1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menarasikan Produk, Menyambung Napas UMKM

JaswantobyJaswanto
May 30, 2022
inKhas
Menarasikan Produk, Menyambung Napas UMKM

Gde Suardana dan Eka Prasetya

Sebagai urat nadi perekonomian nasional, UMKM memang harus menjadi perhatian serius. Mengingat, di Indonesia ini, menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut setidaknya terdapat lebih dari 64 juta unit UMKM yang berkontribusi pada 97% terhadap total tenaga kerja dan 60% PDB nasional.

Jika kita mau menilik sejarah, UMKM di Indonesia juga terbukti sebagai usaha yang punya pijakan kokoh. Menurut LPPI dan Bank Indonesia, ketika terjadi krisis moneter 1998, juga krisis di 2008 dan 2009, sekitar 96% UMKM tetap bertahan dari goncangan krisis. Bandingkan dengan usaha-usaha raksasa yang bertumbangan di sana-sini. UMKM membuktikan bahwa usaha kecil juga bisa bertaji.

Namun, UMKM di Indonesia juga sering menghadapi masalah klasik yang kerap menemukan jalan buntu: pembiayaan. Masalah tak selesai di sana saja. UMKM juga menghadapi peliknya strategi berdaya saing di era industri yang berkembang pesat, juga bagaimana menyiasati perubahan yang terjadi di era digital ini.

Memang, hari ini semua orang memiliki media masing-masing, tapi tak semua orang bisa¾atau mampu¾menjadi pengelola media yang baik. Dengan berkembangnya media digital hari ini, baiknya adalah Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat melakukan promosi sendiri tanpa harus memasang iklan di media besar dan banyak mengeluarkan uang atas itu. Namun sayangnya, tak banyak pelaku UMKM yang bisa menuliskan narasi untuk promosi produknya sendiri.

Oleh sebab itu, pada Minggu, 15 Mei 2022, Tatkala May May May, mengundang dua orang narasumber untuk berbicara banyak mengenai UMKM dengan tema khusus: Belajar Bersama: Menulis Narasi Produk UMKM. Pembicara pertama, seorang jurnalis Radar Bali (Jawa Pos Group) yang banyak menulis narasi UMKM khususnya di Buleleng, Eka Prasetya; dan kedua, Gede Suardana, akademisi, jurnalis, wirausahawan, dan sekarang menjadi seorang pengamat branding usaha. Sementara Kadek Sonia Piscayanti, tuan rumah belajar Komunitas Mahima, menjadi pemandu diskusi dengan durasi hampir dua jam itu. Jelas sudah dapat dibayangkan bagaimana keseruan diskusinya.

Diskusi dibuka oleh Eka Prasetya sebagai pembicara pertama setelah sebelumnya, sebagai moderator, Kadek Sonia memperkenalkan kedua narasumber pada diskusi kali ini. Eka menyembut bahwa Kabupaten Buleleng sudah lama dikenal sebagai sentra UMKM di Bali.

“Dengan potensi 700 ribu penduduknya itu, hampir ada 64 ribu sekian UMKM di Buleleng. Dan sekitar 80% di antaranya adalah produk olahan. Maksudnya yang bergerak di bidang jual makanan, dsb. Sisanya baru produk-produk kreatif seperti patung, tas, dan yang bergerak di bidang jasa,” kata penulis buku kumpulan esai seni budaya Yang Ditonton yang Dicatat itu.

Selama menulis UMKM, Eka banyak menemukan hal menarik salah satunya adalah potensi usaha di desa-desa. Pada saat pandemi covid-19 melanda, menurut pengamatan Eka di lapangan, potensi itu justru muncul.

“Di Desa Panji itu ada usaha dendeng babi asap. Ide usaha ini bermula saat pandemi justru. Jadi ceritanya, pemilik usaha ini korban PHK dan kemudian memutuskan untuk mengikuti pelatihan wirausaha dari desa, sampai ia mendapat akses modal dan pemasaran. Di Padang Bulia ada usaha kopi madu padahal tidak punya kebun kopi.”

Fakta dan Fiksi Tentang Fakta dan Fiksi

Pelaku-pelaku UMKM kebanyakan pada dasarnya berangkat dari bawah sekali. Bukan saja dari nol, bahkan minus barang kali. Banyak pelaku UMKM yang awalnya tak punya akses modal maupun akses pasar. Mereka bergerak mandiri dengan apa yang dimilikinya. Bergerak secara organik, perlahan, hingga tak sedikit yang menjelma menjadi bisnis rasaksa dan menjadi lawan tanding perusahaan-perusahaan besar.

Dari sini penulis percaya dengan salah satu adagium yang sering kali terbukti salah: bigger is better. Ini terjadi pada banyak aspek kehidupan. Apa boleh buat, manusia seringkali terpukau pada sesuatu yang grande, besar. Bahwa yang megah adalah hal baik. Rumah besar dianggap lebih baik ketimbang rumah kecil. Mal besar kerap dianggap sebagai pertanda kemajuan ekonomi. Tentu saja pendapat itu sering didebat, bahkan dalam dunia perekonomian sekali pun.

Sebagai seorang yang belajar ilmu ekonomi, penulis mengingat salah seorang ekonom Inggris-Jerman, E.F Schumacher¾tokoh yang pernah menulis buku penting berjudul Small is Beautiful: A Study of Economics As If People Mattered (1973). Menurut Schumacher, era modern juga membawa dampak negatif dalam bentuk obsesi terhadap apa yang dia sebut sebagai gigantisme. Semua harus besar, barang-barang diproduksi dalam jumlah banyak yang akan berujung pada dehumanisasi. Dengan skala gigantis ini, segala aspek kemanusiaan akan kalah oleh profit dan uang. Teori Schumacher sekarang terasa makin relevan di tengah gegap gempita perusahaan besar, dan memicu perlawanan-perlawanan kecil.

Di sana-sini, seperti yang disampaikan Eka tadi, terjadi banyak geliat dalam bisnis berskala kecil: ekonomi kerakyatan. Makin banyak pengrajin yang berjejaring dengan pengrajin lain dan membentuk pasar sendiri yang loyal. Roti dan makanan artisanal makin dicari. Toko buku dan penerbitan kecil berbasis komunitas tumbuh dan berdaya. Usaha-usaha kecil terus lahir dan amat terbantu oleh kemajuan digital.

“Namun sayang, tak banyak pelaku UMKM (di Buleleng) yang memanfaatkan platform digital sebagai media marketing,” kata Eka.

Ya, seperti yang sudah disampaikan penulis di awal tulisan, bahwa tak banyak pelaku UMKM, bukan saja yang tak memanfaatkan media digital sebagai media marketing, tetapi juga banyak pelaku UMKM yang tak bisa menarasikan produknya dengan baik. Artinya, banyak pelaku UMKM yang mempromosikan produknya dengan cara yang masih konservatif¾dalam kata lain biasa-biasa saja.

Pada kesempatan kali ini, Gede Suardana, menyampaikan banyak hal tentang pengetahuan yang didapatnya selama dua tahun belajar bagaimana membranding produk yang baik. Ia memiliki durasi panjang dalam diskusi kali ini.

Memadupadankan Kehumasan dan Jurnalistik, Memeriksa Hubungan Pemerintah dan Wartawan

Branding sendiri diambil dari kata brand, yakni sebuah identitas diri yang bertujuan untuk membedakan antara manusia, produk, atau tempat satu dengan yang lain. Artinya, ia adalah sebuah kegiatan komunikasi untuk mempertahankan dan memperkuat sebuah brand dengan tujuan memberikan perspektif kepada tiap-tiap orang yang melihatnya. Branding sangat berkaitan erat dengan istilah, tanda, simbol, ciri visual, citra, karakter, perspepsi, kredibilitas, serta kesan di benak pelanggan terhadap produk yang ditawarkan. Kehadiran branding sendiri akan membantu setiap pemilik bisnis untuk bisa lebih berbeda dan menonjol dari para kompetitor.

“Sebelum berbicara tentang narasi produk, pelaku UMKM harus tahu peta marketing terlebih dahulu. Peta marketing itu sudah mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Tetapi ilmu marketing yang lampau kadang masih digunakan sampai hari ini,” kata pemiliki Aple Mart itu.

Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang teori mix 4P (marketing mix teori Prof. Jerome McCarthy, ahli pemasaram Harvard, pada 1960)¾ product (produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi). “Rumus ini digunakan temen-temen UMKM dari dulu sampai sekarang. Bisa, si, cuma tidak relevan dengan prilaku konsumen sekarang. Rumus ini berlaku di era ’60-an yang fokusnya pada produk. Tahun ’80-an eranya sudah berubah, namanya marketing 2.0 dengan rumus 4C¾ customers, cost, convenience dan communication. Fokusnya pada customers.”

Pada era marketing 1.0, fokus pengusaha adalah untuk bisa menjual produk mereka sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan apa yang konsumen butuhkan. Disisi lain, marketing 2.0 lebih fokus pada konsumen. Pada era ini para pengusaha sudah mulai berusaha untuk lebih menyentuh hati konsumen, namun konsumen hanya dinilai sebagai objek pasif.

“Setelah 2.0, kemudian berkembang menjadi 3.0. Tetapi, fokusnya sudah pada identitas konsumen. Pada era itu (3.0) konsumen itu sukanya begini, ‘saya pakai sepatu Nike supaya saya sama dengan Jordan’. Jadi, Jordan itu mewakili identitas konsumen era 3.0. Di era itulah muncul banyak bintang ambasador, bintang iklan bertebaran,” jelas Gede Suardana.

Selanjutnya, pada marketing 3.0, para pengusaha lebih fokus pada manusia. Sehingga para pengusaha tidak hanya fokus memasarkan produknya saja, namun juga fokus dalam hal visi, misi, dan value yang berjalan beriringan bersamaan dengan konsumennya. Namun, para pengusaha mengklaim bahwa model marketing ini masih perlu dikembangkan lagi.

Sedangkan sekarang, menurut Gede Suardana, narasi produk sudah sampai pada narasi “untuk bumi yang lebih baik”. Di botol kemasan air mineral Aqua, misalnya, terdapat narasi “botol ini terbuat dari botol yang telah didaur ulang”.

“Nah, sebelum 2015, masuklah era 4.0.  Tapi fokusnya pada komunal. Jadi brand-brand besar itu mulai membentuk komunal-komunal. Contoh Eiger. Punya komunal para pendaki.”

Dalam peta marketing, hari ini kita sudah sampai pada Mix 4E, yaitu experience (pengalaman), exchange (pertukaran nilai / manfaat), everywhere (di mana-mana), evangelism (persebaran nilai/manfaat).

“Di era sekarang, khususnya anak muda, dialah yang mendistrupsi semua era marketing 1.0 sampai 4.0. Dia nggak peduli lagi dengan tokoh artis di bintang iklan. Perilakunya sudah nggak gitu sekarang,” ucap akademisi yang juga wirausahawan itu. “Konsumen itu sekarang seperti ‘binatang buas’¾kalau dulu kita menganggap konsuman ‘raja’, ya, harus dilayani sebaik-baiknya. Kalau sekarang, konsumen itu seperti ‘binang buas’. Dia datang ke tempat kita, makan, pamer, kalau bagus review mereka bagus; tapi kalau jelek reviewnya, mapuslah kita. Kaum milenial ini, selain bisa menjadi promoters produk kita, sekaligus juga bisa menjadi pembunuh produk kita seketika.”

Pada diskusi kali ini, Dina, pelaku UMKM tas hand made, berkesempatan untuk bertanya soal bagaimana cara menarasikan produk supaya konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan.

Gede Suardana menjawab, “Inilah tantang UMKM kita di Buleleng. Saya punya cita-cita bagaimana teman-teman UMKM (Buleleng) ini, jago dalam membikin copywriting¾atau storytelling produk. Orang itu tidak membeli kualitas sekarang, tapi membeli cerita di balik produk itu. Jadi, walaupun pelaku usaha paham betul akan kualitas produk, tapi dalam narasi produk, ini bukan fokus utama. Kalau dalam penulisan berita itu namanya sudut pandang. Bikinlah narasi-narasi yang fokus kepada prilaku konsumen kita sampai pada seolah mewakili emosinya.”

Diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam ini membuat kita paham bahwa belajar narasi produk memang tak semudah yang dibayangkan. Banyak harga yang harus kita bayar untuk menjadi seorang pelaku usaha yang lihai dalam menarasikan produk. Dengan adanya acara-acara seperti ini, sangat diharapkan mampu menjadi pemantik bagi pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk segera berbenah, sadar akan proses menjadi yang lebih baik. Menjadi pelaku usaha yang bukan hanya berorientasi kepada profit semata, tapi juga berpikir soal benefit. Dengan begitu, UMKM dapt membuktikan bahwa usaha kecil juga bisa bertaji. Sementara itu, dengan belajar menarasikan produk, artinya kita telah berusaha menyambung napas UMKM kita.

Simak video selengkapnya:

Tags: pengusahaTatkala May May May 2022UMKMwirausaha
Previous Post

Berpadunya Narasi Ibu dan Spiritual dalam Pentas Sastra Daerah “I Jaum” di Desa Pedawa

Next Post

Dogtooth (2009): Abnormalitas yang Menegaskan Jati Diri Sinema-Sinema Yorgos Lanthimos

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Dogtooth (2009): Abnormalitas yang Menegaskan Jati Diri Sinema-Sinema Yorgos Lanthimos

Dogtooth (2009): Abnormalitas yang Menegaskan Jati Diri Sinema-Sinema Yorgos Lanthimos

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co