11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Nerang” dan “Laser Pemecah Awan”

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
March 21, 2022
inEsai
Hal-hal Lucu Saat Wabah Covid-19

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya, memakai helm proyek, kedua tangannya menggenggam bejana kuningan, batang pemukul dan segenggam dupa, melintasi sirkuit di depan tribun utama. Di bawah hujan yang masih mengguyur, ia melangkah dengan penuh keyakinan sembari melakukan sebuah gerakan metodis.

Setiap mata, sesaat berhenti mengedip menyaksikan peristiwa unik dalam perhelatan balapan motor internasional yang sangat modern di sirkuit Mandalika, Lombok Tengah tadi sore. Rasanya dalam sejarah balapan Moto GP (Grad Prix Motorcycle Racing), baru kali ini terjadi peristiwa perpaduan tradisi lokal yang begitu tua dengan turnamen olahraga otomotif yang sangat modern, yang sedemikian ramai terekspos media.

Era digital media sosial dan jurnalisme warga begitu terasa dampaknya bukan hanya dalam hal kemudahan akses informasi untuk masyarakat, namun juga variasi berita yang begitu kaya dan berwarna. Sebelum era digital saat ini, dalam budaya masyarakat Bali, tradisi nerang atau menangkal hujan oleh seorang pawang hujan, dilakukan  dengan “bersembunyi” di belakang layar.

Saya meyakini, karena hal-hal yang bersifat kebathinan atau “kesaktian” itu tidak perlu dipamerkan. Namun zaman telah berubah, ritual memindahkan awan, yang merupakan cara untuk menangkal hujan, kini dilakukan secara terbuka dan menjadi viral. Kita yakin, itu bukanlah hal yang salah atau sebuah kesombongan, namun lebih dipengaruhi oleh perubahan zaman belaka. Bahkan kita melihatnya bahwa pawang hujan saat ini lebih fair dan berani karena, baik jika berhasil maupun gagal semua orang akan mengetahuinya.

Maka peristiwa unik itu telah memecah rasa jenuh dan tegang bukan hanya untuk para biker yang tertunda palagannya akibat hujan yang nakal, juga bagi kita semua rakyat Indonesia yang was-was. Pagelaran prestisius ini telah menyejajarkan bangsa kita dalam satu garis kecemerlangan dengan bangsa-bangsa maju. Dan meski cuaca atau hujan bukanlah sebuah human error, namun kita sangat menyesal jika race batal atau ditunda karena sirkuit becek, sungguh sayang sekali.

Kehujanan Gara-Gara Pawang Hujan – Cerita Konyol Penuh Amanat

Sang pawang hujan pun telah mencuri perhatian dunia dengan aksinya. Sejumlah pebalap dan timnya tersenyum riang menyaksikan peristiwa langka tersebut. Bahkan Fabio Quartararo, pebalap Yamaha itu, berusaha meniru gaya pawang hujan dari paddock-nya sambil tertawa gembira.

Kita yang terus berharap hujan segera reda seakan-akan hati kita telah bersatu dengan sang pawang, meskipun sebelumnya mungkin bersikap apriori dengan ritual ini. Tentu saja generasi yang milenial dan scientific tak lagi akrab dengan tradisi yang terkesan spekulatif ini.

Namun realitanya, ritual menangkal hujan tetap berkelindan dalam budaya masyarakat kita hingga kini. Secara pribadi, mendiang kakek saya sendiri adalah salah seorang pawang hujan terpandang dan disegani di desa saya. Bahkan almarhum, memiliki tak sedikit murid yang ikut belajar menjadi pawang hujan. Namun, betulkah ritual memindahkan awan ini spekulatif?

Secara matematis, jika ada dua kemungkinan, sukses atau gagal, maka peluang sukses tentu akan selalu 50%. Jika ini disebut spekulatif, ya boleh saja. Kita memang harus akui, metode mengusir awan dengan energi supra natural itu tidak akan pernah dapat dikaji secara ilmiah dan belum pernah ada riset terkait tingkat keberhasilannya.

Maka pada titik ini, nuansa spekulatif dapat dimaklumi. Para pawang hujan pun tak pernah meminta untuk diakui oleh masyarakat ilmiah, karena dasarnya adalah keyakinan, menyerupai keyakinan terhadap agama.

Raja Fiktif di Dunia Kedokteran

Dalam filsafat masyarakat Bali, ritual ini didasarkan pada konsep Dasa Aksara, huruf suci yang mengaitkan energi personal dengan energi alam. Mantra-mantra suci akan menghantarkan harapan-harapan kerendahan hati kita kepada energi yang maha agung di dalam alam semesta untuk diberikan hari yang cerah dan terang.

Saya sering bertanya-tanya, apakah yang akan terjadi misalnya pada saat yang sama ada pawang lain yang memohon sebaliknya, yaitu hujan deras? Tidakkah ada kemungkinan, di sirkuit internasional Pertamina Mandalika ada pawang yang bersembunyi dan meminta hujan? Bukankah, sejak pagi cuaca cukup cerah dan bahkan sangat panas, namun  hujan tiba-tiba tumpah ketika race utama akan dimulai? Maka sebuah spekulasi akan selalu diikuti oleh hantaman-hantaman spekulasi yang lain.

Bahkan sebagai generasi modern pun kita masih sering keliru terhadap realitas. Masih banyak yang salah tentang “sinar laser” pemecah awan. Lampu sorot yang sinarnya di arahkan ke angkasa tersebut bukanlah sinar laser. Itu sebetulnya lampu sorot biasa yang digunakan sebagai petanda bahwa dari sumber sinar tersebut ada sebuah kegiatan dan cahaya yang dihasilkannya diharapkan menarik perhatian warga untuk menghadirinya. Sementara sinar laser merupakan sinar khusus yang penggunaannya diatur sangat ketat, terutama di bidang medis maupun industri mengingat efek samping yang bisa diakibatkannya. Dan lampu sorot tersebut pun tidak mempunyai kemampuan untuk memecah awan, baik karena keterbatasan kekuatan suhunya maupun jarak awan yang terlampau jauh tinggi.

Bermain-main Dengan Tuhan Dalam Angka-angka

Hal yang secara ilmiah memang terbukti dapat mencegah hujan di suatu lokasi adalah, dengan menaburkan butiran halus garam dalam jumlah yang besar. Garam atau zat dengan rumus kimia NaCl tersebut merupakan material hidrofilik yang dapat mempercepat kondensasi titik-titik air dalam awan sehingga lebih cepat menjadi hujan agar tidak jatuh di lokasi yang diharapkan cerah. Inilah yang dikenal sebagai rekayasa hujan, karena awan dapat dihentikan, di atas laut misalnya dan turun sebagai hujan di sana.

Hal ini sebetulnya sudah dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan seri Moto GP ke-2 tahun ini di sirkuit Mandalika. Beberapa pesawat Cesna TNI AU telah menaburkan garam sekitar 3 ton pada awan yang diperkirakan menuju desa Kuta. Namun pada detik-detik start akan dimulai, hujan justru tetap mengguyur begitu deras di sana.

Dalam kegalauan semua pihak, tiba-tiba seorang wanita paruh baya, memakai helm proyek, kedua tangannya menggenggam bejana kuningan, batang pemukul dan segenggam dupa, melintasi sirkuit di depan tribun utama. Di bawah hujan yang masih mengguyur, ia melangkah dengan penuh keyakinan sembari melakukan sebuah gerakan metodis. Beberapa saat kemudian, ajaib, hujan pun reda dan adu kebut para pebalap kelas dunia memuaskan hati seluruh bangsa dan penggemar Moto GP di seantero dunia. [T]

Tags: filsafat baliMotoGP Mandalikapawang hujan
Previous Post

Percakapan Tengah Malam

Next Post

Malam Purnama, Dadong Brayut dan Kalarau di Nusa Penida

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Malam Purnama, Dadong Brayut dan Kalarau di Nusa Penida

Malam Purnama, Dadong Brayut dan Kalarau di Nusa Penida

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co