2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mandeg | Cerpen Devy Gita

Devy GitabyDevy Gita
February 4, 2023
inCerpen
Mandeg | Cerpen Devy Gita

Ilustrasi tatkala.co | Pandit

BAYANGKAN, aku sudah duduk di café ini sejak pagi, saat mereka baru saja meletakkan papan menu spesial hari ini di depan pintu. Pelayan mempersilakanku masuk dengan ramah, lalu aku memesan segelas kopi dan roti bakar paket hemat seharga 20 ribu rupiah.

Kubuka laptop dengan riang sambil berharap dengan bekerja di tempat yang lebih terlihat mahal dibandingkan dengan ruang kerja rumahku yang sumpek penuh barang di sana sini, bisa membuka dan menerangi jalur imajinasiku yang gelap gulita. Bukan lagi pemadaman bergilir yang melanda tapi hampir pemadaman permanen.

Karena sekarang sudah lewat tengah hari, telah pula tandas tiga paket hemat dan sebungkus rokok, layar laptop masih seputih kulit Putri Salju. Gawat ini gawat.

Ke mana perginya kata-kata? Entah pikiran ini sedang kosong atau malah terlalu banyak narasi yang berebut ingin dituliskan. Perlombaan yang tidak dimenangkan oleh cerita manapun kali ini kurasa. Karena tak satu pun di antara mereka yang memperlihatkan dirinya di layar.

Alunan musik jazz dan beberapa orang di sampingku terlihat begitu sibuk dengan laptop masing-masing. Sesekali mereka meneguk minuman pesanan di atas meja. Aku pun setia berkutat dengan laptopku sendiri, juga secangkir kopi dan roti bakar paket hemat yang kupesan lagi.. Kupandangi layar yang masih putih di hadapanku.

Terlalu banyak yang terjadi membuat imajinasi seperti mengurungkan niatnya muncul. Ia memilih menyembunyikan diri di balik tumpukan kejadian yang terekam acak di dalam otak. Biasanya, ia dengan jemawa menyombongkan diri dan menghasilkan fiksi yang membuat pembacanya larut.

Apakah beberapa waktu ini ia menjadi pemalu karena realita jauh lebih fiksi dari imajinasi itu sendiri?

Aku rasa begitu, banyak yang dirasakan tubuh ini. Saking tak terhitungnya, mata dan telinga memilih untuk pingsan sementara. Namun, otak enggan rehat dan memilih meneruskan kegiatannya memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya dipusingkan. Memaksa mata terbuka dengan malas. Rasa tak suka ditunjukkan dengan perih yang teramat sangat hingga air mata menyeruak di sudutnya.

Sial, pikirku. Perdebatan otak dan kepala yang tidak terelakkan membuat rasa kopi susu manis ini hambar. Begitu pula jari-jari yang biasanya menari dengan liarnya di atas papan huruf seketika kaku. Ia lebih semangat menyulut rokok, mengarahkannya ke bibir untuk mengepulkan asap beraroma mint segar. Berharap dari asap itu, imajinasi mendapatkan sedikit keberanian untuk memunculkan entah ujung rambut atau melongokkan sedikit kepalanya.

“Kau sedang menulis apa?”

Wawan, seorang teman sesama penulis mengintip layarku penasaran. Sedari tadi ia cekatan mengetik ratusan bahkan ribuan kata di sebelahku. Imajinasinya berhamburan di atas layar.

“Kosong?” tanyanya heran sembari memandangiku yang sedang menyalakkan sebatang rokok lagi.

 “Kepalaku buntu. Otakku semrawut,” jawabku singkat. Menoleh sedikit ke layar laptop Wawan yang penuh tulisan, aku meringis.

Nutrisi otak Wawan lebih berkualitas dariku. Ia memberi asupan yang bergizi dengan membaca banyak buku dan jurnal penuh ilmu. Segala isi buku dikunyahnya lahap. Ia mampu mengingat hal-hal menarik dari huruf-huruf yang ia baca. Aku iri. Sedangkan aku, aku tak pernah mengingat hal penting dari dalam buku.

Aku lemah dalam menelaah filsafat maupun topik dengan isu yang berat. Berpikir mendalam bukan kapasitasku, hanya cerita fantasi dan fiksi ringan yang ku nikmati dengan senang hati. Isi kepalaku terlalu rumit untuk hal sederhana tapi terlalu sederhana untuk hal rumit.

Aku bersandar dan memandang langit-langit café sambil memilah ingatan yang mungkin cukup menarik untuk diceritakan ditambah racikan bumbu di sana sini. Kejadian demi kejadian silam satu per satu mulai berputar pelan namun kusut. Sial. Kucari ujungnya, kutarik perlahan. Berharap jika kulakukan tidak terburu-buru, kecarutmarutan ini bisa lepas dan lega. Mungkin kisah-kisah itu tumpang tindih, saling gelut, saling ikat hingga terlalu sulit menemukan ujung dan mulai mengurainya kembali. Bahkan jika aku salah menarik ujungnya, bisa-bisa carut marut itu makin terkunci dan membuatku menjadi gila.

Sudah tidak produktif, gila pula. Kurang apa lagi? Bagaimana bisa kusebut diriku penulis jika otakku berbuat semaunya?

Kecemasan mulai menghantui, kelak kala teman-teman sepenulisanku telah menerbitkan karya mereka di media nasional maupun internasional, menjadi pembicara di sana sini, bahkan jadi kritikus sastra, aku akan tetap begini-begini saja. Hanya menjadi penulis cerita pendek yang di-publish di blog sendiri dengan pembaca yang tidak seberapa.

Satu-satunya judul buku yang telah kuterbitkan hanya dibeli teman-teman yang kasihan karena tabunganku habis untuk biaya cetak. Sangat menyedihkan.

“Sudah makan? Mungkin kau butuh makanan untuk mengisi perutmu dan otakmu bisa bekerja lagi.” Wawan menawarkan semangkok penuh kentang goreng dengan asap mengepul di atasnya. Aroma gurih kentang begitu menggoda.

“Bagaimana kalau aku menulis tentang kentang goreng?” tanyaku antusias.

Wawan mengambil satu kentang lalu mengunyahnya lahap.

“Boweeh juhaa,” jawabnya di sela kunyahan kentang goreng yang panas.

Aku kembali menghadapi layar laptop dan papan huruf sambil memandangi sepiring kentang goreng hangat yang sedikit demi sedikit berkurang isinya, lahap dikunyah Wawan. Seandainya kehangatan itu bisa mencairkan perang yang sedang berlangsung di kepalaku. Perang dingin sudah berlangsung hampir seharian.

Ketika alunan musik berganti untuk yang entah keberapa kalinya, jari-jariku seperti kesurupan. Ternyata aroma kentang goreng dipiring Wawan akhirnya mampu menggugah imajinasi. Sambil mengetik dengan tergesa, mataku terpaku pada sepasang kekasih yang sedang bertengkar di meja pojok samping jendela.

Muka mereka sangat masam, aku teringat masamnya bau ketiak seorang pria yang pernah kukencani hanya selama dua hari. Jika lebih dari dua hari, aku takut tidak hanya kehilangan waktu tetapi juga indera penciumanku. Apa susahnya sih mandi dua kali sehari memakai sabun atau mengoleskan deodoran setelahnya? Otakku kembali mengingat hal yang tidak penting. Aku menepuk kedua pipiku untuk tetap fokus sebelum aroma kentang ini sepenuhnya bersemayam di dalam perut Wawan.

Masih memandangi pasangan itu dari kejauhan, kali ini si wanita menangis tanpa suara. Dia berusaha menyembunyikan kesedihan dan kekecewaannya dengan menutup mulut menggunakan kedua tangannya, tapi air mata terus mengalir dari kedua mata sembabnya.

Si pria dengan angkuhnya menyilangkan tangannya sambil menunjuk-nunjuk wajah si wanita. Jarakku tidak cukup dekat untuk menguping pembicaraan mereka yang amat dramatis itu.

Aku sangat penasaran, rasa ingin tahu malah membuat jariku semakin sulit dikendalikan. Huruf demi huruf tercetak di sana mengarang cerita tentang romantisme juga peliknya dilema pasangan di samping jendela itu, bagaimana mereka bertemu, mengapa mereka bertengkar, apakah bau badan si pria juga sama masamnya dengan laki-lakiku dulu. Aku tersenyum senang. Akhirnya aku bisa menulis lagi.

“Heiii Kauuu!”

Laki-laki di samping jendela berteriak dan mengacungkan jarinya padaku. Aku menoleh ke kanan, kiri, depan, dan belakang. Tidak ada orang lain, hanya diriku. Sudah jelas pria itu mengarahkan jarinya kepadaku. Tapi, ke mana Wawan? Mungkin aku tidak menyadari kepergian Wawan karena asyik mengetik.

“Hei! Hei!” teriaknya lagi, membuatku terlonjak mundur dan jatuh dari kursi.

Aku mencoba membuka mata dan berusaha bangkit dengan tergesa. Namun, badanku tertempel di lantai, kedua kaki ini menolak bergerak, begitu pula mata yang sedari tadi berusaha kubuka masih betah terpejam. Jantungku berdetak tak karuan. Begitu takut lelaki tadi akan mencercaku dengan kalimat makian.

Tanganku mulai menggapai-gapai udara. Ingin sekali berteriak meminta bantuan siapapun. Jangankan berteriak, mengeluarkan satu kata saja aku tidak mampu. Dalam kepanikan, samar terdengar panggilan yang memanggil namaku. Aneh, kenapa laki-laki itu tahu namaku?

“Hei! Bangun, Uning! Kemuning. Bangun!” kata seseorang.

Saat mata terbuka sepenuhnya, bukan laki-laki itu yang kulihat, melainkan Wawan dan pegawai café yang berjongkok di depanku.

“Hei, Uning. Café ini sudah mau tutup. Ayo bangun!” ucap Wawan sedikit berteriak sembari mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

“Tutup? Mana lelaki yang tadi berteriak padaku? Lalu perempuan yang menangis tadi?” tanyaku pada Wawan.

Wawan hanya menghela napas sambil menepuk pundakku. Aku memperhatikan sekeliling, café ini sudah sepi. Hanya tersisa kami bertiga dan layar laptopku yang masih kosong. [T]

[][][]

KLIK UNTUK BACA CERPEN LAIN

Semarut | Cerpen Pilar Titiwangsa
Merpati Merah | Cerpen IBW Widiasa Keniten
Luh Jalir | Cerpen Mas Ruscitadewi
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi IGA Maya Kurnia | Rindu Cinta Matiku

Next Post

Memperdebatkan Kembali Tentang Alat Musik Akustik dalam Musikalisasi Puisi

Devy Gita

Devy Gita

Tinggal di Denpasar. Lulusan Bahasa Inggris Undiksha Singaraja ini kini sedang memanjakan hobinya main teater dan menulis cerita

Next Post
Memperdebatkan Kembali Tentang Alat Musik Akustik dalam Musikalisasi Puisi

Memperdebatkan Kembali Tentang Alat Musik Akustik dalam Musikalisasi Puisi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co