Pada tahun 2022, tepatnya 30 Maret, Kota Singaraja memasuki usianya yang ke-418 tahun. Sebuah usia yang sangat matang. Matangnya usia Kota Singaraja, dibuktikan dengan laju pembangunan yang berjalan dengan baik.
Meskipun terhambat atas dampak pandemi covid-19, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng tetap mampu menjalankan pembangunan-pembangunan yang telah direncanakan. Semuanya berkat koordinasi yang harmonis dan kerja keras semua pihak serta pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan.
Menurut Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana Suradnyana momentum HUT ke-418, prioritas yang utama adalah menjaga kota menjadi lebih bersih. “Menjaga bangunan-bangunan bersejarah. Sehingga bisa menjadi salah satu atraksi kebudayaan kedepannya,”ucapnya
Suradnyana menyadari bahwa masyarakat Kabupaten Buleleng menginginkan pariwisata lebih berkembang. Namun, dengan rencana pembangunan bandara yang masih diupayakan, alternatif lain coba dijalankan.
“Sambil menunggu, saya coba cari titik-titik yang bisa menunjang pembangunan. Orang melirik lingkungan dan sebagai destinasi di Buleleng. Maka dari itu mari kita jaga. Jangan dirusak. Malah kita dorong terus agar lebih baik lagi,” tegasnya.
Atas komitmennya, dengan bangga, Pemkab Buleleng terus menjalankan laju pembangunan. Selain terus mendorong pembangunan di bidang pendidikan, teknologi dan komunikasi, revitalisasi pasar, pembangunan di bidang pertanian dan irigasi, Pemkab Buleleng juga melakukan pembangunan yang menunjang pariwisata, lingkungan, dan kebudayaan. Seperti Rumah Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno, pembangunan infrastruktur seperti jembatan-jembatan, dan penguatan pelayanan kesehatan seperti ruang hemodialisa baru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng.
Seluruhnya menunjukkan komitmen Pemkab Buleleng untuk terus melakukan pembangunan berkelanjutan yang berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dengan tidak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno
Duet kepemimpinan Putu Agus Suradnyana dan I Nyoman Sutjidra selalu berkomitmen akan pembangunan yang berkelanjutan. Komitmen pasangan pimpinan daerah Kabupaten Buleleng ini telah meraih banyak pengakuan dan penghargaan atas keseriusannya yang selalu menyeimbangkan pelestarian lingkungan dalam pembangunan.
Buktinya, hingga 2021, Buleleng tiga kali meraih Green Leadership Nirwasita Tantra. Penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diberikan kepada kepala daerah atas kepemimpinannya dalam merumuskan dan menerapkan kebijakan dan/atau program kerja sesuai dengan prinsip metodologi pembangunan berkelanjutan. Wujud nyata atas komitmen menjaga keharmonisan pembangunan dan kelestarian lingkungan ialah dibangunnya RTH Bung Karno.
Dimulai sejak 2017, pengerjaan proyek RTH Bung Karno memasuki tahap penyelesaian pada tahun 2021. Dengan pembiayaan total sebesar 32,76 Miliar dan tahap penyelesaian akhir selama tujuh bulan. RTH Bung Karno yang berlokasi di Kelurahan/Kecamatan Sukasada ini akhirnya rampung pada 27 Oktober 2021. Kemudian, diserahterimakan dari pelaksana ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng pada 6 Desember 2021.
RTH Bung Karno memiliki ikon patung Bung Karno setinggi delapan meter. Terpasang di atas pedestal setinggi enam meter yang berhiaskan relief berbahan perunggu. Relief tersebut menceritakan kisah cinta orang tua Bung Karno yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ni Nyoman Rai Srimben. Patung Bung Karno di RTH ini dibuat dengan posisi tangan kanan menunjuk ke depan dan tangan kiri memegang tongkat. Dipasang menghadap timur untuk menggambarkan julukan Soekarno sebagai Sang Fajar dari Timur.
Selain itu, RTH Taman Bung Karno juga dilengkapi dengan panggung terbuka yang luas berisikan patung Singa Ambara Raja dan ukiran khas Buleleng. Di bagian tenggara RTH Taman Bung Karno ada wantilan yang akan digunakan sebagai museum mini untuk memamerkan barang-barang yang berkaitan dengan Bung Karno. Didalamnya juga akan ditempatkan patung Bung Karno sungkem kepada Nyoman Rai Srimben, sang Ibunda yang merupakan perempuan asli Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng.
Selain dihiasi dengan estetika bersejarah, RTH Bung Karno juga dilengkapi dengan air terjun menari warna warni yang menyegarkan bagi pengunjung yang datang. Lebih besar lagi, RTH Taman Bung Karno ini dipersiapkan sebagai salah satu Daya Tarik Wisata (DTW) Sejarah Nasional.
Pembangunan Tiga Jembatan
Selain pembangunan yang bersifat monumental, pembangunan infrastruktur juga diperhitungkan dengan cermat. Pemkab Buleleng membangun tiga ruas jembatan untuk memperlancar dan membuat lebih nyaman mobilitas masyarakat Buleleng. Tiga Jembatan yakni Jembatan Tukad Buleleng, Jembatan Tukad Pangkung, dan Jembatan Daya.
Ketiga jembatan ini meliputi jembatan Tukad Buleleng tepatnya di ruas jalan ke Bakung dengan panjang 40 meter, Tukad Pangkung Dalem di ruas jalan Gitgit-Wanagiri dengan panjang 40 meter dan Jembatan Tukad Daya di Bungkulan dengan panjang 21 meter.
Menurut Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Buleleng Ketut Budiyasa, pembangunan ketiga jembatan tersebut dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp. 14,2 Miliar. Jembatan diharapkan akan rampung segera menjadi infrastruktur yang kokoh. Dengan demikian, masyarakat umum bisa menikmati fasilitas ini dengan aman dan nyaman.
Ruangan Hemodialisa Baru RSUD Buleleng
Pembangunan tidak berhenti pada RTH monumental dan infrastruktur yang mempermudah mobilitas masyarakat. Fasilitas kesehatan pun diperbaiki untuk memberikan pelayanan lebih baik untuk masyarakat Kabupaten Buleleng. Tahun ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui RSUD Kabupaten Buleleng menambah kapasitas ruangan hemodialisa atau ruang cuci darah.
Sebagai rumah sakit tipe B, RSUD Buleleng menerima pasien dengan sistem rujukan berjenjang yang saat ini diberlakukan. Namun, salah satu layanan yang tidak termasuk dalam sistem tersebut adalah layanan hemodialisa atau cuci darah. Sebelumnya, RSUD Buleleng hanya memiliki kurang lebih 25 tempat tidur.
Dengan rata-rata jumlah tindakan 50 hingga 70 per harinya. Menurut Direktur RSUD Buleleng dr. Putu Arya Nugraha, layanan yang demikian sejatinya tidak direkomendasikan. “Karena pasien banyak kita sampai tiga shift. Pelayanan demikian sebenarnya tidak direkomendasikan. Selain pasien tidak nyaman, tenaga Kesehatan (nakes) juga rawan kelelahan. Oleh karena itu, kapasitas hemodialisa kini ditambah,” ucapnya.
Dengan pembangunan ruang hemodialisa ini, RSUD Kabupaten Buleleng akan menambah kapasitas hingga dua kali lipat. Akan ada dua gedung yang masing-masing berkapasitas 30 tempat tidur. Sehingga total ada 60 tempat tidur. Setiap alat idealnya bisa digunakan untuk dua kali tindakan dalam sehari. Dengan begitu, maksimal 120 pasien gagal ginjal berat yang bisa ditangani setiap harinya. Pasien akan lebih nyaman dan tenaga kesehatan tidak kewalahan.
Semuanya akan dilakukan bertahap. Saat ini, satu gedung sudah beroperasi. Pada 1 April 2022 mendatang, akan ada tambahan 16 alat. Secara bertahap, dalam tahun ini 60 tempat tidur dan alat akan bisa dioperasikan. Hal ini merupakan upaya nyata Pemkab Buleleng melalui RSUD Kabupaten Buleleng untuk meningkatkan kualitas secara umum. Khususnya kapasitas pasien hemodialisa yang mampu ditangani. Seluruhnya adalah upaya memberikan layanan kesehatan lebih baik kepada masyarakat.[T][*]