinspirasi dari alunan musikalisasi puisi AriReda. Untuk intrumen dari lagu ini dibuat secara langsung oleh Bang Wendi, salah satu alumni Sastra Indonesia pada saat hari-H, penampilan pertama mereka pukul 15:30 sore Sabtu.
“Kami semua sangat-sangat berterima kasih kepada Bang Wendi atas partisipasinya sehingga membuat pertunjukan itu lebih hidup,” tutur Yessa.
Sekaligus Peluncuran Antologi Puisi “Semua Rasa”
Bukan penampilan teater “Kasih Sekampung” saja yang digelar pada acara itu. Juga dilakukan Peluncuran Antologi Puisi “Semua Rasa” dari 28 mahasiswa UNJA dari jurusan Sastra Indonesia. Angkatan 2021.
Antologi puisi “Semua Rasa” adalah antologi puisi yang bertemakan tentang semua rasa yang ada di kehidupan manusia.
Suatu kesempatan yang luar biasa bagi mahasiswa Prodi Sastra Indonesia FKIP Univeristas Jambi yang berkesempatan didampingi oleh sastrawan dan budayawan Jambi, EM Yogiswara, yang membantu dan mengarahkan para mahasiswa untuk menulis puisi yang bisa menyentuh hati pembaca.
Penutup yang Bikin Bahagia
“Sungguh, rasanya semua rasa yang kami rasakan dari sore awal tampil hingga malam penutupan pementasan teater Kasih Sekampung seperti tergambar juga lewat buku Antologi puisi kami yang kami luncurkan malam ini, Semua Rasa,” tutur Yessa.
Kesuksesan pementasan teater ini tidak hanya diraih oleh para pemain lakonnya saja tetapi, teman-teman di belakang layar, tim kreatif dan perlengkapan seluruh tim yang membuat teater ini sukses. Mereka semua mempersiapkan segalanya mulai dari lighting, Gedung, panggung, perlengkapan bahkan make up dan lain-lain. Sehingga teater “Kasih Sekampung” sukses, [T]