SISI LAIN di balik kejujuran adalah kepalsuan. Kepalsuan sangat banyak pengikutnya. Dan hal itu adalah realitas “kebenaran” dari Zaman Kaliyuga saat ini.
Bahkan orang sengaja membayar mahal untuk memalsukan diri, agar puas dengan kepalsuan. Akhirnya tukang-tukang “palsu” banyak order. Rambut putih dihitamkan, rambut hitam diputihkan, dimerahkan dihijaukan, yang kriting diluruskan, yang lurus dikritingkan, yang panjang dipendekkan, yang rahasia dan sensitif justru ditonjol-tonjolkan untuk merangsang nafsu lalu dijual dan seterusnya.
Hidung pesek dimancungkan, dada kempes dibusungkan dan lain-lainnya. Tumbuhan natural ciptaan Tuhan diubah sesuai keinginan manusia. Ikan, daging, tempe, tahu yang sudah enak diisi zat pengawet, mungkin agar manusia awet sakitnya. Demikian pula manusia makan beras plastik, telor plastik agar sekali makan, lalu tidak makan-makan lagi.
Selanjutnya kepalsuan demi kepalsuan merebak ke segala lini, berpikir dan berperilaku demi ambisi kekuasaan untuk bisa duduk di kursi panas yang palsu itu. Orang-orang pintar berkata-kata seolah dermawan dengan berbagai alasan sok tanggung jawab, guna memperoleh pundi-pundi suara.
Ketika pada aaatnya ia berhasil, justru menghindar dari kewajiban dan tanggung jawabnya yang jujur. Walaupun telah diberkati oleh energi kejujuran, tetapi hanya berguna sebagai topeng-topeng saja. Aroma ini menghiasi alur situasi dan kondisi, yang selalu terjadi berulang-ulang dalam wujud yang berbeda-beda.
Tetapi ingatlah kepalsuan sifatnya sementara, betapa pun lihai cara untuk memalsukan diri, semua itu akan terasa dan terekspresi dengan sendirinya.
Demikian pula kejujuran akan tetap jujur, bagaikan menghitamkan rambut umurnya hanyalah sebulan sudah luntur, lalu perlu dipalsukan lagi. Dengan demikian para pemalsu sibuk memalsukan diri yang jujur akan tetap langgeng, tetapi kejujuran selalu tak kelihatan, ditutupi kepalsuan, karena jumlah kuantitatif kepalsuan lebih besar.
Demikianlah hakekat Zaman Kaliyuga telah melibas kejujuran manusia dengan nikmat kepalsuan dan terus memalsukan, hingga yang viral adalah tontonan kepalsuan.
Bagi pendamba-pendamba dan berprilaku jujur, amatlah berat menembus dinamika kegelapan itu. Tetapi ingatlah kembali pada kebenaran Ilahi, bahwa saat-saat dharma dan kejujuran terinjak-injak di bumi, maka Dharma akan melindunggi (Dharma Raksata Rakshitah).
Bagaimana wujud perlindungan itu? Tiada lain ketika para koruptor melewati batasnya, akal sehatnya hilang lalu melakukan perbuatan tak terpuji, hingga kejahatannya terbuka lebar di publik. Walaupun demikian sifar asura ini tidak pernah jera, selalu saja mencari akal baru untuk menembusnya, hingga bagi Asura “keyakinan itu adalah kelemahan bagi manusia, maka percayalah pada kekuatan”.
Oleh karena itu, bila dharma dan kejujuran lengah sedikitpun amatlah mudah sifat asura maya untuk menguasainya.
Tetapi betapapun jahatnya teman asura, ia datang dan siap membantu sahabatnya. Pembelaan kepada teman dalam wujud kesetiakawanannya sangat luar biasa. Waspadailah dan kokohkan keyakinan kepda Tuhan dan berprilaku atas tuntunan-Nya, walaupun berat, pasti akan jaya.
Peran penegak Dharma juga diuji kejujurannya, semakin banyak melawan ketidakjujuran, maka penegak Dharma di permukaan akan banyak musuh, tetapi kekuatan Tuhan selalu melindungi seberat apapun masalahnya. Seperti itu resiko dan tanggungjawab memenangkan dharma melalui salah satu aspek kejujuran di Zaman Kaliyuga ini.
Walaupun penegak Dharma di permukaan terlihat agak sedikit dungu, tetapi asura tidak pernah mengetahui rahasia dan misteri yang tersembunyi di baliknya. Kebenaran yang amat rahasia inilah wujud perlindungan yang tak terjangkau, oleh kecerdasan para asura.
Oleh karena itu menegakkan kejujuran adalah kebenaran yang selalu terlindungi kebesaran-Nya. Semoga menjadi renungan dan refleksi. [T]
Minggu, 15 Januari 2023