Pertama kali saya mengenal Noella Roos pada sebuah proses perhelatan pameran dia bersama Ida Bagus Putu Purwa, April 2015 di Danes Art Veranda.
Saat itu, Wayan Seriyoga Parta (Yoga Parta), memberikan tugas kepada saya untuk menulis ulasan pameran mereka berdua lalu tulisannya dikirim ke salah satu majalah seni yang masih eksis dalam produksi cetak, majalah Sarasvati. Sejak itulah saya aktif menjadi kontributor ulasan pameran di Bali dan dimuat di majalah Sarasvati.
Perjumpaan saya sekaligus perkenalan saya dengan Noella Roos, termasuk perjumpaan dengan karya-karyanya memberi kesan tersendiri. Saya ingat sekali karya-karyanya, misalnya bagaimana tipikal garis yang menyihir melalui charcoal di atas media kertas.
Figur-figur model yang digambar oleh Noella memperlihatkan kekuatan gesture dan ekspresi wajah yang kuat. Melalui goresan-goresannya juga saya memahami kekuatan Noella terletak dari bagaimana ia menguasai medium seni, menguasai model sehingga karya yang ia hasilkan memiliki karakteristik tegas nan lentur.
Ia tidak melewatkan bayangan dan pencahayaan yang menimpa tubuh model, figur yang ia gambar berasal dari modelnya secara live. Napas dan hasrat berkesenian Noella ada di sana sekaligus hadir didepannya.
Noella 2015 | Foto: Purwita Sukahet
Melalui pertemuan tersebut Noella mengungkapkan bahwa ia sangat menyukai gerak, penari, tubuh manusia yang bergerak, otot yang menegang serta melentur akibat perubahan posisi tubuh, hal tersebut menjadi hasrat kuat yang harus ia tangkap melalui charcoal, di atas kertas juga di atas kanvas.
Akibat dari menangkap model secara langsung maka tidak jarang figur-figur yang ia gambar tidak tergambar secara utuh dari sisi anatomis, tentu hal ini merupakan suatu hal biasa bahwasanya ada bagian tubuh yang menarik untuk diekspose menjadi point of view sekaligus menjadi hal yang dipandang dapat menjadi bagian utama dapat mengakomodir konsep berkarya seniman.
Singkat kata, Noella menunjukkan kecakapan impresinistik melalui karya drawingnya atas pengamatan sekaligus pengalaman langsung terhadap model yang ia gambarkan melalui gestur.
Seniman Bali yang mengenal Noella selalu merujuk kepada karya gambarnya dengan medium kertas besar, energi kuat goresan charcoal, sensasi emosional dalam garis-garis pendek atas cahaya dan bayangan.
TARI (20 by 20 cm, Intaglio) Noella Roos
SOFT DREAM ( 30.5 by 40 cm, Oil on canvas 2022) Noella Roos
Namun, kini melalui Pentimento ia seolah mengalihkan perhatian publik daripada semua itu. Dengan demikian, ada perubahan mendasar dari proses berkaryanya tanpa harus menghilangkan jejak kekuatan hitam putihnya, meski permainan warna dan jejak kuas di atas permukaan lebih dominan.
Pentimento adalah istilah seni lukis yang populer di Eropa, menunjukkan terjadinya perubahan dalam proses melukis dari rancangan sebelumnya, misalkan sebuah potret wajah yang telah selesai dilukis setengah kemudian di pertengahan jalan proses penyelesaian terjadi perubahan bentuk juga merubah komposisi awal sehingga diperlukan upaya untuk menumpuk goresan sebelumnya.
Akibat dari tumpukan-tumpakan warna dan jejak kuas tersebut pada hasil akhirnya akan berdampak pada tekstur karya, ada jejak yang ditinggalkan dalam proses melalui lapisan-lapisan warna. Dalam kasus lukisan-lukisan oldmaster, kehadiran pentimento juga dilihat sebagai wujud tanda keaslian sebuah karya seni.
PRIMA DONNA ( 40.5 by 51 cm, Oil on Canvas 2021) Noella Roos
Noella Roos melalui pernyataannya mengungkapkan konteks pentimento dalam proses berkaryanya sebagai berikut: “For me this means that I am sketching with paint, only to change it again and again… This exhibition shows the finished products, painting, but underneath this surface layer are other layers. I usually make studies of a live model or dancer figuratively in “realistic” manner, but then I change it as in my view, a painting not only has figurative and narrative elements, but also abstract values. My work is based on the Golden Mean and circles. When changing the painting from strict figurative representation to abstraction, I base my work more on the classics like the Greeks, but also on the great painters like Rembrandt and many others. They also use the golden mean. Thus, I hope to impart a sense of timelessness into my work.”
Ia mengungkapkan terjadinya perubahan sudut pandang ketika ia menggambar dan melukis. Melalui menggambar ia dapat merasakan kecepatan bersamaan dengan gerak penari, seturut dengan itu kekuatan goresan hadir melalui jejak ekspresif garis. Berbeda dengan melukis yang ia telah tuntaskan, ia mengolah warna, menentukan intensitas warna pada light and shade, serta mengolah lapisan-lapisan warna, singkat kata ada banyak perubahan yang ia lakukan dalam proses melukis.
Melalui Pentimento, Noella Roos sejatinya ingin bercerita mengenai proses bekerja di dalam laboratorium seninya, bercerita apa yang ia rasakan melalui perjalanan yang terus berubah hingga mencapai titik akhir sebuah karya, istilahnya perjalanan estetik seniman.
Selain lukisan, ia juga memajang karya grafis dengan metode etsa, sejalan dengan pameran ini, baginya etsa adalah jalan tengah antara menggambar dengan melukis. Pameran ini berlangsung dari 29 Oktober sampai dengan 30 November 2022, berlokasi di bekas Amaly Gallery, Jalan Raya Mas, Ubud, Gianyar. [T]
Pohmanis, 15 Nopember 2022