MASYARAKAT LUAS MENGENAL Bali dengan seni budaya yang mempesona. Sentuhan nilai estetika yang luar biasa mentransmisikan seni budaya Bali itu hingga ke seluruh dunia.
Ketika kita berbicara tentang kebudayaan, kita menemukan berbagai produk budaya, mulai dari seni musik, patung, lukisan, dan yang paling fenomenal adalah seni tari.
Tarian merupakan salah satu dari sekian banyak ragam seni budaya yang dinikmati masyarakat Bali dan masyarakat dunia. Seni tari adalah cara orang Bali untuk mengekspresikan kreativitas, ekspresi emosional, dan ide. Seni tari dalam wujudnya didukung oleh harmonisasi gerak dan instrument berupa musik atau gamelan.
Di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, terdapat komunitas warga terlahir tuli dan bisu. Mereka menghasilkan tarian lain yang disebut janger kolok. Dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan menjadi janger bisu.
Desa Bengkala terletak di bagian utara Bali, tepatnya di wilayah Kecamatan Kubutambahan. Sesuatu yang tidak biasa telah terjadi di desa ini. Puluhan warganya menderita tuli bisu sejak lahir atau yang biasa di sebut kolok.
Di Desa Bengkala ini jumlah orang kolok mencapai 43 jiwa yang tersebar di 14 dadia (semacam kelompok keluarga besar). Hal ini menunjukkan bahwa seluruh warga Desa Bengkala berkerabat dengan warga kolok. Kekeluargaan ini membantu terciptanya interaksi yang harmonis antara warga biasa dengan warga kolok di Desa Bengkala. Warga kolok di Desa Bengkala umumnya tidak mengalami diskriminasi.
Munculnya janger kolok ini berkat tangan terampil salah seorang penduduk asli desa Bengkala. Janger kolok ini didirikan pada tahun 1969. Berdirinya janger kolok ini unik. Tarian janger adalah tarian yang diiringi nyanyian. Namun, dalam tarian janger kolok ini yang dinyanyikan tidak sama dengan nyanyian janger biasanya, hanya bahasa isyarat yang di gunakan dalam janger ini.
Keterbatasan yang mereka miliki tidak lantas membuat mereka lemah. Mereka mendobrak batas normalitas untuk menciptakan seni. Apalagi seni tari yang notabennya adalah seni yang menggunakan suara musik untuk membuat penari lebih bersemangat. Janger kolok bersikeras menuangkan ekspresi kreatif mereka dalam kesenian tari.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa pertunjukan tari janger ini memiliki aura keterpaksaan batin. Namun kembali lagi pada hakikat seni itu sendiri, seni tidak bisa dibendung. Seni adalah emosi yang bisa meledak dan melanggar aturan yang biasa.
Janger kolok memecah keheningan pada situasi tarian janger selama ini yang dikenal dengan perpaduan gerak dan nyanyian. Komunitas janger kolok di Desa Bengkala secara logika tentu sulit untuk dipahami, namun realitas luar biasa mereka hadirkan bagi para pencinta seni dan seniman itu sendiri.
Janger kolok hadir membawa warna baru dan unik dalam sejarah seni budaya Bali. Secara umum, mungkin para tuli dan bisu ini ingin menunjukkan eksistensinya.
Memikul beban melestarikan warisan budaya sebagai masyarakat yang bijak bukanlah tugas mudah yang membutuhkan cinta, ketulusan dan pengorbanan. Sejak awal berdirinya, janger kolok masih ada dan memberikan hiburan bagi masyarakat.
Meningkatnya eksistensi ini tercermin dari antusiasme masyarakat yang ingin menyaksikan tarian ini. Janger kolok yang dulunya hanya terdapat di wilayah Desa Bengkala, kini menyebar hingga ke daerah lain di Bali.
Perkembangan janger kolok ini mendapat berbagai macam apresiasi, dan apresiasi ini terlihat dari banyaknya tawaran pentas di luar desa Bengkala. Salah satu pentas panggung janger kolok adalah di Art Centre Bali dalam Pesta Kesenian Bali tahun 2002.
Undangan lain yang mereka terima juga datang dari hotel-hotel besar di Bali. Perkembangan dunia seni dan tekhnologi modern yang pesat saat ini tidak menyebabkan mereka tenggelam. Mereka tidak memiliki rasa putus asa untuk bekerja di tengah gempuran zaman sekarang. Janger kolok terus mengalir di kalangan masyarakat modern. Janger kolok terus memberikan hiburan dengan nuansa yang berbeda dan unik.
Budaya tari memperoleh warna dan pengalaman baru dari warga kolok Desa Bengkala. Dengan kreatifitas yang luar biasa mereka menciptakan komunitas tari janger kolok. Keterbatasan mereka bukanlah halangan, tetapi insentif untuk menonjolkan diri dalam pekerjaan mereka. Janger kolok ini membawa citra positif bagi perkembangan seni dan mengajarkan pada dunia bahwa seni adalah milik semua orang.
Keberadaan janger kolok membuktikan bahwa masyarakat selalu menghargai seniman kreatif. Para penikmat seni dan masyarakat memiliki pendapat yang berbeda tentang arti seni dan kehidupan, karena arti seni adalah membersihkan debu jiwa. [T]