27 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan

Perempuan yang Bersuara, Perempuan yang Berkarya || Pengantar Buku “Suara Tepi Hati”

Kadek Sonia Piscayanti by Kadek Sonia Piscayanti
December 22, 2020
in Ulasan
  • Judul: SUARA TEPI HATI – Catatan Kecil 9 Perempuan
  • Authors Ni Luh Putu Mustika Praptiwi, Kadek Ridoi Rahayu, Putu Mariati Kaman Dewi, Wangsa Ayu Vidya Loka, Putu Ayu Sutaningrat Puspa Dewi, A.A.A Rahadiani Cwari, Iska Novi Udayani, Putu Norma Astyari, I Gusti Ayu Agung Istri Sari Dewi
  • Editor Kadek Sonia Piscayanti
  • Project Coordinator Putu Ayu Sutaningrat Puspa Dewi
  • ISBN 978-623-7220-79-4
  • Cover and Layout Made Dwita Kartini
  • Publisher Mahima Institute Indonesia
  • First published, December 2020

___________________

Perempuan. Kata ini telah melekat pada diri sejak lahir. Saya lahir sebagai perempuan, berpikir sebagai perempuan, berkarya sebagai perempuan. Menjadi perempuan adalah sebuah privilege dan sebuah beban bagi saya. Tidak hanya perkara menumbuhkan diri, namun juga bertanggung jawab atas diri dan pengembangan diri. Ketika berjalan, saya pun menemukan banyak perempuan lain di luar saya yang sedang menumbuhkan dirinya, sebaik-baiknya, sehebat-hebatnya, sesederhana-sederhananya. Dalam perkara menjadi baik, hebat, atau sederhana, tidak ada ukuran-ukuran pasti untuk menganalisisnya. Semua serba subjektif dan tak pasti. Di dalam semua ketidakpastian itu, perempuan harus menemukan dirinya. Menepi sesaat, mendengarkan suara-suara di tepi hatinya, untuk menjadi, untuk mengabdi, untuk memberi, untuk mengapresiasi, untuk merefleksi, dan seterusnya.

Namun terkadang realita menjadi perempuan tak semudah dan secantik yang terlihat di permukaan. Sering perempuan harus meredam suara sendiri, menawar dirinya dan atau keinginannya untuk berkompromi, berkonsolidasi kembali dan berlari kembali. Di antara semua proses menjadi yang tak akan pernah selesai ini, perempuan menemukan benturan dengan bukan hanya dirinya namun juga pihak-pihak yang bersinggungan dengannya, mulai yang terdekat; keluarga, sahabat, hingga yang terluas, masyarakat umum. Semua yang terjadi terkadang di luar ekspektasi dan menimbulkan emosi yang berlarut hingga depresi. Tak jarang perempuan lain di luar justru abai atau turut memperkeruh suasana yang berujung pada akibat fatal. Lalu apa sesungguhnya peran perempuan lain?

Perempuan lain bisa mengambil peran yaitu menjadi ruang dengar yang nyaman bagi perempuan. Menjadi ruang yang bebas penghakiman, menjadi telinga yang hanya sedia rasa, tanpa ancaman atau tekanan. Ruang dengar diciptakan oleh siapa saja yang terdekat, yang bisa memberi kenyamanan dan atau kelegaan. Dan itu tidak banyak tersedia terlebih di saat ini, dalam konteks pandemi covid-19, dimana kita seperti berjarak secara fisik dan sosial juga berjarak secara mental dan psikologis dengan teman-teman.

Namun di buku Suara Tepi Hati: Catatan Kecil 9 Perempuan ini, semua berbeda. Kesembilan perempuan ini saling mendengar, saling mendukung, saling memberi penguatan positif untuk maju dan bergerak. Diinisiatori oleh Sutaningrat Puspa Dewi, akrab disapa Puspa, gerakan kecil ini tumbuh menjadi ruang dengar bagi sesama perempuan, yang menjadi rumah bagi hati kesembilan perempuan ini untuk berbagi dan berdialog dengan ringan tanpa beban. Mengapa 9? Secara filosofis, 9 bermakna angka tertinggi, dan dalam konsep Hindu ada 9 arah mata angin yang menjadi pusat energi. 9 perempuan ini adalah 9 pusat, 9 arah, 9 kekuatan yang menyatu.

Metode pemilihan samplingnya sungguh sederhana saja, purposive sampling, subjek perempuan diambil secara subjektif oleh sang inisiator dengan tujuan yang pasti, disertai dengan pertimbangan beberapa hal di antaranya profil kelayakan secara akademik, profil berkarya dan profil pengalaman yang berkontribusi dengan isu perempuan. Lalu terjaringlah sembilan perempuan dengan keunikannya masing-masing dan dengan struggle masing-masing, menjadi group dengan saya sebagai mentor dan editornya. Pemilihan saya sebagai mentor pun, terjadi secara purposive dan subjektif, saya adalah mentor Puspa di Komunitas Mahima, komunitas seni budaya yang menggodok anak muda menjadi pemikir dan produsen karya. Puspa tentu juga menimbang bahwa saya terlibat dalam berbagai gerakan perempuan berkarya. Salah satunya menjadi penulis naskah dan sutradara penerima hibah Ford Foundation dalam project 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah, yang pertama kalinya mendokumentasikan kehidupan para ibu di “panggung” rumah mereka sendiri. Namun, beda project ini dengan project 11 Ibu adalah bahwa di project ini semua ibu dan calon ibu adalah para ‘pemula’, mereka baru memulai rumah tangga, mulai menapaki jalan menjadi ibu, atau bahkan baru melatih diri menjadi ibu. Yang istimewa pada semua yang baru bermula adalah, sangat mungkin mereka belum bisa menjadi dirinya yang pasti, karena semua masih serba “baru” dan “mungkin”.

Pendek kata, mana ada sesuatu yang benar-benar kebetulan di dunia ini. Seseorang pernah mengatakan bahwa sekecil apapun pergerakan kita senantiasa dipengaruhi pergerakan lain dan (barangkali) akan mempengaruhi pergerakan lainnya juga. Jadi jika buku ini diniatkan sebagai sebuah gerakan, maka kemana tujuan buku ini bergerak?

Ke hati. Hati siapa saja yang membaca. Sebab tujuannya sederhana sekali, untuk berbagi suara hati. Itu saja. Mendokumentasikan suara hati itu penting sekali dalam rangka refleksi. Namun bagaimana suara hati dituliskan? Kesembilan perempuan yang terlibat disini bukan penulis (profesional). Mereka menulis dalam rangka kebutuhan profesi dan akademik, dan bukan untuk kebutuhan di luar itu. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka menulis kreatif yang intinya adalah menuliskan perjalanan mereka, pilihan hidup dan tantangan yang mereka hadapi. Persoalan berikutnya, bentuk apa yang dipilih?

Tentu tak semudah membalik telapak tangan untuk membuat kesembilan perempuan ini menulis. Ada semacam mentoring untuk memulai, menumbuhkan ide, memelihara ide, mengembangkan, dan menuliskan. Disinilah ruang dengar dan ruang berbagi terjadi. Semua mengalir begitu saja. Di awal, saya tak memberi batasan apa dan bagaimana harus menulis. Yang harus terjadi hanyalah mengalir dan mengalir begitu saja. Lalu tibalah kami pada sesi menulis yang sesungguhnya. Apa, bagaimana, mengapa, pertanyaan-pertanyaan seperti itu menghantui. Sehingga ada semacam writer’s block yang menjeda atau mengganjal proses. Namun kemudian, tanpa kesepakatan, akhirnya ada semacam formula untuk merumuskan tulisan ini. Kami menemukan semacam bentuk yang akhirnya menjadi benang merah yang menjadi penanda tulisan di semua karya.

Memoar, atau memoir. Sebuah pendekatan penulisan autobiografi.Perjalanan batin yang sangat personal, sangat subjektif dan sangat menyentuh. Di dalam buku ini hampir semua perempuan menumpahkan suara hatinya. Sesuai judulnya, suara tepi hati, maka buku ini adalah saksi perjalanan batin kesembilan perempuan dalam hidup mereka. Tak ada yang lebih baik dari yang lain, tak ada yang lebih buruk dari yang lain. Yang ada adalah ruang nyaman berbagi cerita.

Lalu apa setelah ini? Barangkali, banyak yang harus terjadi. Atau mungkin setidaknya harus ada sesuatu yang terjadi. Seperti yang seharusnya dalam sesuatu yang mengada, terjadi pergesekan energi atau percikan kreatif yang menyebar dan mempengaruhi energi lain. Buku ini semacam awal bagi yang lain untuk terus tumbuh, ruang dengar, ruang berbagi yang nyaman dan lega bagi perempuan. Bahwa perempuan tak harus sendiri, merasa sendiri, atau menyelesaikan semua persoalan sendiri. Bahwa perempuan punya teman, perempuan di luar dirinya yang juga sedang berjuang, belajar, berproses, dan jatuh bangun mengkontruksi dirinya.

Maka, demikianlah pengantar ini hanya sebagai pembuka gerbang untuk membuka percakapan. Percakapan sesungguhnya terjadi di dalam. Selamat menikmati. Silakan datang kembali. [T]

Singaraja, 14 Desember 2020

Kadek Sonia Piscayanti

Kadek Sonia Piscayanti

Penulis buku “Perempuan Tanpa Nama” dan “Burning Hair”. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Putu Fajar Arcana (ist)
Acara

Imajinasi Senja – Kolaborasi Puitik Penyair Fajar Arcana, Musisi Alien Child, dan Sutradara Happy Salma

Puisi berjudul “Imajinasi Senja” sengaja ditulis sebagai lirik sebuah lagu. Putu Fajar Arcana sebagai penulisnya, mencoba memberi tantangan kepada generasi ...

August 16, 2019
Wagub Bali Tjokorda Dr. Oka Artha Ardhana Sukawati (dari kanan ke kiri), Kepala Dinas Kebudayaan Bali Dr. Wayan Kun Adnyana, pemilik Museum Puri Lukisan Tjokorda Putra Sukawati, dan pemilik Museum Neka Pande Wayan Suteja Neka dalam acara penutupan Pameran Bali Megarupa, Minggu (10/11/2019) sore.
Kilas

Bali Megarupa Menjadi Agenda Pameran Seni Rupa Tahunan

Pemprov Bali menetapkan Bali Megarupa menjadi agenda pameran tahunan untuk membangun dan memperkuat ekosistem seni rupa dari hulu ke hilir. ...

November 11, 2019
Tabu Project mempertunjukan karyanya di Cush Cush Gallery
Ulasan

Tabu Project: Dialog Tentang Tabu yang Rancu

Tentang Tabu Project, Kelompok Kolaboratif Penerima Hibah Seni Kelola 2019 Penerima Hibah Seni Kelola 2019 kategori Karya Kolaborasi Inovatif, Tabu ...

December 29, 2019
Wayan Sumahardika [ilustrasi tatkala.co | Nana Partha]
Esai

Siasat Kerja Panggung Digital

Bagaimana panggung digital yang berkembang hari ini ditempatkan sebagai situs baru pertunjukan teater? Hal-hal apa saja yang hilang, hal-hal apa ...

July 2, 2020
Esai

Dokter, Dalam Catatan Sejarah

Apa yang terbayang di benak anda saat mendengar profesi Dokter. Barangkali tak akan jauh dari dua hal berikut. Sebuah profesi ...

November 7, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Bermain sky di Jepang {foto Riris Sanjaya]
Khas

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

by Riris Sanjaya
January 26, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
dr. Putu Arya Nugraha, penulis, yang juga Direktur RSUD Buleleng, divaksin, Rabu 27 Januari 2021
Esai

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

by Putu Arya Nugraha
January 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In