10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Klumpu, “Banjar Dokter” di Nusa Penida

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
April 20, 2022
inEsai
Klumpu, “Banjar Dokter” di Nusa Penida

Upacara Adat dan Tapal Batas Tua Desa Klumpu. | Sumber: Arsip Banjar Klumpu

Apa yang paling identik dari Banjar Klumpu di Desa Klumpu, Nusa Penida (NP), Klungkung Bali? Orang mungkin akan sepakat memberi ikon Klumpu sebagai “Banjar Dokter”.

Tentu saja ada dasarnya.  Dasarnya ialah catatan kuantitatif. Hingga kini, menurut Kades Klumpu, Ketut Biasa, ada 7 orang warganya yang tercatat sebagai dokter. Data ini diambil hanya dari catatan fisik KTP. Jika ditelusuri lebih detail, sesungguhnya ada sekitar 17 warga asli dari Desa Klumpu yang menjadi dokter—termasuk yang terhitung bekerja di luar area NP.

Angka 17 ini merupakan data sinkronisasi antara data yang diberikan Kades Klumpu dengan keterangan teman saya, yang wilayahnya menjadi pusat penghasil dokter di NP yaitu Banjar Klumpu.

Menurut sang teman, di Banjar Klumpu Kangin dan Klumpu Kauh, ada sebanyak 16 orang dokter. Dari 16 orang ini, hanya tercatat 3 orang bekerja sebagai dokter di NP. Yakni, satu sebagai dokter umum di puskesmas 1 NP. Satu lagi sebagai dokter umum di puskesmas 3 NP. Ditambah satu dokter gigi yang dinas di puskesmas 3 NP.

Sementara itu, 10 orang merupakan dokter spesialis mulai dari spesialis bedah tulang, bedah umum, spesialis kandungan, anastesi, dan bedah digestive. Kesepuluh dokter spesialis ini tersebar di daerah Jawa (bedah tulang), Bali daratan dan Sumbawa (bedah umum, kini jadi dirut). Sisanya, 3 orang masih sedang studi lanjut menempuh pendidikan dokter spesialis.

Kriya Nusa Penida: Produk Seni Berkualitas Tinggi, Magis dan Sakral

Menurut Ketut Biasa, hanya ada satu dokter yang berasal dari luar Banjar Klumpu. “Ada 7. Semua dokter berasal dari Banjar Klumpu, kecuali dokter hewan, berasal dari Banjar Tiagan,” terangnya via HP.  Hal ini berarti, ada kemungkinan kekurangvalidan pencatatan terhadap 3 dokter di kantor desa dan perlu dikroscek kebaruannya.

Jika dipresentasekan, ada kurang lebih 2,7 % penduduk Banjar Klumpu berprofesi sebagai dokter dari total intern dua banjar ini. Menurut I Gede Darpana, Kelian Pura Dalem Banjar Klumpu, total KK Banjar Klumpu Kauh dan Kangin mencapai 146 KK per tahun 2022. Kasarnya, gabungan jumlah warga dua banjar ini kurang lebih mencapai 584 jiwa. Dua koma tujuh persen dari 584 orang ialah 16 orang.

Bagaimana dengan persentase desa? Berdasarkan data website resmi Desa Klumpu, per tahun 2018, jumlah penduduk Desa Klumpu mencapai 4.648 jiwa. Persentase penduduk Desa Klumpu menjadi dokter kurang lebih 0,37 persen. Jumlah 4.648 jiwa dari 0,37 % yakni 17 jiwa.

Jumlah data ini cenderung akan mengalami dinamika, karena ada beberapa orang mahasiswa dari Banjar Klumpu sedang menempuh kedokteran umum di beberapa universitas. Lebih lanjut, teman yang tidak mau disebutkan namanya ini, yang sekarang bekerja sebagai tenaga medis (kemoterapi) di Rumah Sakit Sanglah menyebutkan bahwa dirinya optimis bahwa Banjar Klumpu (Kangin-Kauh) akan tetap menjadi penghasil dokter andal, paling dominan dan tak akan kehabisan regenerasi di NP.

Banjar Klumpu memang ikonik dengan image dokter sejak dulu, sejak saya masih kanak-kanak. Banjar ini terkenal sebagai pencetak dokter tidak hanya di Desa Klumpu tetapi di seluruh Kepulauan NP. Hal ini bukan berarti desa-desa lain di NP tidak melahirkan dokter. Ada. Akan tetapi, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Keindahan Lain di Nusa Penida: Toya Pakeh, Satu Desa Penduduknya Muslim

Desa Klumpu terdiri atas 16 Banjar. Namun, dari 16 banjar ini, Banjar Klumpu-lah yang paling konsisten melahirkan kandidat dan dokter secara berkelanjutan. Banjar Klumpu dibagi menjadi dua yaitu Banjar Klumpu Kangin dan Banjar Klumpu Kauh. Kedua banjar ini berperan signifikan dalam mendongkrak pamor desa hingga mencapai image sebagai “desa penghasil dokter”

Jika ditelusuri lebih spesifik, regenerasi dokter lahir secara konsisten terutama dari keluarga dokter. Bermula dari bapak atau ibunya seorang dokter, kemudian menurun kepada si buah hati. Peluang turunnya sangat besar sehingga ada keluarga yang menyandang predikat keluarga dokter, karena semuanya menjadi dokter.

Sisanya, lahir dari keluarga bukan dokter, misalnya pengusaha, dosen dan lain sebagainya. Mereka yang bukan keluarga dokter juga termotivasi menyekolahkan anaknya pada jurusan kedokteran. Keputusan ini mungkin didorong oleh rasa jengah dan kesadaran diri. Mereka jengah, karena jurusan kedokteran dianggap memiliki prestise di mata masyarakat. Karena itu, mereka hendak menaruh kehormatan keluarga pada citra kedokteran tersebut.

Selain itu, keluarga bukan dokter juga sadar bahwa anaknya memiliki kemampuan inteligensi di atas rata-rata. Kemudian, modal inteligensi ini didukung oleh kemampuan ekonomi keluarga. Keluarga tersebut sadar bahwa mereka memiliki ekonomi yang mumpuni. Kuat dan stabil. Karena kemampuan ekonomi, kata banyak orang, merupakan nyawa dari jurusan kedokteran.

Pasek Nurhyang, Alumni SMAN Bali Mandara: Kecilnya Kerja Bikin “Payas Penjor”, Kini Dokter Muda

Saya tidak habis pikir mengapa masyarakat Banjar Klumpu Kangin atau Klumpu Kauh sangat memfavoritkan jurusan kedokteran? Saya menyebutnya dengan (maaf) jurusan “rambut sedana”. Jurusan yang membutuhkan harta berlimpah. Apakah masyarakat Banjar Klumpu orang kaya-raya sejak zaman dulu?

Dari mana datangnya keuangan yang kuat pada zaman dulu? Padahal, mayoritas masyarakat Banjar Klumpu (dulu) bekerja sebagai petani (peladang, peternak sapi, ayam dan peternak babi). Apa mungkin mereka memiliki stok warisan harta karun (emas/ perak) yang berlimpah? Atau ada sumber dana lain yang berlimpah untuk menyokong pendanaan kuliah sang anak?

Masalah keuangan tersebut tentu sangat rahasia sifatnya. Saya tidak mendapatkan data intens tentang masalah keuangan tersebut. Namun, masalah inteligensi pelajar dari Banjar Klumpu sangat terkenal dari zaman dulu. Asal menyebut orang dari Klumpu, pikiran orang langsung terbayang “pintar”. Mungkin, awalnya pelajar-pelajar asal Klumpu dulu yang sekolah di pesisir NP atau Bali daratan memang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata. 

Mindset Kolektif Pro Pendidikan

Para pelajar dari Banjar Klumpu terkenal tekun, rajin dan ulet dalam belajar. Karakter pembelajar ini dibangun dari diri sendiri dan iklim lingkungan masyarakat. Jadi, tidak mengherankan jika pelajar dari Banjar Klumpu memiliki mental kompetisi yang unggul dalam dunia per-akademik-an.

Tidak hanya itu, Banjar Klumpu bisa disebut sebagai model masyarakat intelektual sejak dulu. Pasalnya, masyarakat Banjar Klumpu memiliki kesadaran mengenyam pendidikan tinggi sejak zaman bahula. Artinya, ketika banjar lain baru memiliki kesadaran pendidikan satu dua tiga, Banjar Klumpu sudah hampir merata atau lebih masif.

Kesadaran tentang pendidikan tinggi ini setidaknya dipengaruhi oleh lingkungan dan mindset kolektif. Konon, ada mindset masyarakat Banjar Klumpu yang pro terhadap pendidikan tinggi. Kabarnya, masyarakat Banjar Klumpu tidak terlalu egois untuk menonjolkan kekayaan atau mengejar “cap” orang kaya (miliader). Yang penting cukup penghasilan untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya. Kehormatan kekayaan terletak pada kesuksesan keluarga menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Itulah standar prestise dan kebanggaan masyarakat Banjar Klumpu yang masih dipelihara hingga sekarang.

Jalan Berliku Menjadi Dokter | SMA Jual Canang, Indekos dengan Tempe dan Saur

Faktor inteligensi dan mindset pro pendidikan menyebabkan Banjar Klumpu menjadi banjar terdepan tidak hanya dalam hal meraih pendidikan tinggi, tetapi dalam memilih jurusan bergengsi yaitu kedokteran. Jurusan yang fitrahnya mengandalkan kemampuan akademik atau inteligensi. Karena itu, Banjar Klumpu sukses melahirkan dokter-dokter andal sejak dulu.

Saya salut dengan keluarga pioner yang melahirkan dokter itu. Pasalnya, masyarakat Banjar Klumpu (zaman dulu) bekerja sebagai petani tulen. Akan tetapi, petani yang sangat ulet. Entah seberapa intensitas uletnya. Yang jelas, saya jarang mendengar ada masyarakat Banjar Klumpu sampai menjual tanah untuk menyekolahkan anak-anaknya. Mungkin ada rahasia managemen keuangan keluarga yang begitu apik dan sulit didedah ke permukaan. Hanya masyarakat Banjar Klumpu yang persis tahu.

Dari selentingan isu yang beredar, konon beberapa masyarakat Banjar Klumpu menerapkan spirit kolaboratif atau gotong-royong soal biaya pendidikan. Satu anak ditopang oleh beberapa orang. Anggota kolaboratif ini biasanya masih memiliki hubungan pertalian darah yang sangat dekat. Misalnya, saudara kandung, paman, dan lain sebagainya.

Sistem kolaboratif ini tidak hanya menguatkan pondasi keuangan atau dana pendidikan menjadi lebih kuat—tetapi berdampak pula pada sektor rasa kemanusiaan. Muncul rasa tanggung jawab yang lebih tinggi dari pihak yang menempuh pendidikan. Mereka akan berusaha keras menyelesaikan pendidikan dengan prestasi optimal. Mereka menjadi malu jika mendapatkan prestasi akademik yang kurang, apalagi sampai gagal atau DO (drop out) ketika menjalani kuliah.

Sistem kolaboratif juga menciptakan memori jasa. Pihak yang sudah sukses, tentu terikat rasa balas budi. Setelah meraih pendidikan tinggi dan sukses secara material, pihak yang ditopang mau tidak mau akan mensupport pendanaan pendidikan anggota kolaboratif lainnya.

Apakah sistem kolaborasi ini masih terjaga hingga sekarang di Banjar Klumpu? Entahlah. Yang jelas keluarga dokter isunya tetap kuat menjunjung spirit gotong-royong dalam membiayai kuliah kedokteran anggota keluarganya. Setidaknya, spirit gotong-royong ini diimplementasikan di tingkat keluarga. Misalnya, sang kakak yang sudah sukses menjadi dokter juga ikut menopang biaya kuliah adik-adiknya. Spirit kolaboraif ini menyebabkan trah dokter dari keluarga dokter di Banjar Klumpu tidak pernah putus.

Ada saja estafet dokter di Banjar Klumpu. Estafet sudah pasti diisi oleh keluarga dokter dan termasuk keluarga bukan dokter. Hal ini menyebabkan data masyarakat yang menekuni profesi dokter jumlahnya signifikan. Angka 2,7 % dari total warga Banjar Klumpu dan 0,37 % dari total warga Desa Klumpu merupakan angka yang penting bagi sebuah desa di Kepulauan NP. Angka ini dipastikan akan mengalami dinamika mengingat bahwa masih ada beberapa calon dokter dari Banjar Klumpu sedang menempuh pendidikan kedokteran.

Cerita-cerita Ringan Dokter (1): Tarif Praktek

Meskipun mencetak puluhan dokter, para dokter dari Banjar Klumpu ini lebih memilih berkarier di luar Nusa Penida. Entah apa yang mendasarinya. Pertama, bisa jadi alasan keterbatasan lapangan pekerjaan. Sebagai distrik kecamatan, Kepulauan Nusa Penida memang agak sulit memberikan ruang berkarier dari para dokter. Sama halnya dengan daerah lain, Kecamatan Nusa Penida hanya bisa menyediakan puskesmas. Ya, bisa ditebak berapa jumlah formasi dokter di puskesmas.

Beberapa tahun lalu, berdiri rumah sakit pratama yang kini sudah berstatus sebagai RSUD Gema Santi Nusa Penida. Sebagai rumah sakit rintisan, rumah sakit ini juga belum bisa menyerap tenaga dokter dengan optimal. 

Alasan kedua, mungkin terkait dengan kesejahteraan (penghasilan). Menjadi dokter di daerah perkotaan, ruang geraknya jelas lebih leluasa. Para dokter (apalagi dokter spesialis) bisa bekerja di beberapa rumah sakit. Di tambah lagi, bisa membuka praktik pribadi dengan nominal standar ekonomi orang perkotaan.

Karena itu, sangat sedikit dokter asal Banjar Klumpu bekerja di NP. Paling banyak di Bali daratan dan sedikit di luar Bali (Jawa dan Sumbawa). Karena itu, beberapa dokter rumah sakit di Bali daratan biasanya diisi oleh formasi dokter dari Banjar Klumpu. Jadi, jangan heran, jika suatu saat bertemu dengan beberapa dokter dari NP—lalu mereka mengatakan dirinya dari Banjar Klumpu, Desa Klumpu, Kecamatan NP.

Sebaliknya, di Kepulauan NP keberadaan dokter justru minim. Apalagi dokter spesialis, sangat minim. Karena itu, hingga sekarang pun problematika dokter di NP masih rumit, terutama dokter spesialis. Lowongan dokter spesialis (PNS) di NP masih sangat sepi peminatnya. RUSD Gema Santi Nusa Penida mungkin sudah merasakannya.

Jadi, Banjar Klumpu bisa akan terus menghasilkan dokter secara kontinyu, meski hal itu tak berhubungan langsung dengan jumlah dokter yang bertugas di daerah NP. Ya, karena menjadi dokter itu adalah pilihan. Bekerja di mana saja juga pilihan. Jika suatu saat pemerintah (berwenang) membuat kebijakan untuk menarik tenaga lokal bekerja di NP, mungkin sebuah pilihan—walaupun mungkin agak sulit diwujudkan. Tidak apa-apa. Yang penting, jangan sampai masyarakat Banjar Klumpu “kehilangan daya favorit” untuk memilih jurusan kedokteran. [T]

Tags: Desa Klumpudokterdokter spesialisKlungkungNusa PenidaPendidikan
Previous Post

Dicari, Jegeg Bagus Karangasem 2022 | Daftar dan Jadilah Kabanggaan Karangasem

Next Post

Memotret Gandrung, Mengabadikan Tari Sakral Penangkal “Grubug” di Desa Suter

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Memotret Gandrung, Mengabadikan Tari Sakral Penangkal “Grubug” di Desa Suter

Memotret Gandrung, Mengabadikan Tari Sakral Penangkal “Grubug” di Desa Suter

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co