DESA ADAT PADANGTEGAL merupakan salah satu desa adat yang berada di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Sebagai salah satu desa adat dengan kegiatan agama, adat dan budaya yang begitu intens, maka tahun ini desa adat itu melaksanakan kegiatan pawodakan (perbaikan/renovasi) benda sakral berupa barong yang disakralkan oleh masyarakat Desa Adat Padangtegal diberi gelar Ida Ratu Lingsir.
Ida Ratu Lingsir merupakan pelawatan/tapakan berwujud barong macan. Selain itu juga terdapat wujud barong bangkal yang bergelar Ratu Anom, rangda yang bergelar Ratu Sakti dan topeng Dalem Sidakarya yang bergelar Ratu Sidakarya. Keempat benda sakral tersebut dilakukan pawodakan karena telah terjadi kerusakan-kerusakan utamanya pada bagian cat pada prerai (topeng) dan cerawis (kumis).
Oleh sebab itu prejuru (pengurus) Desa Adat Padangtegal dari tingkat kebendesaan hingga prejuru adat sepakat untuk melakukan pawodakan dengan terlebih dahulu meminta petunjuk kepada Sulinggih yang kemudian akan dijadikan sebagai penanggungjawab secara spiritual (pengerajeg karya).
Sulinggih pun memberipPetunjuk berupa hari baik memulai pawodakan, tata cara pelaksanaan, etika dan hari pemlaspasan serta pasupati. Sebelumnya, pawodakan terhadap Ida Ratu Lingsir dilakukan pada tahun 2015.
Foto 1 — Saat Pawodakan Tahun 2015 oleh Ida Betara Lepas
Sebagai tindak lanjut, Bendesa Adat Padangtegal I Made Parmita didampingi oleh koordinator pelaksana I Koming Arcaya Bawa membentuk pengayah pawodakan yang terdiri dari koordinator pawodakan, seksi perlengkapan dan pengayah.
Pengayah pawodakan terdiri dari seniman-seniman Desa Adat Padangtegal dibawah kordinasi I Ketut Budiana.
Sebagai koordinator sekaligus salah satu penglingsir seniman Padangtegal, I Ketut Budiana mengatakan, pada pelaksanaan pawodakan Ida Ratu Lingsir ini pihaknya berkomitmen dan konsisten menggunakan tenaga dari seniman lingkup Desa Adat Padangtegal saja.
“Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga eksistensi seniman di Padangtegal utamanya untuk merawat benda-benda sakral sekaligus agar terjadi regenerasi kesenimanan dalam prihal kegiatan pawodakan dikemudian hari,” kata Ketut Budiana.
Pada tanggal 5 Februari 2023 hari Minggu wuku Pahang bertepatan dengan Purnama Kewulu dilakukan persembahyangan bersama yang diikuti oleh seluruh pengayah pawodakan Ida Ratu Lingsir bertempat di Pura Dalem Agung Padangtegal.
Persembahyangan ini bermakna memohon izin dan anugerah dari Ida Betari Dalem selaku manifestasi beliau sebagai Sang Hyang Pasupati agar dalam proses pawodakan dapat berjalan dengan lancar serta dapat menghasilkan taksu.
Foto 2 — Ida Sulinggih, Pemangku dan Pengayah
Pada tanggal 8 Februari 2023, hari Rabu wuku Pahang, digelar upacara nebes yang dipimpin oleh Ida Pedanda Putra Jungutan Manuaba didampingi oleh para pemangku Khayangan Tiga.
Prosesi nebes ini merupakan upacara memindahkan roh/energi Hyang dari Ida Ratu Lingsir pada daksina linggih sehingga perwujudan barong dapat diperbaiki oleh para pengayah pawodakan.
Pada prosesi nebes ini juga secara teknis melepaskan prerai (topeng) dari preraga (badan) sehingga para pengayah dari para seniman dapat mengerjakan pawodakan (perbaikan/renovasi) dengan baik, terpola dan terstruktur.
Pada tanggal 9 Februari 2023, Kamis wuku Pahang, dilaksanakan nuasen pawodakan Ida Betara yang dipimpin oleh Pelaksana dan kordinator pengayah pawodakan. Pada acara nuasen merupakan kegiatan pertama kali dalam mengambil pekerjaan pawodakan.
Pada upacara nuasen ini koordinator pawodakan yaitu I Ketut Budiana menjelaskan kepada para pengayah tentang teknis kerja pawodakan, etika pada saat pawodakan dan target-target yang harus dicapai.
Adapun rencana kerja dari pawodakan Ida Ratu Lingsir adalah menyusun ulang cat pada prerai (topeng), memperbaiki rangka preraga (badan) dan mengganti wastra. Cat prerai (topeng) yang lama dikupas dengan telaten sebelum disusun ulang dengan cat selanjutnya. Adapun cat yang dipakai dalam pawodakan prerai Ida Ratu Lingsir ini menggunakan cat berbahan tradisional yang disebut dengan warna Bali.
Foto 3 — Proses Pewarnaan Prerai
Kemudian proses selanjutnya, tanggal 15 Februari 2023, Kamis Wuku Krulut, dilaksanakan upacara ngendag warna. Ngendag Warna adalah prosesi pewarnaan yang pertama kali setelah dilakukan pengupasan dari warna sebelumnya.
Upacara ngendag warna dipimpin oleh Sulinggih Ida Pedanda Putra Jungutan Manuaba didampingi oleh Ida Pedanda Putu Peling. Pada proses ngendag warna ini menggunakan warna dari sekar (bunga) manca warna yaitu bunga warna merah, putih, kuning, hitam dan percampuran dari seluruh warna bunga.
Sekar manca warna ini ditumbuk hingga mengeluarkan air, air hasil dari penumbukan ini kemudian diberikan japa mantra oleh kedua Sulinggih tersebut sehingga warna tersebut sudah menjadi warna sakral yang disebut dengan “jatu”. Setelah dilakukan pewarnaan yang pertama kali oleh Sulinggih kemudian para pengayah melanjutkan hingga pada tahap akhir.
Selain itu dalam pawodakan Ida Ratu Lingsir tahun ini, pihak desa adat mendatangkan undagi tatah dari Banjar Delod Sema, Taro Kelod, yaitu I Made Pada bersama asistennya I Wayan Sukiantara.
Adapun tatahan dari I Made Pada digunakan untuk menghiasi bagian dari Ida Ratu Lingsir, Ratu Anom, Ratu Sakti dan Ratu Sidakarya. Kain yang digunakan sebagai lidah Ida Raktu Sakti (rangda) menggunakan kain gringsing khusus yang ditenun oleh Ni Ketut Sumiartini seorang pengerajin kain gringsing dari Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem.
Menurut Jro Bendesa Desa Adat Padangtegal I Made Parmita didampingi oleh I Koming Arcaya Bawa, ditargetkan pawodakan ini akan selesai pada tanggal 12 Maret 2023. Selanjutnya sesuai rencana akan dilakukan upacara pemlaspasan dan pasupati bertempat di Pura Dalem Agung Padangtegal pada tanggal 14 Maret 2023.
Dan upacara mesamleh diperkirakan dilangsungkan pada tanggal 15 Maret 2023 bertempat di Pemuunan Agung Setra Desa Adat Padangtegal. [T]
Foto — Para seniman jadi pengayah dalam proses pawodakan Tapakan Ida Ratu Lingsir Desa Adat Padangtegal, Ubud, Gianyar, Bali