Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng kini memiliki gedung hemodialisa. Gedung itu diresmikan Wakil Bupati (Wabup) Buleleng I Nyoman Sutjidra di RSUD Kabupaten Buleleng, Kamis, 21 Juli 2022.
Wabup Sutjidra yang juga seorang dokter menyatakan, dirinya selalu mendukung hal-hal baik dan kemajuan yang dilakukan direksi RSUD Kabupaten Buleleng, terutama untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana yang tersedia.
Apalagi sekarang sudah banyak mahasiswa kedokteran dan residen-residen dokter spesialis yang magang di RSUD Buleleng. “Dan sudah barang tentu sarana dan prasarana harus ditingkatkan lagi. Termasuk juga menyiapkan SDM yang mumpuni. Ini sudah bertahap dilakukan oleh bapak direktur beserta jajarannya,” kata Sutjidra.
Apa itu Hemodialisa?
Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh yang umumnya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal.
Sesungguhnya tubuh manusia mampu mencuci darah secara otomatis, tapi bila terjadi masalah pada ginjal, ginjal akan kehilangan fungsinya. Tentu saja karena ginjal merupakan organ yang berperan vital dalam tubuh, yakni bertanggung jawab untuk penyaringan darah.
Selain membersihkan darah dalam tubuh, ginjal juga membentuk zat-zat yang menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, pada pengidap penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal, organ ini sudah tidak bisa berfungsi dengan baik.
Kondisi inilah yang membuat tubuh membutuhkan proses cuci darah dengan menggunakan bantuan alat medis. Dengan kata lain, dalam kondisi ini, perawatan ini menggantikan peran ginjal ketika organ tersebut sudah tidak mampu bekerja secara efektif.
Hemodialisa di Buleleng
Dengan dibangunnya gedung hemodialisis di RSUD Buleleng, Wabup Nyoman Sutjidra menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh RSUD Buleleng.
Tentu karena gedung ini nantinya akan sangat membantu masyarakat khususnya pasien yang menjalani cuci darah. Sehingga, tidak perlu lagi ke Denpasar untuk mencuci darah. “Jadi banyak pasien gagal ginjal yang tidak perlu lagi ke Denpasar untuk cuci darah. Cukup di Singaraja saja,” kata Wabup Sutjidra.
Direktur RSUD Buleleng Putu Arya Nugraha menyebutkan jumlah tempat tidur untuk cuci darah sebelumnya berjumlah 24. Saat ini, ditambah dua gedung barat dan timur. Sehingga, jumlah tempat tidur menjadi 60. Meningkat hingga dua kali lipat. Ini untuk memotong lamanya tindakan cuci darah yang selama ini hingga malam hari. “Dua gedung ini sudah beroperasi. Namun, baru sekarang bisa diresmikan,” sebutnya.
Ke depan, pengembangan di RSUD Buleleng akan terus dilakukan. Sesuai dengan plot oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUD Buleleng menjadi rumah sakit rujukan regional. Sarana maupun SDM untuk ruangan jantung terpadu kateterisasi sudah disiapkan.
Kemudian, ada stroke center dan satu SDM yang mampu menjalankan intervensi di bidang saraf DSA atau yang popular dengan cuci otak. Tapi, dengan prosedur yang sesuai medis. Ruangan untuk penanganan kanker terpadu sudah bisa disiapkan.
“Hanya saja SDM perlu tambahan. Yaitu ahli kanker di bidang penyakit dalam. Sekarang baru punya ahli kanker di bidang bedah saja. Nanti kedepannya perlu juga ahli kanker di bidang anak dan lainnya. Agar warga Bali Utara ini tidak perlu lagi ke Selatan karena berat sekali untuk pasiennya,” imbuh Arya Nugraha. [T][Ole/*]