10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bali Jani Nugraha 2022 | Tan Lioe Ie Pada Pusaran Puisi dan Musik

tatkalabytatkala
October 31, 2022
inPersona
Bali Jani Nugraha 2022 | Tan Lioe Ie Pada Pusaran Puisi dan Musik

Tan Lioe Ie, dokumentasi sinofest 2.0, prodi sastra Cina, FIB, UI. | Foto Ai/diambil dari facebook Tan Lioe Ie

Tan Lioe Ie pada mulanya adalah pemusik. Ia menjadi gitaris pertama pada grup band sekolah saat ia menempuh pendidikan di SLUA1 Saraswati Denpasar. Sempat juga ia menjadi gitaris Group Band Ariesta, Denpasar. Saat kuliah di jurusan arsitektur di Universitas Jakarta, ia masuk band Goudeamus.

Namun kini ia dikenal sebagai penyair. Puisi-puisinya dimuat di sejumlah media dan diterbitkan dalam buku antologi tunggal dan antologi bersama, dan puisi-puisi itu dibicarakan di mana-mana, bukan hanya di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri.

Tampaknya musik dan puisi adalah bagian dari hidupnya yang tak bisa diceraikan. Maka, saat ini ia dikenal sebagai penekun puisi-musik, atau istilahnya bisa disebut musikalisasi puisi. Ia menggubah puisi-puisi untuk bisa dinyanyikan dengan iringan alat musik, semacam gitar dan alat musik lain.

Bagaimana ceritanya Tan Lioe Ie bergerak dari musik, lalu puisi, lalu puisi musik?

“Saya sebenarnya mulai menulis puisi bukan sejak kecil,” kata Tam Lioe Ie memulai ceritanya.

Tan Lioe Ie biasa dipanggil Yoki oleh teman-temannya. Ia lahir di Denpasar, Bali, 1 Juni 1958, Keluarganya sebagian besar menjadi pengusaha, dan ia sendiri melenggang sangat serius berada pada pusaran dunia seni, dunia sastra dan dunia musik.

Sarah seninya mengalir dari ayahnya. Ayahnya adalah seorang guru, pemain biola dan dan pemain piano. Ayahnya juga atlit basket, badminton, dan voli. Adik-adik perempuannya jadi pengusaha, karena “ikut” suaminya. Adik laki-lakinya, biasa dipanggil Yung, mulanya diajak omnya, Amir Syamsuddin, mengelola tambak, lalu kerja di kelompok usaha ipar, belakangan menggeluti usaha pie susu.

Tan Lioe Ie mulai menulis puisi pada usia 31 tahun ketika ia bertemu dengan sejumlah penyair dari Sanggar Minum Kopi (SMK). Saat itu, tahun 1989, SMK menggelar lomba baca puisi, dan ia diminta menjadi juri pembanding dari bidang lain.

“Pada akhir tahun itu juga, saya mulai menulis puisi,” kata Tan Lioe ie.

Puisi memang mempesona kemduian di mata Tan Lioe Ie. Semakin hari ia semakin akrab dengan puisi, yang mendorongnya menulis puisi.

Tan Lioe Ie saat beraksi dalam pentas puisi-musik | Foto diambil dari laman facebook Tan Lioe Ie

Pada periode awalnya dia dibimbing Penyair Frans Nadjira, dengan metode yang disebut Frans sebagai “Sparing Partner”, metode yang juga diterapkan di SMK dan dibawa ke Jogja oleh Raudal Tanjung Banua dalam Komunitas Rumah Lebah yang didirikannya.

Puisi-puisinya dimuat, dalam lebih dari 30 antologi bersama, juga di berbagai media dalam dan luar negeri, seperti Bali Post, Berita Buana, Kompas, Suara Merdeka, Media Indonesia, Horison, Jurnal CAK serta di majalah dwi bahasa (Indonesia Inggris, yang dirintis Heather Curnow dan Nurhidayat Poso) Coast Line, lalu Paradox yang dirintis Heather Curnow, di Lebanian, Perancis, Orientirungen Jerman.

Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Bulgaria, Mandarin, Belanda, Jerman, Perancis. Tan Lioe Ie pernah diundang ke berbagai acara sastra di berbagai daerah di Indonesia dan ke luar negeri, seperti Tasmania, Suriname, Afirka Selatan, Belanda, Perancis, Jerman, dan Belgia.

Buku Puisi tunggal pertamanya, “Kita Bersaudara”, versi Inggrisnya “We Are All One”, terjemahan Dr Thomas Hunter. Buku puisi kedua yaitu “Malam Cahaya Lampion” yang diterbitkan Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2005, dengan versi Belanda “Nacht Van De Lampionnen” diterbitkan Uitgeverij Conserve, The Netherlands, 2008, terjemahan Linde Voute.

Buku tunggalnya yang ketiga adalah “Ciam Si, Puisi-puisi Ramalan” yang diterbitkan Buku Arti, 2015, dan versi Perancis berjudul Poemes divinatoires terbitan Pustaka Ekspresi, Bali, 2017 yang terjemahan Elizabeth  D Inandiak.

Dengan buku Ciam Si, ia bahkan disebut-sebut sebagai penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Itu menurut Sutardji Calzoum Bachri dalam sebuah wawancara di harian Kompas. Meski kental dengan nuansa etnik, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat untuk berbagai kalangan.

Selain media-media umum dan buku antologi tunggal, puisi Tan Lioe Ie juga dimuat dalam antologi bersama di Bali The Morning After, Antologi Menagierie 4, Perjalanan, Mimbar Penyair Abad 21, Bonsai’s Morning, “Living Together”, Tafsir dalam permainan, Utan Kayu International Literary Biennale, dan banyak lagi yang lainnya.

Puisi Tan Lioe Ie juga pernah dibacakan dalam program Poetica radio ABC, Australia. Menurut Mike Ladd dari radio ABC, saat itu Tan Lioe Ie adalah orang ketiga setelah Rendra dan Goenawan Mohammad dari Indonesia yang disiarkan di program Poetica Radio ABC.

Buku Malam Cahaya Lampion masuk ke dalam “long list” Katulistiwa Literary Award, buku Ciam Si masuk 10 besar dalam penghargaan buku Hari Puisi. Sementara puisinya Tangis Musim Semi Azerbaijan memenangkan Lomba Cipta Puisi Nasional, Sanggar Minum Kopi, dan puisi Abad yang Luka memenangkan Taraju Award, dalam lomba nasional yang diadakan Yayasan Taraju, Sumatera Barat.

[][][]

Tentang gubahan puisi-musik, Tan Lioe Ie awalnya menggubah puisi-puisi Umbu Landu Paranggi. Ia awalnya biasa tampil sendiri dengan hanya menggunakan gitar akustik. Pengalamannya belajar gitar klasik dari Sodiq dan Arthur Sahelangi, memberi sentuhan yang berbeda pada permainan gitarnya.

Tan Lioe Ie awalnya menggubah puisi Umbu Landu Paranggi ke musik sebagai apresiasi atas kesetiaan Umbu terhadap Puisi.

Gubahannya  sempat direkam TVRI Denpasar dalam rangka membuat feature tentang Umbu Landu Paranggi. Saat direkam, ia tak tampil sendirian, melainkan ditemani pemain musik lain dan penyanyi sebagai backing vocal.

“Saat itu, saya berada di Singaraja, dan berkat jasa Pak Sunaryono Basuki Ks, saya dikenalkan dengan seorang giraris pria dan dua backing vokal perempuan, ditambah Alit Jatendra asal Denpasar, pada biola,” ceritanya.

Menurut Tan Lioe Ie, puisi-musik bisa menjadi cara lain untuk mencapai segmen penikmat selain penikmat puisi yang “konvensional”.  Dan terbukti berbagai kalangan serta lintas usia dari anak-anak hingga dewasa, bisa menikmati puisi yang dihadirkan dalam bentuk puisi-musik.

Tan Lioe Ie dengan gaya panggungnya yang khas, baik dalam membaca puisi maupun dalam memainkan puisi-musik | Foto diambil dari facebook laman Tan Lioe Ie

Cara Tan Lioe Ie membawakan puisi tidak hanya diapresiasi di dalam negeri, juga di luar negeri. Pada saat ia berada dalam acara Tasmnia Writers’ & Readers’ Festival, oleh Direktur Tasmania Writers Center, sesi tampilnya ditambahkan dengan persetujuan Tan Lioe Ie.

Saat tampil juga pernah terjadi permintaan tambahan dari penonton, sehingga MC – nya mengatakan: “The first on call in the festival” atau “permintaan tambahan pertama dalam festival”.

Selain diundang sebagai peserta festival, Tan Lioe Ie juga sempat memenangkan tiket untuk menjadi “Writer in Residence” bersama Novelis Perancis Merrie Gaullis dan beberapa penulis Australia. Menurut Heather Curnow saat itu, mungkin Tan yang pertama dari Asia yang menjadi Writer in Residence di Tasmania. Sebagai Writer in Residence, ada sesi Tan Lioe Ie memberikan workshop menulis puisi di Tasmania.

Tan Lioe Ie juga pernah terlibat dalam pembuatan “buku dengar” atas cerpen-cerpen Belanda yang disiarkan radio Belanda seksi Indonesia. Selain menulis karya asli, Tan Lioe Ie juga melakukan terjemahan ke bahasa Indonesia atas puisi penyair dari beberapa negara, dari versi Inggris-nya.

[][][]

Tan Lioe Ie tak berasal dari Fakultas Sastra. Setelah lulus pendidikan SD hingga SMA di Kota Denpasar, ia pernah kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Jakarta, namun tidak tamat. Ia kemudian kuliah hingga tamat di Fakultas Ekonomi jurusan Managemen, Universitas Udayana, Bali. Yang menarik, di Fakultas Ekonomi ia justru terkenal sebagai pemain basket.

Tan Lioe Ie bersama teman-temannya di Sanggar Minum Kopi yang dilanjutkan Yayasan CAK, sempat menerbitkan jurnal CAK, di mana dia juga menjadi salah seorang editornya. Keistimewaan jurnal CAK, kata Tan Lioe Ie,  adalah, pada setiap edisi menghadirkan local genius, antara lain I Gusti Nyoman Lempad, Geruh, hingga yang muda Wayan Gde Yudane.

“Ini memberi warna bagi Indonesia yang kerap mengabaikan “tokoh daerah” dalam liputan di masa itu,” kata Tan Lioe Ie.

Tan Lioe Ie juga pernah menjadi editor tamu dan editor majalah dwi bahasa Coast Line dan Paradox, Kurator UWRF dan Toya Bungkah Literary Festival. Ia juga pernah diwawancarai dan direkam baca puisinya oleh Radio ABC, Australia bekerjasama dengan radio BBC London untuk disiarkan di negara-negara berbahasa Inggris di luar kedua negara asal radio tersebut.

Saat di Suriname, Tan Lioe Ie juga diwawancarai radio setempat dan menyanyikan puisi Umbu Landu Paranggi yang digubahnya menjadi puisi-musik, sambil bermain gitar.

Tan Lioe Ie dan kawan-kawannya juga melahirkan album puisi-musik, yaitu album puisi-musik Kuda Putih versi kustik yang terdiri dari 8 puisi karya Umbu Landu Paranggi dan 2 puisi karya Tan Lioe Ie.

Puisi-musik hasil gubahannya itu biasa dibawakan Tan Lioe Ie baik secara tunggal atau bersama kawan-kawannya dalam acara sastra serta acara-acara lainnya. Album puisi-musik kedua, yaitu EXORCISM yang khusus menggubah puisi-puisi Tan Lioe Ie yang dibawakan bersama kawan-kawannya dalam band Bali Puisi-Musik.

Sedangkan album puisi-musik Kuda Putih Remastered terdiri dari 3 puisi Umbu Landu Paranggi dan 3 puisi Tan Lioe Ie dibawakan juga oleh Bali PuisiMusik.

Bersama kawan-kawan kelompok akustiknya (personalnya bisa berubah jumlah dan orangnya saat “Live”), Tan Lioe Ie pernah pentas di Yogyakarta, Cirebon, Tasikmalaya (dalam rangka peluncuran album Kuda Putih versi akustik), dan di Badan Bahasa (Dulu Pusat Bahasa) Jakarta.

Bersama band Bali PuisiMusik, juga pernah pentas di Jakarta Convention Center, Panggung Kedai Lalang, Jakarta, Festival Seni Surabaya, Pekan Seni dan Budaya Aceh, Temu Sastrawan Indonesia (TSI) di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, TSI di Ternate, dan Maluku Utara.

Tan Lioe Ie ternasuk satu dari sekian seniman Indonesia yang cukup banyak diliput media luar negeri. Bahkan sebuah tulisan di Media Suriname tentangnya, berjudul De Leeuw Van Bali (Singa dari Bali), “julukan” yang membawa nama Bali ini juga disertakan pada cover buku Malam Cahaya Lampion versi Belanda Nach Van De Lampionnen. Tentu saja, pengantarnya atas permintaan penerbitnya serta disetujui Tan Lioe Ie.

Tulisan itu dibuat oleh Cynthia Mc Leod, Sastrawan asal Suriname, putri presiden pertama Suriname. Selain pernah jumpa langsung dengan Tan Lioe Ie di Suriname, ia juga ikut dalam program penulisan cerita yang melibatkan penulis Afrika Selatan, Belanda, Curacao. Tulisan ini dimuat bersambung.

Untuk segala pencapaiannya itulah Tan Lioe Ie diberikan penghargaan Bali Jani Nugraha di bidang sastra, sebagai penyair, oleh Pemerintah Provinsi Bali serangkaian dengan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV, Tahun 2022. [T][Ole/*]

Bali Jani Nugraha 2022 | Mas Ruscitadewi Dalam Dunia Cerita Anak-anak
Bali Jani Nugraha 2022 | Prof. I Nyoman Darma Putra, Juru Kunci Sastra Indonesia di Bali
Bali Jani Nugraha 2022 | Dhenok Kristianti dan Hembusan Napas Bali dalam Puisi-puisinya
Bali Puisi Musik: Yang Kecil di Bumi Dibesarkan di Langit
Tags: Bali Jani NugrahaFestival Seni Bali JaniFestival Seni Bali Jani 2022musik puisimusikalisasi puisiPuisi
Previous Post

Bukan Hanya Hindu (di) Bali: Hindu (di) India Lebih Awal Terbelah Gerakan Sai Baba & Hare Krishna

Next Post

Awata Festival, Membangkitkan Gairah Seni ala Sanggar Seni Suara Mustika

tatkala

tatkala

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

Next Post
Awata Festival, Membangkitkan Gairah Seni ala Sanggar Seni Suara Mustika

Awata Festival, Membangkitkan Gairah Seni ala Sanggar Seni Suara Mustika

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co