Pemerintah Desa Tembok di Kecamatan Tejakula, Buleleng, punya cara sendiri agar warga rajin mengumpulkan sampah dan menabungnya di bank sampah. Siswa SMP yang menjadi nasabah di bank sampah mendapatkan pelayanan gratis antar jemput ke sekolah dengan angkutan milik desa. Nasabah yang sakit bisa berobat secara gratis di pos kesehatan desa (poskesdes).
Apakah angkutan gratis untuk anak SMP itu penting? Ya, penting sekali. Anak-anak SMP di Desa Tembok bersekolah di SMPN 2 Tejakula. Jaraknya cukup jauh.
Karena jarak sekolah yang jauh, anak-anak SMP di Desa Tembok pun bersekolah dengan mengendarai sepeda motor. Padahal anak seusia SMP belum diizinkan mengendarai sepeda motor karena belum bisa mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM).
Tapi, mau bagaimana lagi. Mereka terpaksa naik motor sendiri karena orang tua mereka sibuk bekerja sehingga tak bisa mengantarkannya. Memang ada angkutan umum, namun anak-anak biasanya tak mau naik angkutan umum, salah satu alasannya malu karena teman-teman mereka sebagian besar mengendarai motor.
Selain biaya yang tinggi, misalnya untuk beli motor, beli bensin setiap hari dan perawatan, naik motor bagi anak SMP di jalan raya Singaraja-Amlapura cukup berbahaya. Apalagi jalur itu merupakan jalur umum yang banyak dilewati truk pengangkut pasir. Nah, dengan adanya angkutan sekolah yang dikelola pemerintah desa, maka biaya yang dikeluarkan orang tua bisa ditekan.
“Tak perlu membeli atau mencicil sepeda motor baru dan tak perlu membeli bensin setiap hari,” kata Perbekel/Kepala Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara.
Sampai hari ini total siswa yang menjadi peserta angkutan gratis sebanyak 74 siswa .
Bonus lain bagi nasabah bank sampah di Desa Tembok adalah pengobatan gratis di poskesdes bagi nasabah yang sakit. Poskesdes itu sendiri merupakan hasil dari inovasi yang dilakukan Perbekel/Kepala Desa Tembok Dewa Komang Yudi Astara.
Dengan bonus seperti itu, kesadaran warga untuk mengumpulkan dan menabung sampah menjadi makin tumbuh, dan terus tumbuh di Desa Tembok.
***
Selasa, 15 Maret saya sempat “berwisata sampah” ke Desa Tembok. Ya berwisata, karena salah satu ciri orang berwisata adalah riang gembira. Dan, saya sungguh merasa riang dan gembira di Desa Tembok.
Tepat siang pukul; 13.00 saya lewat di Dusun Bulakang, salah satu dusun di Desa Tembok. Kebetulan di Dusn Bulakan waktu itu adalah jadwal pengambilan sampah dari bank sampah.
Tampak warga seperti berwisata. Duduk manis di tepi jalan, menunggu sampahnya ditimbang, di angkut, dan tentunya masuk dalam buku tabungan. Tabungan bank sampah ini bisa dicairkan kapan saja.
Kegiatan persampahan ini diinisiasi oleh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu ( TPST) Desa Tembok Kedas Mesari di bawah unit pengelolaan sampah Bumdesa Giri Arta Desa Tembok.
“Nama Kedas Mesari pun sangat diharapkan menjadi penyemangat dalam pengelolaan sampah di desa itu. Dimana ‘kedas’ dalam bahasa Indonesia artinya bersih dan ‘mesari’ bisa diartikan mendapatkan rejeki.” Begitu kata Ketua Bumdesa Tembok Dewa Willy Asmawan.
Menurut Willy Asmawan, TPST ini dibentuk tahun 2015 dengan berbagai tantangan. Bank sampah “Kedas mesari” sendiri dibuat tahun 2020. “Semenjak berdirinya, aplikasi digital dari bank sampah ini disupport penuh oleh Griya Luhu,” kata Dewa Willy, lelaki 33 tahun itu.
Berbagai inovasi
Sampai saat ini jumlah nasabah bank sampah sudah 936 KK. Ini tersebar di 6 banjar dinas di Desa Tembok. Jumlah itu bisa disebut lumayan dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan di Desa Tembok, yakni 2335 KK. Apalagi, dalam satu rumah banyak yang memiliki KK berbeda, tetapi masuk satu KK di data bank sampah.
Manfaat menjadi anggota bank sampah juga sangat menarik dan mencakup banyak hal. Ya, itu tadi. anggota bank sampah punya akses kesehatan gratis di poskesdes, anak-anak SMP gratis angkutan ke sekolah, dan manfaat lainnya.
“Banyak program desa dikolaborasikan dengan bank sampah,” kata Dewa Willy.
Sektor bisnis pun sudah dijalani. Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Rezycology, sebuah perusahaan pengepresan botol plastik di Jakarta.
Hebatnya lagi dari desa tembok, mampu menginisiasi kolaborasi pembentukan bank sampah di dua desa di wilayah Kabupaten Karangasem. Yaitu Desa Ban dan Desa Dukuh. Dua desa itu berada di Kecamatan Kubu, Karangasem.
Dewa Willy berharap kolaborasi kebaikan lewat pengelolaan sampah ini bisa dilakukan antardesa, baik desa di Buleleng maupun desa di kabupaten lain yang jaraknya berdekatan. “Sampah memang tak bisa dikelola sendiri, sangat perlu kolaborasi dengan berbagai pihak dan lembaga, di Buleleng, maupun di luar Buleleng, di Bali maupoun di luar Bali,” kata Dewa Willy.
***
Berwisata sampah di Bamk Sampah Desa Tembok membuka mata saya bahwa bank sampah sejatinya tempat menabung nilai-nilai baik. Ada nilai ekonomi, nilai sosial dan budaya.
Juga menumbuhkan kesadaran, bagaimana kita melihat dan menganggap sampah adalah kita. Karena kita yang membuat dan menghasilkan sampah. Karena sampah adalah kita mari berdamai dan saling bersinergi.
Jangan sampai sampah lebih mulia dari pada kita. Dia memiliki nilai guna, kita kalah guna. [T]
BACA JUGA:
Lisna Baktiari dari Kaliasem | Perempuan Muda Juga Bisa Kelola Bank Sampah