DI ATAS PANGGUNG dengan dekorasi khas Bali itu, grup akustik Tritune sedang asyik membawakan lagu Payung Teduh, Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan. Suara gitar, saksofon, dan suara khas vokalisnya, bersahut-sahutan dengan ombak Pantai Lovina yang tenang.
Sore itu, pada Sabtu, 11 Februari 2023, bertempat di Hotel Bali Taman Beach Resort & Spa Lovina, Kopi Banyuatis─salah satu perusahaan kopi terbesar di Kabupaten Buleleng, Bali─menggelar malam pentas seni yang rencananya akan diselenggarsetiap bulan.
Acara “Malam Seni Banyuatis” dimulai tepat pukul 16.00 Wita dengan penampilan Tritune sebagai pembuka acara. Grup akustik ini tampil hampir 60 menit sebelum MC mempersilakan pemilik Kopi Banyuatis untuk memberikan sambutan.
Penampilan Sanggar Santi Budaya
Gede Pusaka Harsadena, Pemilik Kopi Banyuatis, melangkah dengan tenang menuju panggung, lalu ia menuturkan, “Malam seni Banyuatis akan kami laksanakan setiap bulan sebagai wadah seniman-seniman dan sanggar yang ada di Buleleng.”
Hubungan Kopi Banyuatis dengan kesenian Bali sepertinya memang akrab dan dekat. Hubungan itu terjalin bukan hanya karena dukungan moril maupun materiil kepada kesenian Bali, tetapi, dikutip dari tatkala.co, generasi pertama Kopi Banyuatis memang berasal dari seorang seniman.
Produk Kopi Banyuatis di Rumah Kopi
Sekadar informasi, Kopi Banyuatis dimulai oleh Jero Dalang, sang seniman dalang, yang kelak mewariskan kebun kopi kepada anaknya, Putu Dalang, yang baru mulai mengembangkannya menjadi bisnis kopi bersama istrinya. Sampai diwariskan kepada Ketut Englan yang membesarkan kopi ini ke seluruh Bali. Bahkan kini, di bawah kendali generasi keempat, Gede Pusaka Harsadena, Banyuatis telah menjadi ikon kopi Bali bahkan hingga ke Nusa Tenggara Barat.
Melestarikan Kesenian
Komitmen Kopi Banyuatis terhadap pelestarian kesenian Bali─khususnya Buleleng─memang tak perlu diragukan lagi. Perusahaan kopi yang dirintis sejak tahun 1960 dengan cara tradisional ini, hampir selalu hadir sebagai sponsor dalam setiap kegiatan pertunjukan seni. Hal tersebut semakin terang saat Kopi Banyuatis menyelenggarakan Malam Seni Banyuatis, Sabtu kemarin.
“Untuk tujuan acaranya sebenarnya sederhana . Kopi Banyuatis ingin memberi wadah bagi anak-anak muda Buleleng, untuk menampilkan pementasan seni terbaiknya. Kami juga memberikan uang saku kepada para pengisi acara yang kami anggap cukup untuk mengganti biaya latihan, misalnya, atau mengganti sewa kostum dan lain-lain. Jadi bukan sekadar meminta mereka untuk pentas secara gratis, tidak,” kata Radinna Wikantari, CEO Kopi Banyuatis.
Penampilan anak-anak SMAN 1 Singaraja
Pentas seni yang diikuti SMKN 3 Singaraja, SMKN 2 Singaraja, SMAN 1 Singaraja, UKM Teater UNDIKSHA, dan Sanggar Shanti Budaya, itu berjalan bersama hujan yang lumayan lebat.
Sesaat setelah SMKN 3 Singaraja, SMKN 2 Singaraja dan SMAN 1 Singaraja menampilkan seni tari kreasi, hujan semakin deras. Tetapi berkat kesigapan panitia penyelenggara, acara tetap berlangsung─walaupun sempat jeda sejenak.
Memasuki malam, bersama gerimis yang masih mengguyur panggung kecil Hotel Bali Taman, UKM Teater UNDIKSHA mementaskan pertunjukan Wanita Mayaloka. Naskah Wanita Mayaloka yang ditulis Made Pandu Deva Kusuma Wardana ini, sudah dipentaskan sebanyak empat kali di tempat yang berbeda. Pentas pertama di BKKBN Singraja, lalu di acara final pemilihan Duta Genre, dan di acara Dies Undiksha ke-30.
Setelah itu, Sanggar Shanti Budaya, selain mementaskan Tari Purwaka Santhi, Tari Suweta Bangkaja, Tari Trunajaya dan Tari Kecak, sanggar seni yang pernah pentas di Thailand Internatisional Folklore Festival 2022 itu, juga mementaskan Tari Barong Bangkal dan Rangda.
Dalam acara tersebut, Kopi Banyuatis berhasil memadukan kesenian tradisional dengan kesenian modern. Kolaborasi antara keduanya semakin meneguhkan bahwa perusahaan kopi yang dikelola secara turun-temurun ini memang berkomitmen untuk melestarikan kesenian, entah kesenian tradisional, modern, maupun percampuran antara keduanya.
Penampilan Teater Kampus Undiksha
Memang, seni dan kopi merupakan dua komponen yang bisa saling berkesinambungan. Dan Kopi Banyuatis, melalui acara Malam Seni Banyuatis 2023, telah membuktikannya. Bahkan, Owner Kopi Banyuatis, Gede Pusaka Harsadena, sebelum mengakhir sambutannya, ia berharap malam gerlar seni ini dapat menjadi momentum penting pengembangan seni budaya yang melibatkan generasi muda.
“Semoga hari ini bisa menjadi momentum penting dan ke depannya lebih baik lagi dalam hal pengembangan budaya Bali,” kata Radinna.
Mempromosikan UMKM
Selain bertujuan untuk melestarikan kesenian, acara pentas seni yang dimeriahkan Rare Kual, FDJ Vie Crist, Tritune, dan Not So Koplo ini, seperti kata Gede Pusaka Harsadena, juga melibatkan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Kabupaten Buleleng. Ini adalah bentuk dukungan Kopi Banyuatis terhadap UMKM asli Buleleng dengan cara open booth gratis.
“Pada kesempatan ini kami hanya menyediakan tiga stand, tapi untuk malam gelar seni selanjutnya akan kami tambah,” kata Gede Pusaka saat memberikan sambutan pembukaan acara malam seni Banyuatis.
Stand UMKM
Hal senada juga disampaikan Radinna Wikantari, bahwa Kopi Banyuatis membuka kesempatan kepada para UMKM Kuliner buleleng untuk berjualan secara gratis. “Kami tidak memungut bayaran apa pun kepada pihak UMKM. Sehingga harapannya, dengan crowd yang kami ciptakan, bisa turut membantu para UMKM ini semakin dikenal namanya oleh masyarakat Buleleng,” tambahnya.
Benar memang, dengan adanya acara yang diselenggarakan Kopi Banyuatis, UMKM seperti Joyfresh, Jamur Station, dan Kebab Bagus─tiga UMKM yang berpartisipasi─berkesempatan untuk mempromosikan dan mengembangkan bisnisnya. [T/adv]