3 March 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto ilustrasi: Pameran instalasi di atas pohon || Foto Mursal Buyung

Foto ilustrasi: Pameran instalasi di atas pohon || Foto Mursal Buyung

Ayah, Rumah Pohon, dan Cara Elegan Menghadapi Problematika Masa Muda

Sayang Kukiss by Sayang Kukiss
February 22, 2021
in Esai

Selama hidup kita tentu selalu ingin menjadi lebih baik, wajar sekali dan sangat manusiawi. Menjadi lebih baik tentu sebaiknya disertai dengan pola pikir, ucapan serta tindakan yang baik. Bukan untuk terlihat baik di mata orang, bukan juga agar dilihat baik-baik saja di depan publik, tapi menjadi baik untuk kesehatan diri sendiri, itulah yang terpenting.

Ada sebuah kisah menarik dari hamparan bukit hijau di ujung pulau, ketika itu seorang anak laki-laki sedang membantu ayahnya membangun sebuah rumah pohon yang nantinya akan menjadi rumah mereka untuk bercerita. Sang anak dengan giatnya membantu ayahnya karena ia tahu ayahnya akan memberikan hal terbaik di hari ulang tahunnya nanti.

Sebelum mereka membangun rumah pohon, sang ayah berkata “Nak, coba kamu pilih pohon yang mana yang paling kokoh!”

Kemudian sang anak menunjuk salah satu pohon yang besar dan kokoh. Ia memilih satu pohon yang tertinggi namun daunnya sudah berguguran.

“Baik Nak, jika itu pilihanmu maka ayah akan berusaha memanjatnya dan membuatkanmu rumah pohon yang indah”.

Sang anak nampak gembira sekali ketika tahu bahwa ayahnya akan membuat tempat yang sangat nyaman baginya. Dua hari berselang, mimpi mereka akhirnya terwujud, hanya tinggal membuat anak tangga yang menarik untuk dipijak. Satu per satu anak tangga dibuat, yang kemudian menjadi jalan untuk mereka memanjat dan sang anak tetap membantu ayah dengan penuh semangat, hingga hari ulang tahun sang anak pun tiba.

“Ini dia hadiah spesial untukmu, maafkan ayah yang belum bisa memberikanmu rumah yang mewah, tapi melalui rumah pohon yang tinggi ini ayah ingin kamu tahu bagaimana proses dan usaha yang harus kita bangun untuk mencapai mimpi dan cita-cita kita. Tapi ini belum selesai, rumah pohon ini sangat tinggi, ayah harus pastikan rumah ini siap untuk kita tempati.”

Kemudian sang ayah menaiki anak tangga itu satu persatu dengan perlahan dan sangat hati-hati. Siapa yang sangka satu anak tangga ternyata goyah ketika dipijak, kemudian sang ayahpun terjatuh. Sang anak tekejut melihat ayahnya terjatuh namun sang ayah sesegera mungkin bangkit dan membenahi anak tangga yang goyah itu. Ia tak ingin ada yang terluka dan jatuh sepertinya, dan sang ayah kemudian menata ban-ban bekas miliknya di sekeliling rumah pohon tersebut agar ketika hal yang sama menimpa sang anak maka ada ban yang baik yang masi melindunginya.

Singkat cerita kemudian ayah berhasil sampai di atas rumah pohon dengan selamat, lalu kembali turun untuk menjemput sang anak. “Ayo, Nak, kamu harus melihat apa yang ayah lihat.”

Perlahan-lahan anak itu memijak tangga kayu buatan ayahnya, dan ayahnya tetap menuntun dan menjaganya dari bawah. Sampailah mereka di rumah pohon, hamparan bukit hijau tampak indah dari atas sana, dan itu menjadi hadiah terindah sang anak sepanjang hidupnya karena sang ayah dengan jelas sekali menceritakan setiap esensi dari rumah pohon milik mereka.

“Rumah adalah tempat di mana kita bisa tinggal dan bercerita, ini adalah tempat yang membuat kita bisa semakin dekat. Kamu bebas bercerita apapun denganku di sini Nak, kamu punya hak untuk meluapkan semua emosimu di rumah ini, namun satu pesan ayah untukmu, ayah tidak ingin kamu menyakiti siapapun di rumah ini.”

Sang anak masih mendengarkan dengan penuh rasa antusias dan ayah melanjutkan ceritanya. “Kamu tahu mengapa ayah memintamu memilih pohon yang paling kokoh? Ayah ingin kamu seperti pohon ini, pohon ini hanya tumbuh keatas, ia tak mengganggu siapapun. Ketika kamu kokoh seperti pohon ini maka hujan dan badai akan siap kamu lalui. Tak apa jika daun ini berguguran, karena mereka akan tumbuh kembali ketika musimnya tiba. Cukup kamu rawat saja dengan sebaik yang kamu bisa.”

Kemudian beberapa saat burung-burung hinggap di ranting “Kau lihat burung-burung itu? Ya, terkadang mereka hanya singgah untuk mengambil ranting, terkadang juga mereka menetap di salah satu ranting untuk menarih sangkar dan mengerami telurnya, dan tak jarang juga mereka singgah untuk bertengger sejenak menikmati udara dan pemandangan, seperti kita saat ini.”

Di atas rumah pohon itu pemandangan nampak begitu indah sekali, dengan jelas bunga-bunga bermekaran, kelinci dan tupai melompat lincah, kuda-kuda sedang berjalan beriringan, danau terlihat tenang, indah sekali. lalu awan mulai tak bersahabat, terasa angin kencang sekali dari atas sana, sangat kencang. “Nak ketika angin seperti ini datang, kamu harus berpegangan yang erat, Nak, jika tidak maka kita akan terjatuh, pegangan yang kuat nak.”

Beberapa menit kemudian susana mereda, cuaca mulai membaik dan sang ayah kembali bercerita. “Angin dan badai tadi adalah salah satu contoh hal yang ada di luar kendali kita, kita tak pernah tahu kapan mereka akan datang, dan kita juga tak pernah tahu berapa lama mereka akan singgah. yang bisa kita lakukan adalah bertahan, berpegangan dengan apa yang kita yakini, dan jangan lupa untuk berterima kasih ketika selamat dari badai itu. Berterima kasih kepada diri sendiri, berterima kasih kepada rumah pohon ini, beterima kasih kepada ranting yang kita pegang, berterima kasih kepada akar yang kuat, berterima kasih kepada Tuhan karena berkatnya kita jadi punya kapabilitas untuk bertahan hidup dan menjadi lebih kuat.”

Tak hanya itu yang ayah ucapkan ia juga berpesan kepada sang anak “Nak, dari atas pohon ini kamu juga dapat belajar tentang paradigma. Belajar untuk memandang sesuatu lebih luas. Cara sederhana untuk mengerti tentang paradigma yakni dengan memandangnya sebagai peta, bukan sebagai wilayah. Semakin luas peta yang dapat kamu lihat, semakin besar kemungkinanmu untuk belajar lebih banyak. sikap dan prilaku kita akan tumbuh dari asumsi-asumsi yang telah kita pelajari. Cara kita memandang sesuatu adalah sumber dari cara kita berfikir dan cara kita bertindak. bijaklah, Nak.”

Ternyata hari telah larut, sang anak merasa itu adalah hari yang sangat bermakna dalam hidupnya, hari terindah di atas rumah pohon bersama ayah yang selalu menjadi sumber inspirasinya. “Terima kasih ayah, terima kasih banyak telah mengajarkanku untuk tetap kuat, ayah sangat hebat bisa membawaku sampai ke atas sini, suatu saat nanti, pesan ayah akan aku teruskan, aku berjanji padamu ayah.”

Dan malam itu mereka turun dari rumah pohon itu. sesampainya di bawah ayah tersadar ternyata ada satu hal yang belum ia sampaikan “Nak, hampir saja ayah lupa, tentang ban-ban ini. Mereka adalah teman-temanmu, merekalah yang nanti ya akan mejaganu ketika nanti kamu terjatuh, mereka ada agar kamu tidak terluka, jangan lupa berterimakasihlah kepada mereka!”

Dengan penuh senyuman sang anak berkata “Hihihihi, terima kasih banyak ya, ban.”

Setiap orang sangatlah unik, semua memiliki perbedaan, perbedaan dari segi apapun. Permasalahan boleh jadi sama, namun cara menghadapinya tergantung dari sudut pandang mana kamu melihatnya. Cara saya mirip seperti ayah dari cerita tadi, belajar memandang sesuatu dari dalam keluar, jika ada satu anak tangga yang goyah, kita tidak perlu repot-repot menyalahkan siapapun akan hal itu, cukup perbaiki saja apa yang seharusnya diperbaiki. Dalam menghadapi situasi sulit kuncinya adalah bagaimana kita mengendalikan persepsi kita dan membenahi komunikasi agar menjadi yang baik. [T]

Tags: masa mudapemudaRemaja
Sayang Kukiss

Sayang Kukiss

Sayang Kukiss adalah nama pena Diah Cintya. Biasa juga dipanggil DC. Perempuan kecil yang senang bermain kembang, tapi bukan kembang api. Gemar membaca, membaca timeline. dan sekarang sedang belajar menulis, menulis mimpi indah bersamamu...

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi diolah dari gambar Google
Cerpen

Bagaimana Surat Pertama Ditulis | Cerpen Rudyard Kipling

by Juli Sastrawan
March 3, 2021
Foto ilustrasi: FB/Disdikpora Buleleng
Opini

Guru itu Bernama Pengalaman – Catatan Seorang Guru Swasta

  PROSES belajar tidak hanya dapat berlangsung di sekolah. Ia bisa dilakukan di luar kelas, di luar sekolah. Banyak yang ...

February 2, 2018
Esai

Pemaafan, Ibu Dari Segala Ibadah

"Si lemah tidak pernah memaafkan. Memaafkan adalah atribut bagi si kuat." (Mahatma Gandhi) Selalu ada misteri dalam hidup. Misteri selalu ...

June 6, 2019
Film Sekxy Killers
Opini

Film “Sexy Killers” dan Urgensi Energi Terbarukan

Seperti sebuah momentum yang tepat saat masuk masa tenang kampanye Pemilu 2019, sebuah gerakan pemerhati lingkungan mengeluarkan video dokumenter yang ...

April 22, 2019
Google
Opini

Bahasa Menunjukkan Bangsa – Peran Pemuda dan Pergulatan Identitas Nasional di Tengah Arus Global

Pada hari Sabtu, 9 Maret 2020, saya mengikuti tahap kedua dalam ajang Pemilihan Duta Bahasa Indonesia Tingkat Provinsi Bali. Ada ...

March 13, 2020
Ulasan

Membuktikan Ada Tuhan dalam Buku Falsafat Agama Prof. Dr. Harun Nasution

  MALAM minggu. Malamnya para pecinta untuk bercengkrama. Muda-mudi saling mecinta. Berjanji untuk saling tidak mendua. Bersabarlah bagi yang belum ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jro Alap Wayan Sidiana memanjat pohon kelapa di Desa Les, Buleleng
Khas

Jro Alap, Kemuliaan Tukang Panjat Kelapa di Desa Les

by Nyoman Nadiana
March 2, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Dr. I. Made Pria Dharsana. SH. M.Hum
Opini

Tergerusnya Demokrasi Indonesia

by I Made Pria Dharsana
March 3, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (157) Dongeng (11) Esai (1419) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (343) Kiat (19) Kilas (196) Opini (480) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (337)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In